SRIPOKU.COM - Bukan cuma orang dewasa, rupanya ledakan emosi juga bisa terjadi pada anak-anak.

Ledakan emosi pada anak-anak ini disebut juga dengan tantrum.

Biasanya saat sedang merasa tantrum, anak-anak ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah.

Ternyata tantrum pada anak-anak terdapat beberapa jenis.


Mulai dari manipulatif dimana anak tantrum hanya demi mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.

Selain manipulatif ada pula anak yang tantrum hanya demi mendapatkan perhatian dari para orang dewasa yang berada di sekitarnya.

Namun, ada pula anak yang tantrum saat merasakan tidak nyaman atau sakit pada tubuhnya.


Anak yang bersikap agresif saat sedang tantrum wajib diwaspadai pasalnya bisa menyakiti diri sendiri, ataupun orang lain.

Bisa juga saking tak mampu menahan emosinya anak kemungkinan besar merusak lingkungan di sekitarnya.


Namun, para orang tua juga kini wajib tahu, ada pula tantrum yang dianggap tidak normal dan harus segera membawa Si Kecil pergi ke dokter.


Untuk melihat apakah tantrum yang dialami Si Kecil normal atau tidak bisa dilihat dari usia, dan durasinya.


"Tentunya kita bisa lihat kalau misalkan tantrum itu lebih dari usia 4 tahun misalkan masih sering tantrum di atas usia normal tadi, lalu kemudian tantrumnya itu sering ya lebih dari tiga kali sehari dan durasinya lama misal 15 menit lebih," ungkap dr. Vicka Farah Diba, M. Sc, Sp.A, Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit JIH dan Penulis Buku 'Panduan Ortu Kekinian' dalam peliputan khusus yang dilakukan Nakita.id.


Orang tua juga wajib waspada apabila Si Kecil mengalami tantrum namun tidak ada penyebabnya yang jelas.


"Kemudian missal kita sudah mengidentifikasi penyebab tantrum mungkin dari fisik, psikis, atau lingkungan, akan tetapi tidak ada Si Kecil tantrum tanpa sebab gitu itu bisa jadi indikasi bahwa itu bermasalah," tambahnya.

Vicka Farah Diba, M. Sc, Sp.A, juga menegaskan tantrum yang dianggap tidak normal adalah ketika anak yang sudah masuk usia sekolah.


"Kemudian tantrum yang terjadi pada usia sekolah kenapa gitu? Karena di sekolah itu dengan usianya di atas lima tahun seharusnya sudah tidak tantrum lagi.


Seharusnya dia sudah bisa mengendalikan emosinya, penguasaan verbalnya juga baik, nah kita mulai lihat nih ciri-cirinya bahwa anak ini apakah relate dengan gangguan-gangguan tertentu seperti gangguan bicara, gangguan sosial, nah itu berarti tantrumnya itu relate dengan hal khusus perkembangan anak," jelas Vicka Farah Diba, M. Sc, Sp.A, dalam wawancara mendalam bersama Nakita.id.


Sedangkan menurut dr. Catharine Mayung Sambo Sp. A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak dan Pediatri Sosial, dari Rumah Sakit Pondok Indah – Pondok Indah, mengatakan orang tua bisa membawa anak yang sering tantrum ke dokter apabila menemui hal-hal berikut ini:

- Curiga ada masalah atau keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Orangtua dapat memantau sendiri pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan Buku KIA. Apabila ragu, sebaiknya berkonsultasi.


- Apabila anak sudah berusia lebih dari 5 tahun dan masih tantrum berulang-ulang untuk hal yang sama atau dengan pola tertentu

- Apabila anak sering tantrum lebih dari 15 menit

- Apabila anak sering menunjukkan episode tantrum terjadi lebih dari lima kali dalam sehari

- Perilaku agresif bersifat ekstrem, seperti menghancurkan benda atau terjadi cedera baik pada anak maupun orang lain

- Ada gangguan tidur, atau mengompol pada anak yang sebelumnya sudah mampu tidak mengompol, atau anak tetap murung atau menunjukkan suasana hati negatif ketika sedang tidak tantrum

- Apabila ada pengalaman traumatik, seperti perpisahan atau kematian, yang mempengaruhi anak

- Apabila keluhan masalah tantrum berlangsung lebih dari 6 bulan.


Sumber: Sriwijaya Post