DUH, SI KECIL SULIT BAB!
Mama perlu memerhatikan pola BAB (buang air besar) dan bentuk serta warna tinja si kecil untuk bisa memastikan si kecil memiliki sistem pencernaan yang sehat.
Kesehatan pencernaan dan normalnya fungsi sistem pencernaan tercermin dari pola BAB yang normal. Pola BAB yang normal bergantung pada usia anak. Pada bayi baru lahir sampai usia 2 bulan, apalagi yang disusui mamanya (minum ASI), BAB sering terjadi, bisa sampai 10 kali sehari. Mendekati usia 2 bulan, karena fungsi saluran cernanya mulai berkembang, bayi mulai jarang BAB, bisa sampai 5—7 hari belum BAB. Jangan khawatir, Ma, sepanjang tinjanya masih berbentuk pasta/lembek, BAB yang jarang merupakan hal normal. Sementara pada anak, BAB sejarang-jarangnya sekali tiap tiga hari dan sesering-seringnya tiga kali sehari, asalkan bentuk tinjanya normal, tidak encer atau tidak keras. Untuk itu, Mama perlu memerhatikan pola BAB dan bentuk serta warna tinja si kecil agar bisa memastikan si kecil memiliki sistem pencernaan yang sehat.
Sementara, konstipasi (sembelit) atau bebelan adalah ketidakmampuan mengeluarkan tinja secara sempurna yang tercermin dari berkurangnya frekuensi BAB dari biasanya, tinja lebih keras dan lebih besar, serta terasa nyeri dibandingkan sebelumnya. Konstipasi merupakan masalah kesehatan pada anak yang cukup tinggi. Konstipasi menyebabkan 3% kunjungan pasien ke dokter anak dan 15—25% kunjungan ke konsultan gastroenterologi anak. Selain itu, pada perabaan perut teraba massa tinja. Konstipasi lebih sering ditemukan pada anak prasekolah dan anak sekolah dibanding bayi. 40% di antaranya diawali sejak usia 1—4 tahun. Sebagian besar konstipasi pada bayi/anak (>90%) adalah fungsional. Artinya, bila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, biasanya tidak ditemukan kelainan organik.
KONSTIPASI PADA BAYI
Konstipasi yang timbul pada bayi kurang dari 2 tahun biasanya disebabkan kurangnya pemberian minum, kurangnya buah dan sayuran, atau takaran susu yang berlebihan. Bayi dinyatakan menderita konstipasi bila tinja keras dan kecil-kecil seperti kotoran kambing, sulit dikeluarkan, mengandung darah atau berwarna hitam, disertai keluhan bayi tampak rewel atau belum BAB satu kali pun dalam 5—10 hari.
Penanganan Konstipasi Pada Bayi
Inilah yang dapat Mama Papa lakukan di rumah bila bayi mengalami konstipasi:
• Aktivitas fisik. Telentangn bayi, lalu gerakkan kedua kaki bayi ke depan dan ke belakang seolah-olah sedang mengayuh sepeda. Gerakan ini membantu pergerakan tinja dalam usus.
• Pemijatan pada perut. Lakukan pemijatan dengan lembut secara melingkar searah jarum jam di sekitar perut bayi dari pusar ke arah luar.
• Untuk bayi ASI eksklusif, Mama perlu memerhatikan asupan buah dan sayur serta air putih yang Mama konsumsi. Kekurangan konsumsi serat dan air putih pada mama menyusui akan memengaruhi kelancaran BAB bayi.
• Jika bayi (di atas 6 bulan) diberikan sufor, maka cek dan ikuti petunjuk takaran susu dan air. Takaran susu yang berlebih atau kurangnya air dalam sufor dapat menyebabkan konstipasi. Selain itu, Mama Papa dapat bertanya kepada dokter, apakah perlu menganti jenis sufor lain yang sesuai dengan keadaan bayi dan dapat mengurangi konstipasi.
• Mandikan bayi dengan air hangat. Ini akan membantu bayi relaks dan lebih mudah BAB.
• Sebaiknya bayi dibawa ke dokter untuk evaluasi lanjut dan terapi, apabila setelah upaya di atas dilakukan belum terdapat perbaikan.
Cegah Konstipasi dengan ASI
Pemberian ASI dapat mencegah konstipasi. Pasalnya, ASI mengadung oligosakarida dan laktosa yang membuat konsistensi tinja bayi menjadi lebih lunak. Itulah mengapa, bayi yang mendapat ASI eksklusif sangat jarang mengalami konstipasi. Bila ada pun, biasanya pengaruh dari luar (makanan yang dikonsumsi oleh sang mama).
KONSTIPASI PADA ANAK
Selain akibat kurangnya asupan cairan dan serat, konstipasi fungsional pada anak sering disebabkan oleh riwayat trauma sebelumnya saat berhajat. Bisa karena nyeri lantaran tinja yang keras atau lantaran toilet phobia, yaitu ketakutan ke toilet akibat toilet yang jorok, ada kecoak, bau, dan lain lain. Akibat trauma, anak menahan tinjanya dan tidak mau berhajat. Karena ditahan, tinja akan semakin keras, sehingga saat anak berusaha berhajat, semakin terasa sakit. Lingkaran setan ini harus diputus dengan cara menghilangkan trauma pada anak dan membuat kondisi supaya anak merasa nyaman saat berhajat, tidak sakit, tidak takut, serta tidak menahan tinjanya.
Penanganan Konstipasi Pada Anak
Selain menghilangkan trauma pada anak, Mama Papa juga perlu melakukan ini:
• Pemberian cairan yang cukup, paling tidak satu liter sehari.
Pemberian serat dan buah-buahan, kecuali pisang dan apel agar dihindarkan selama anak mengalami konstipasi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan konsumsi buah potong dan bukan jus buah untuk anak, karena buah potong mengandung lebih banyak serat dan zat gizi penting daripada jus. Jika dijadikan jus, maka serat pada buah akan hilang saat proses pembuatan jus.
• Pijatan di perut searah dengan jarum jam untuk merangsang gerakan usus besar. Lakukan pijatan di perut dengan menggunakan minyak telon dari arah kanan bawah ke kanan atas, dilanjutkan ke kiri atas, lalu kiri bawah, secara rutin 15 kali sehari.
• Pemberian obat pencahar yang aman untuk jangka panjang.
• Pemberian susu dengan takaran yang sesuai.
Pentingnya Toilet Training
Toilet training akan mengembangkan refleks gastrokolik (pergerakan pada usus besar saat lambung penuh) dan selanjutnya akan membangkitkan refleks defekasi pada anak
Sebagian besar anak telah siap memulai toilet training pada usia 18 bulan hingga 3 tahun. Toilet training dilakukan dengan cara anak diminta duduk sebentar sekitar 3—5 menit di toilet atau mainan yang berbentuk toilet, lakukan 15 menit setelah makan pagi atau siang. Pada awalnya anak tidak ditargetkan untuk berhajat saat toilet training, karena penargetan hanya akan membuat stres si anak. Yang penting dalam toilet training adalah anak bisa duduk dulu sebentar dan dilakukan secara teratur setiap hari. Salah satu cara untuk tetap mejaga kepatuhan latihan adalah menstimulasi anak yang telah berhasil dalam kegiatan ini dengan pemberian hadiah. (*)
Kapan Konstipasi Perlu Diwaspadai?
Konstipasi yang timbul sejak lahir, disertai gejala perut kembung serta pertumbuhan bayi yang tidak baik harus dicurigai sebagai suatu kelainan yang disebut penyakit Hirschprung. Gejala khas Hirschsprung adalah kesulitan berhajat sejak lahir dan bila anus dicolok (colok dubur), maka tinja akan menyemprot keluar. Orangtua harus membawa bayinya ke dokter anak untuk evaluasi lebih lanjut. Sedangkan Konstipasi pada balita umumnya fungsional (pada pemeriksaan lanjut, tidak ditemukan kelainan organik) yang biasanya disebabkan akibat kurangnya pemberian minum, kurangnya buah dan sayuran, atau takaran susu yang berlebihan
Telah Terbit di Tabloid Nakita 948, 31 Mei – 6 Juni 2017
Penulis:
dr. Vicka Farah Diba, MSc., SpA
RS Condong Catur Yogyakarta
Asri Medical Centre Yogyakarta
0 Komentar