Pedoman Makanan Pendamping ASI

Nutrisi yang cukup selama awal masa pertumbuhan merupakan dasar pengembangan potensi bagi setiap anak. Periode dari lahir sampai usia dua tahun adalah merupakan masa kritis atau “golden periode” untuk pertumbuhan optimal anak. Konsekuensi langsung dari kurangnya nutrisi dan gizi buruk pada anak adalah menurunnya daya tahan tubuh, tingginya morbiditas dan mortalitas penyakit, keterlambatan perkembangan mental dan motorik. Serta dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan terhadap fungsi intelektual,fungsi reproduksi dan kesehatan masa remaja hingga dewasa. Oleh karena itu pengetahuan mengenai pemberian makanan optimal sejak dini sangat penting untuk diketahui orang tua. 

Makanan Pendamping ASI didefinisikan sebagai proses awal ketika ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, dan karena itu makanan serta cairan lain dibutuhkan sebagai tambahan bersama dengan diberikannya ASI. Saat diberikannya makanan pendamping ASI adalah mulai umur 6 sampai 24 bulan, didampingi dengan menyusui ASI sampai usia dua tahun. 

Pedoman pemberian makanan pendamping ASI yang dijelaskan disini berdasarkan dari pedoman WHO/UNICEF*. Kelompok sasaran panduan ini adalah : Bayi yang mendapat ASI selama dua tahun pertama kehidupan, Bayi sehat dengan berat lahir normal dan usia kehamilan cukup. Panduan ini tidak mencakup rekomendasi untuk Bayi non-ASI (seperti dari ibu HIV-positif yang memilih untuk tidak menyusui) atau Bayi prematur dan Bayi sakit. Panduan untuk kelompok kedua ini diatur oleh pedoman lain misalnya, WHO manual “Manajemen Anak dengan Infeksi serius atau Malnutrisi berat, 2000” 

Pedoman pemberian makanan pendamping ASI : 

1. Beri ASI eksklusif pada bayi mulai dari usia 0-6 bulan
2. Kenalkan makanan pendamping ASI mulai usia 6 bulan sambil terus menyusui sampai usia 2 tahun. 

3. PEMBERIAN makanan. Lakukan praktek pemberian makanan RESPONSIF, yaitu menerapkan prinsip-prinsip psiko-sosial seperti: a) Dampingi anak ketika mereka belajar makan sendiri serta suapi bayi atau anak yang lebih kecil, b) Peka terhadap rasa lapar dan kenyang mereka. Memberi makan secara perlahan dan sabar, pada prinsipnya mendorong anak untuk makan, tetapi tidak memaksa mereka; c) Jika anak menolak banyak makanan, bereksperimenlah dengan kombinasi makanan, rasa, tekstur dan metode yang berbeda untuk mendorong mereka makan; e) Meminimalkan gangguan saat waktu makan tiba ; f) Manfaatkan waktu makan sebagai masa belajar dan pemberian kasih sayang pada anak. 

4. PENYAJIAN makanan. Lakukan HIGIENE yang baik dalam penyiapan dan penyajian makanan : a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, b) Menyimpan makanan dengan baik dan segera menyajikan makanan setelah disiapkan, c) Menggunakan peralatan yang bersih untuk menyiapkan dan menyediakan makanan. 

5. JUMLAH makanan. Mulai pemberian makanan dalam jumlah kecil pada usia 6 bulan dan meningkatkannya seiring dengan pertambahan usia anak sambil tetap memberikan ASI. Jumlah “rata rata” asupan Kalori yang dibutuhkan untuk makanan pendamping ASI bagi anak di negara berkembang adalah sekitar 200 kkal/hari pada usia 6-8 bulan, 300 kkal/ hari usia 9-11 bulan, dan 550 kkal per/ hari usia 12-23 bulan. 

6. KONSISTENSI makanan. Seiring dengan pertambahan usia, kebutuhan dan kemampuan anak, orang tua dapat secara bertahap meningkatkan konsistensi makanan yang diberikan. Umumnya bayi bisa makan makanan berbentuk bubur atau semi padat sejak usia 6 bulan. Hindari makanan yang dapat menyebabkan tersedak seperti kacang, anggur, wortel mentah pada anak usia dibawah 8 Bulan. Pada usia 12 bulan, kebanyakan anak sudah dapat makan makanan biasa yang dikonsumsi keluarga lainnya. 

7. FREKUENSI pemberian makanan. Meningkatkan frekuensi pemberian makan sesuai dengan pertambahan usia anak. Makanan pendamping ASI dapat diberikan 2-3 kali/ hari pada usia 6-8 bulan, 3-4 kali/hari pada usia 9-11 bulan dan 12-24 bulan. Dapat juga ditambah pemberian makanan ringan bergizi(seperti sepotong buah atau roti) 1-2 kali/hari. Makanan ringan didefinisikan sebagai makanan yang dimakan di antara waktu makan utama. Makanan ringan bersifat nyaman, bergizi dan mudah disiapkan. Jika  anak tidak lagi disusui, makanan ringan dapat lebih sering dberikan sesuai dengan kebutuhan

8. GIZI makanan. Pastikan makanan memenuhi gizi lengkap empat sehat lima sempurna. Hindari pemberian minuman bernilai gizi rendah seperti teh, kopi dan minuman bersoda. 

9. VITAMIN makanan. Dapat diberikan makanan pendamping yang difortifikasi atau suplemen vitamin-mineral sesuai dengan kebutuhan bayi. Seperti di Indonesia bayi dari Ibu menyusui tetap dapat diberikan suplemen besi untuk mencegah kejadian anemia defisiensi besi pada masa kanak kanak nanti. 

10. MAKAN SELAMA DAN SESUDAH SAKIT. Tingkatkan asupan cairan selama sakit, termasuk dengan lebih sering menyusui anak. Setelah sakit, memberikan makanan lebih sering dari biasanya dan mendorong anak untuk makan lebih banyak.

Special thanks buat dr Cahya dewi SpA Mkes untuk sumbangan referensinya 🙂 Salam Pediatrica

Sumber :
Guding Principles for Complementary Feeding of The Breastfeed Child, PAN American Health Organization World Health Organization
* WHO / UNICEF, 1998; WHO / UNICEF Konsultasi Teknis Pemberian Makan Bayi dan Anak Muda, 2000; WHO Konsultasi Global tentang Feeding Pelengkap, 2001; Akademi Pendidikan Pembangunan, 1997; Dewey dan Brown, 2002

Telah terbit di koran Radar Riau, Senin 14 Januari 2013 
koran2