Menjaga Kesehatan Anak dalam Bencana Asap
Bencana kabut asap yang merambah beberapa daerah di Indonesia dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat terutama anak-anak. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, seluruh anak (usia 0-18 tahun) termasuk populasi beresiko karena :
• Paru-paru anak masih dalam tahap perkembangan sehingga saluran nafas anak lebih sempit dari orang dewasa.
• Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah
• Anak-anak menghirup lebih banyak udara per kilogram berat badan,
• Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan aktifitas berat diluar ruangan.
Hal tersebut diatas membuat anak menjadi lebih rentan terhadap efek negatif asap pada kesehatan. Risiko menjadi lebih tinggi pada anak yang memiliki penyakit kronik sebelumnya seperti asma, penyakit jantung, penyakit paru, gangguan imunitas dan malnutrisi.
Pengaruh asap yang paling umum pada anak yaitu iritasi mata dan saluran pernafasan, penurunan fungsi paru, serta perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada. Menghirup asap dapat menyebabkan anak menderita sesak napas, mengi, batuk, rasa panas atau terbakar pada saluran napas dan mata, nyeri dada, pusing dan berkunang-kunang
Kondisi bencana asap juga dapat menimbulkan stress dan kecemasan pada anak yang bermanifestasi sebagai gelisah, mengeluh sakit, mimpi buruk, regresi, perilaku sulit/ tidak kooperatif, ketakutan, regresi, dan lainnya. Dengan demikian orangtua atau pengasuh sedapat mungkin harus mempertahankan rutinitas keluarga yang biasa dilakukan. Orangtua dapat lebih memberikan perhatian, membantu ekspresi anak misalnya melalui musik/seni/membuat buku harian, memberi pelukan, serta lebih sabar dalam menghadapi tingkah laku anak yang tidak biasa
Menanggapi permasalahan bencana kabut asap di berbagai wilayah Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia memberikan beberapa rekomendasi untuk menjaga kesehatan anak dari bencana kabut asap :
Ruangan Bagi Anak
• Pajanan asap terhadap saluran napas anak dapat dikurangi dengan cara tetap berada di dalam ruangan dengan jendela dan pintu tertutup.
• Bila memungkinkan Air conditioner (AC) dihidupkan dalam mode ‘re-circulate’ dengan mengganti filter secara teratur.
• Pada periode berkurangnya kepekatan asap, buka ventilasi rumah dan bersihkan rumah dari partikel debu yang sudah sempat menumpuk di dalam rumah.
• Hindari aktivitas dalam rumah yang dapat menambah kontaminasi udara seperti memasak dengan gas/kompor propane, merokok, menyedot debu (jika tidak punya penyedot HEPA filter/sistem sedot terpusat), dan membakar kayu/furnace.
• Gunakan pelembab udara (humidifier) atau bernapas lewat kain basah untuk menjaga kelembaban mukosa napas anak.
• Kurangi aktivitas di luar rumah dan apabila keluar menggunakan mobil, tutup jendela dan ventilasi mobil, pasang AC mobil pada mode re-circulate.
• Populasi berisiko tinggi harus segera mencari tempat dengan udara yang bersih, misalnya di rumah, rumah kerabat, atau tempat umum yang berudara lebih bersih
• Penutupan sekolah dan tempat aktifitas perlu dipertimbangkan jika kualitas udara sangat buruk. Namun pada kondisi tertentu, sekolah justru dapat menjadi tempat atau ruangan yang aman untuk anak, serta tempat pemantauan aktivitas anak.
Abu Pembakaran
Abu yang terkumpul akibat pembakaran dapat menyebabkan iritasi kulit dan saluran napas, sehingga lakukan langkah-langkah berikut:
• Anak-anak dilarang bermain dekat asap
• Gunakan sarung tangan, baju lengan panjang dan celana panjang
• Cuci buah dan sayur segar sebelum dimakan
• Jangan membuang abu di saluran pembuangan air, karena akan menyebabkan sumbatan, sebaiknya abu dibuang di tempat sampah.
Penggunaan Masker
• Masker cat/debu/bedah tidak efektif mencegah terhirupnya atau inhalasi partikel halus di udara bebas.
• Masker yang menyaring hingga 95% partikel berukuran ?0.3 um (N95) hanya efektif, apabila dipakai dengan tepat pada wajah. Tersedia pula N99 dan N100, dalam bentuk full face atau half face dengan filter HEPA, namun tidak nyaman saat dipakai.
• Masker berukuran lebih kecil dari standar sesuai apabila dipakai untuk anak, namun produsen masker tidak menyarankan masker tersebut untuk anak.
• Bila anak terpapar pajanan asap yang parah hingga memerlukan masker, sedapat mungkin bawa anak ke tempat dengan udara yang lebih bersih.
• Ganti masker bila sudah kotor, ditandai dengan perubahan warna masker atau bernapas melalui masker terasa menjadi bertambah sulit.
Pemberian Obat dan Oksigen
• Obat yang dapat diberikan meliputi pemberian antiinflamasi steroid dan pemberian bronkodilator (salbutamol). Pemberian obat–obat tersebut hanya atas indikasi medis dokter dan tidak digunakan dalam jangka panjang.
• Suplementasi oksigen menggunakan kanula nasal, masker, ataupun oksigen dalam kemasan, baik di dalam maupun di luar lingkungan rumah sakit, juga harus sesuai indikasi medis dokter
• Apabila terdapat penyakit infeksi paru atau serangan asma berat, suplementasi oksigen temporer tidak memberikan manfaat yang optimal selama kualitas udara lingkungan masih buruk.
Evakuasi
Evakuasi harus mempertimbangkan kadar paparan asap saat dilakukan evakuasi, dibandingkan dengan berdiam di dalam ruangan. Jika dilakukan evakuasi, harus diorganisasi dengan baik untuk menghindari makin panjangnya waktu evakuasi dan meningkatnya paparan asap. Saat pelaksanaan evakuasi, harus disiapkan juga obat-obatan yang biasa digunakan oleh pasien dan keluarga paling tidak untuk 5 hari.
Evakuasi ke Penampungan Berudara Bersih (cleaner air shelter)
• Tempat – tempat umum seperti sekolah, aula, gedung olahraga, hotel, musholla atau masjid, kantor, gedung serba guna, dapat dipersiapkan menjadi tempat penampungan berudara bersih.
• Penampungan berudara bersih tersebut juga harus dilengkapi dengan sanitasi yang baik, penyediaan air bersih, sarana pembuangan, dan pengelolaan sampah.
• Teknologi pembuatan Penampungan berudara bersih berdasarkan kemampuan lokal dengan cara menutup setiap ventilasi dengan plastik dan melengkapi ruangan dengan sistem penyaringan udara seperti air conditioner, air purifier, atau air humidifier.
Evakuasi ke Lokasi Aman atas Indikasi Medis
• Untuk anak dengan kebutuhan medis khusus, misalnya suplementasi oksigen, ventilator, dan lainnya, evakuasi dilakukan ke lokasi aman yang memiliki kualitas udara baik.
• Untuk anak yang telah dievakuasi ke cleaner air shelter namun tidak menunjukkan perbaikan gejala atau bahkan memburuk dalam 5 hari, seharusnya dievakuasi lanjutan ke lokasi yang lebih aman dengan kualitas udara baik.
0 Komentar