Skabies atau Gudik

Skabies atau Gudik adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.

Gbr 1. Sarcoptes scabiei var. hominis

Cara penularannya :
Dapat melalui kontak langsung dan tidak langsung seperti melalui pakaian, handuk, seprei, bantal, selimut, sofa.

Skabies dan impetigo (infeksi kulit) oleh karena Streptococcus ? hemolityticus Grup A adalah penyakit kulit yang sering terjadi di negara tropis dan berkembang terutama di tempat dengan pemukiman yang padat, Kejadian impetigo oleh karena Streptokokus di negara tropis berkembang mencakup lebih dari seperempat anak usia sekolah dan 12% pada bayi. Sedangkan kejadian skabies atau kudis dapat mempengaruhi 18% anak sekolah dan 14% bayi.
Skabies atau Gudik disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis yaitu tungau kecil, berbentuk oval, punggung cembung dan perut rata dengan ukuran tungau betina 330-450 x 250-350 µ dan tungau jantan 200-240 x 150-200 µ. Tungau betina membuat terowongan pada lapisan korneum kulit 2-3 mm perhari sambil bertelur yang menyebabkan timbulnya reaksi sensitivitas sekitar 2 – 4 minggu terhadap tungau, sekret dan ekskretanya sehingga terjadi pruritus dan tanda-tanda dermatitis.

Terdapat empat tanda utama gejala klinis infeksi skabies yaitu :

  • Pruritus nocturna (gatal di malam hari)
  • Menyerang manusia secara kelompok
  • Ditemukan terowongan pada tempat tempat predileksi (terowongan berupa garis lurus atau berkelok berukuran 1 cm, putih keabuan, di ujungnya terdapat papul atau vesikel) serta ditemukannya tungau.
  • Diagnosis dapat ditegakkan dengan ditemukan 2 dari 4 tanda utama. 

Tempat predileksi skabies yaitu : Pada sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, umbilikus, pantat, perut bagian bawah, genitalia eksterna pria, telapak tangan dan kaki pada bayi.

Gbr 2. Tempat predileksi Skabies

Lesi dapat berupa papul, vesikel, urtika, erosi, ekskoriasi, krusta, seperti dermatitis dan bila terjadi infeksi sekunder dapat berupa pustul serta pembesaran kelenjar getah bening regional. Infeksi skabies yang tidak diobati sering dikaitkan dengan infeksi sekunder dari Streptokokus grup A dan Stafilokokus aureus. Impetigo dan skabies dengan infeksi sekunder ini memiliki implikasi jangka panjang yaitu dapat menyebabkan penyakit ginjal pasca infeksi streptokokus dan  penyakit jantung rematik

Infeksi sekunder skabies dengan bakteri Streptococcus Beta hemolityticus grup A disebabkan adanya kontaminasi Streptococcus Beta hemolityticus grup A dari tangan penderita oleh garukan dan gosokan pada luka di kulit yang disebabkan oleh skabies. Kontaminasi dari tangan ini juga memungkinkan terjadinya penularan ke anak lain dan menyebabkan reinfeksi serta memperlambat proses penyembuhan. Luka dan goresan merupakan kemungkinan reservoir Streptococcus ? hemolityticus grup A pada infeksi skabies.
Hal ini dapat dibuktikan pada sebuah penelitian dimana terdapat penurunan yang signifikan jumlah kontaminasi luka dari ujung-ujung jari dengan Streptokokus grup A setelah dilakukan kontrol dan pengobatan terhadap infeksi Skabies.

Tabel 1. Streptococcus grup A yang diisolasi dari jari dan bekas luka kulit
Hasil Isolasi
Jumlah tes Swab jari
GAS (%)
Selain Bakteri Streptokokus
Swab pada jari anak dengan luka kulit sebelum dan sesudah pengobatan skabies
1997
1999; 2000
Swab pada jari anak tanpa luka di kulit sebelum dan setelah pengobatan skabies
1997
1999; 2000
36
28
38
38
22 (61)
9 (32)
9 (24)
2 (5)
7 (19)
8 (29)
3 (8)
2 (5)

Penatalaksaanaan infeksi skabies ini memerlukan pengobatan menyeluruh terhadap anggota keluarga selain dari penderita sendiri. Perlu dilakukan edukasi untuk memberi pehamanan serta pengertian mengenai sanitasi lingkungan, penyakit yang diderita dan akibat jangka panjang dari infeksi skabies dan Streptococcus Beta hemolityticus grup A seperti glomerulonefrtis post streptokokus dan penyakit jantung rematik.

Pengobatan :
Syarat : seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk yang tanpa gejala)

Jenis :
1. Sulfur presipitatum 4-20% salap/krim. Hanya efektif terhadap stadium dewasa (> 3 hari) bau, mengotori pakaian, kadang iritasi, aman untuk bayi
2.   Gamabenzen heksaklorida (gameksan) 1%  krim/losio. Efektif terhadap semua stadium, Jarang iritasi, Tidak dianjurkan untuk anak < 6 th dan ? hamil karena toksis terhadap SSP
3. Krotamiton 10% krim/losio. Antiskabies dan antigatal, Jauhkan dari mukosa
4. Permetrin 5% krim. Kurang toksis dibanding gameksan, Aplikasi 1x selama 10 jam, Tidak dianjurkan untuk bayi < 2 bulan, Prognosis : baik ( atasi faktor predisposisi )

Sumber :
1.Steer AC, Jenney AWJ., Kado J, Batzloff MR, Vincente SL, Lepani, Waqatakirewa, Mulholland EK, Carapetis JR, High Burden of Impetigo and Scabies in a Tropical Country, PLoS Negl Trop Dis, 2009; 3(6); 1-7
2.Lawrence G, Leafasia J, Sheridan J, Hills S, Wate J,  Wate C,  Montgomery J,  Pandeya M,  Purdie M. Control of scabies, skin sores and haematuria in children in the Solomon Islands: another role for ivermectin, Bulletin of the World Health Organization, 2005; 83 (1)
3.Walton SF, Currie BJ, Problems in Diagnosing Scabies, a Global Disease in Human and Animal Populations, Clinical Microbiology Reviews, 2007; 20 (2) ; 268–279