Ini baru sebagian dari kelengkapan baju yang wajib saya pakai ketika saya bekerja (saya tidak sempat berfoto dengan APD lengkap di bangsal isolasi). Di balik pintu merah itu, petugas berbaju bak “robot atau astronot” sibuk hilir mudik mengurusi pasien suspek covid 19. 

Anda bisa bayangkan? 

Saya Dokter Spesialis Anak, yang harus memeriksa pasien anak. Di hari biasa saja, anak sakit diperiksa oleh dokter berjas putih sudah menangis ketakutan. Apalagi kalau saya harus memeriksa pasien anak tersebut dengan baju “robot” saya ini. 

Sungguh memilukan. 

Suasana ruangan isolasi ini lebih mencekam dari bangsal kritis lainnya. 

Keluarga yang ingin menjenguk hanya bisa melihat dari balik kaca. 

Pasien harus tinggal di ruang isolasi berhari hari hingga hasil pemeriksaan mereka tiba. 

Dokter dan perawat bekerja di balik lapisan baju pelindung yang sangat tidak nyaman selama berjam jam 

Terlebih lagi, karena alasan usia dan kesehatan, tidak semua dokter diperbolehkan menangani pasien. Sehingga menyisakan lebih sedikit dokter ahli yang dapat bekerja dalam masa pandemi ini. 

Saya tidak tahu sampai kapan pandemi ini berakhir, saya lebih tidak tahu lagi apakah besok atau lusa saya masih mampu berbagi pesan keselamatan dari balik tembok putih ini. 

Besar harapan saya, laju gelombang pasien yang dirawat di bangsal isolasi ini dapat kita tekan semaksimal mungkin dengan “meratakan kurva” penyebaran virus yaitu menjaga kebersihan dan menjaga jarak


dr Vicka Farah Diba Msc SpA

(Dokter Spesialis Anak, Penulis Buku)

RS JIH, RS rujukan covid-19 

#staysafe and #stayhealthy