20 Cerita Asyik Pembangun Karakter Anak Muslim

Putri Serindang Bulan
Cerita Rakyat Bengkulu
Oleh dr Vicka Farah Diba

Rajo Mawang, pemimpin Kerajaan Rena Seklawi mempunyai tujuh orang anak yang tampan dan cantik rupawan. Putri Serindang Bulan adalah bungsu dan satu satunya anak perempuan dari ketujuh bersaudara itu. Mereka hidup rukun dan bahagia sebagaimana rakyat Kerajaan Rena Seklawi yang hidup tentram dan damai.
Seiring waktu, Putri Serindang Bulan tumbuh dengan paras yang semakin cantik dan menawan. Namun, kecantikan dan kepribadian Putri Serindang Bulan yang baik ternyata menimbulkan rasa iri seorang penyihir jahat yang mengutuknya dengan penyakit aneh. Putri Serindang Bulan menderita penyakit buruk kulit yang menjijikan. Kulitnya menghitam serta mengeluarkan cairan busuk sehingga semua orang menjauhinya. Para tabib kerajaan datang silih berganti untuk mengobati penyakit Putri. Namun sayang tak seorangpun berhasil menyembuhkannya.
Akibat kejadian ini keenam kakak laki laki Putri lalu berusaha mencari pendapat para tetua yang lebih memahami tipu muslihat para penyihir. Saran para tetua, Putri Serindang Bulan harus disembunyikan di luar Istana agar tidak terpengaruh kutukan penyihir jahat dan menderita sakit berkepanjangan

Dengan berat hati akhirnya Rajo Mawang dan permaisuri mengikuti nasihat para tetua dan merelakan Putri Serindang Bulan diantar ke sebuah tempat pengasingan nan jauh dari Istana. Kakak-kakak Putri sendirilah yang mengantar dan memastikan tempat peristirahatan bagi Putri. Mereka membangun sebuah rumah sederhana di kaki gunung dekat Muara Setahun tempat tinggal Putri bersama seorang Dayang Istana. Secara bergantian kakak Putri datang menyamar sebagai pencari kayu untuk mengantarkan makanan dan obat obatan dari istana. Para penduduk desa, memanggilnya dengan sebutan Putri Buruk Rupa anak Mak Dayang. Tak seorangpun mengetahui bahwa Putri Buruk Rupa itu adalah Putri Serindang Bulan anak bungsu dari Rajo Mawang.
Udara gunung yang sejuk dan pemandangan Muara Setahun yang indah menjadi pelipur lara bagi hati Putri Serindang Bulan. Dalam penyamarannya, Putri Serindang Bulan sering duduk di tepi Muara pada pagi hari untuk mengeringkan kulitnya sambil memainkan seruling bambu. Suatu hari, seorang pemuda nelayan datang menghampiri oleh karena terpesona dengan merdunya alunan seruling Putri Serindang. Merasa ketakutan, Putri Serindang Bulan bergegas pergi saat sampan nelayan mulai mendekat.

“Jangan takut, aku hanya seorang nelayan yang terpesona dengan alunan seruling bambumu” seru nelayan ketika Putri Serindang Bulan beranjak pergi
“Wahai Kisanak, segeralah Engkau meninggalkan tempat ini” seru Putri Serindang Bulan
“Apa yang terjadi dengan dirimu?” tanya nelayan keheranan setelah melihat Putri dari dekat
“Aku terkena penyakit buruk kulit yang sulit sembuh” jawab Putri “Tak seorang manusiapun bisa menyembuhkan penyakitku”
“Sungguh tak ada yang mustahil dengan pertolongan Tuhan” ujarnya “Aku mengetahui sebuah mata air belerang di dekat kaki gunung. Mata air itu terkenal dapat menyembuhkan semua penyakit kulit” tunjuknya ke seberang Muara Setahun “Bila engkau mau, aku bisa mengantarmu ke sana”
Sejenak Putri merasa ragu, namun Ibu Dayang yang telah menghampiri mereka menguatkan hatinya “Tidak apa-apa Anakku, kita coba saja kesana. Ibu Dayang akan menemanimu” ujarnya sambil tersenyum
“Wahai Kisanak, siapakah namamu? Bisakah engkau mengantarkan kami berdua ke mata air itu?” tanya Putri Serindang Bulan kemudian
“Namaku Alam Indrapura, aku bisa mengantar kalian berdua kesana dengan sampanku” jawabnya
Tak lama pergilah mereka bertiga, menuju mata air belerang demi mencari pengobatan bagi Putri Serindang Bulan. Setelah berendam beberapa saat di mata air tersebut, kulit Putri yang mengeluarkan bau busuk pun mulai terasa mengering. Meskipun belum sembuh sempurna, namun perkembangan baik itu membuat hati Ibu Dayang dan Putri bahagia
“Aku bisa mengantarmu kembali esok sepulang mencari ikan” ujar Alam Indrapura melihat kebahagiaan di wajah mereka
“Terimakasih anak muda. Engkau sungguh baik hati” ujar Ibu Dayang “Aku akan menemani anakku sampai ia sembuh”
Maka demikianlah, hari demi hari selepas mencari ikan di Muara Setahun, Alam Indrapura datang menjemput Putri Serindang Bulan dan Ibu Dayang untuk pergi ke muara belerang. Perlahan namun pasti, kulit Putripun kembali sehat dan indah. Kecantikan Putri Serindang Bulan mulai terpancar, berseri seri di bawah cahaya sinar rembulan.

“Tak kusangka aku bisa melihat wajahku lagi di bawah sinar rembulan” Putri berujar bahagia ketika melihat pantulan wajahnya di permukaan air Muara Setahun.
“Namun, sayang aku tidak bisa kembali pulang ke rumah karena kutukan penyihir itu akan kembali membuatku menjadi buruk rupa” sambungnya sedih ketika ia berada di atas sampan bersama Alam Indrapura
Alam Indrapura memandangi Putri Serindang Bulan “Kenapa harus takut pada kekuatan selain milik Tuhan?” tanyanya “Apakah belum cukup bukti kekuasaanNya dalam dirimu”
Putri Serindang Bulan tersenyum, ia percaya akan ketulusan hati Alam Indrapura. Meski tak pernah mengetahui siapa dirinya, Alam Indrapura selalu tulus membantu mereka berdua selama pengasingan. Terutama dalam kesembuhan dirinya.
Setelah sembuh, Putri Serindang Bulan lalu dijemput oleh Kakak kakaknya untuk kembali ke Istana. Sesampai di istana, ternyata penyakit Putri Serindang Bulan tak pernah kambuh lagi. Tampaknya dengan kekuasaan Tuhan YME, kutukan penyihir jahat telah hilang. Kini ia kembali menjadi Putri Serindang Bulan seutuhnya.
Namun tinggal di istana megah nan indah ternyata tak mampu mengisi kehampaan hati Putri Serindang Bulan yang rindu bertemu kembali dengan Alam Indrapura sang nelayan sederhana yang baik hati. Itulah sebabnya, pagi itu Putri Serindang Bulan kembali memainkan seruling kesayangannya di tepi Muara Setahun. Tak lama tampaklah sampan kecil milik Alam Indrapura yang datang menghampiri. Putri Serindang Bulan dan Alam Indrapura akhirnya menikah dan hidup bahagia selamanya di tepi Muara Setahun.

Moral Cerita :
Tiada yang mustahil dengan pertolongan Tuhan
Kebaikan pasti akan menang
Jangan pernah berputus asa