Buku Buku Cantik Agil
Buku Buku Cantik Agil
Penulis : Vicka Farah Diba
Ilustrasi : Aldriana Amir
Pagi hari ini cerah seperti hari kemarin, matahari bersinar dengan ramah, embun pagi masih terlihat segar membasahi dedaunan serta bunga bunga. Dan seperti hari kemarin, hari ini pun Agil mengayuh sepedanya dengan riang untuk berangkat ke sekolah.
Sesampai di sekolah, Agil si gadis cilik berkepang dua itu dengan bersemangat lalu menyiapkan buku buku tulisnya untuk mengikuti pelajaran. Dan tak kalah bersemangatnya dengan Agil, Cica teman sebangku Agil juga membuka tasnya lalu mulai menata buku dan alat alat tulisnya di meja.
“Wah, kamu beli buku baru lagi ya Cica” ujar Agil kagum melihat buku buku cantik Cica. “Iya nih, Agil. Ibuku membelikanku kemarin” jawab Cica bangga. Anak anak yang lain pun mulai ingin tahu dan ikut melihat buku baru Cica. “Pasti mahal ya buku seperti ini” Diah yang duduk di depan meja mereka juga ikut mengagumi buku baru Cica. “Bukunya tebal, sampulnya bergambar boneka lucu dan mengkilat” sambung Nana teman sebangku Diah sambil mengelus buku cantik Cica. “Ehh, sudah jangan dipegang pegang, nanti kotor!” seru Cica galak. “Ya pasti mahal dong, tapi kan yang penting bagus” sambung Cica lagi dengan bangga. “Kapan ya aku bisa punya buku seperti itu…” ujar Agil penuh harap. “Minta dong sama Ibu kamu Agil, sekali sekali bukunya jangan yang polos terus” jawab Cica
Pembicaraan anak anak tentang buku cantik Cica pun kemudian terhenti karena Ibu Guru sudah memasuki kelas. Sambil mengikuti pelajaran, sesekali Agil
Sepulang sekolah, sambil membantu Ibunya menyiapkan makanan di warung rumah. Agil memberanikan diri meminta pada Ibunya buku buku cantik seperti kepunyaan Cica. “Boleh Agil, kamu boleh membeli buku seperti itu tapi dengan uangmu sendiri” jawab Ibu Agil. “Maksudnya bagaimana Bu?” tanya Agil keheranan. “Setiap kamu menjadi juara di kelas atau membantu Ibu di warung, Ibu akan memberi tambahan uang jajan untukmu. Lalu kamu bisa menabung uangnya untuk membeli buku seperti punya Cica dengan uang kamu sendiri” Jelas Ibu Agil. “Bagaimana? kamu setuju tidak?” sambung Ibu Agil. “Boleh, boleh Bu!” jawab Agil bersemangat “Agil akan membantu Ibu dan belajar yang giat” janji Agil. Dan ternyata Agil memang benar benar memenuhi janjinya untuk rajin belajar, membantu Ibu di warung serta menjadi juara kelas. Tanpa terasa, tabungan Agilpun bertambah banyak. Sehingga di suatu siang yang cerah, Agil ditemani oleh sang Ibu akhirnya pergi ke toko buku untuk membelanjakan uangnya.
Dengan bersemangat, Agil kemudian mendatangi rak buku tempat buku buku cantik itu dipajang. Namun Agil terkejut ketika melihat harga buku itu. Ternyata harga buku buku itu sangat mahal. Dan meskipun uang Agil cukup untuk membelinya, namun Agil merasa sayang bila uang yang dikumpulkannya dengan susah payah habis begitu saja untuk membeli buku buku itu. Agil kemudian mengurungkan niatnya untuk membeli buku buku cantik tersebut.

Waktu demi waktu berlalu, kadang Agil memang masih suka mencuri curi lihat buku buku cantik Cica, apalagi ternyata mereka berdua terus tumbuh dan sekolah bersama hingga sampai ke jenjang perguruan tinggi. Tidak ada yang terlalu berubah, Cica masih selalu memakai barang barang cantik yang terbaik dan Agil juga masih selalu tampil sederhana serta masih terus membantu usaha Ibunya yang kini sudah semakin berkembang dan dikreasikan oleh Agil menjadi sebuah kafe mahasiswa yang sangat ramai pengunjungnya.
Di suatu hari yang cerah tak berawan, Cica mendatangi Agil yang sedang asyik membaca buku di bawah pohon rindang di taman kampus. Cica nampak kusut dan sedang banyak pikiran. “Ada apa Cica?” tanya Agil heran “Kamu tidak nampak seperti biasanya” . Cica menghela nafas panjang sebelum akhirnya menjawab “Agil, kamu jangan cerita ke teman teman ya, Aku sedang butuh bantuan nih. Aku mau pinjam 
Agil benar benar tidak menyangka, seorang Cica yang sepertinya memiliki segalanya dan bahkan lebih darinya, kini datang di hadapannya untuk meminta bantuang uang. Kebetulan Agil memang masih mempunyai uang tabungan, hasil jerih payahnya membantu warung keluarga selama ini. Agil yang baik kemudian menjawab “Baiklah Cica, Aku akan bantu kamu dengan uang tabunganku, Kapan kita bisa menjenguk Ayahmu?”. Cicapun tersenyum lega “Hari ini juga bisa Agil, kami sangat senang sekali menerima kedatanganmu” Maka pergilah Agil bersama Cica menjenguk ayah Cica yang dirawat di RS. Agil merasa bersyukur dengan segala yang ia miliki saat ini, walau mungkin dia tidak pernah memiliki buku buku cantik seperti kepunyaan Cica. Namun bagi Agil sekarang, buku buku polos dan sederhana yang ia miliki dengan kerja kerasnya sendiri, adalah buku buku tercantik di seluruh dunia.
Moral cerita :
Rajin menabung pangkal kaya
Berbakti pada Orangtua membawa jalan kebaikan
Semua indah pada waktunya, bila rajin berusaha
Baca kumpulan cerita menarik karya dr Vicka Farah Diba lainnya dalam Buku “20 Cerita Asyik Pembangun Karakter Anak Muslim” Penerbit Al Kautsar






0 Komentar