Anak Bukan Orang Dewasa dalam Bentuk Kecil

# Definisi anak menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan, dan Pengadilan anak : 
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

# Pengertian anak menurut UU RI No. 4 tahun 1979:
Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditentukan karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut.

Dalam hal kesehatan dan penyakit, banyak di antara kita menilai anak seperti orang dewasa. Inilah pangkal masalahnya. Anak bukan orang dewasa dalam ukuran kecil, jadi berbeda dengan orang dewasa. Banyak aspek kesehatan dan penyakit yang berbeda pada anak dibanding orang dewasa.

Diare pada anak
Diare sebenarnya adalah masalah yang umum walaupun gejalanya dapat bervariasi dari yang ringan sampai berat. Pada orang dewasa, tersedia banyak obat “pemampet” diare, sedangkan pada anak obat obat ini justru berbahaya dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti usus berhenti “ileus paralitik” atau usus tersumbat “ileus obstruksi”  

Sehingga “memampetkan” diare BUKAN prioritas utama dalam tatalaksana diare pada anak. Diare biasanya self-limited namun harus ditangani dengan manajemen yang tepat. Yang paling penting adalah mengenali gejala dehidrasi pada anak dan bayi sebagai komplikasi yang paling penting dan sering terjadi. 

Dehidrasi sedang ditandai dengan anak/bayi yang nampak sakit, mengantuk, rakus bila diberi minum, mata cekung, mulut dan lidah yang kering dan nafas yang agak cepat. Bila kulit perut dicubit, cubitan kulitnya kembali lambat. Bila ubun-ubun bayi belum menutup, dapat diraba cekung.Dehidrasi berat pada anak/bayi ditandai dengan ketidakmampuan untuk minum, sangat mengantuk sampai tidak sadar, lemah, mata yang sangat cekung, mulut dan lidah yang sangat kering, dan cubitan kulit perut yang kembali sangat lambat. Nafas bayi menjadi sangat cepat dan ubun-ubun bila belum menutup teraba sangat cekung.

Pencegahan tetap hal yang paling vital dalam manajemen diare. Sangat penting untuk mencegah transmisi organisme penyebab yang dapat dilakukan dengan cara menangani sanitasi yang baik pada persiapan dan pemrosesan makanan. Mencuci tangan menggunakan sabun dapat menurunkan resiko diare sampai dengan 42-47%. Dalam review yang dilakukan atas 17 penelitian yang dilakukan di negara-negara berkembang, disimpulkan bahwa kebiasaan mencuci tangan dengan sabun ini pada akhirnya dapat menyelamatkan jutaan nyawa.

Batuk pada Anak 
Untuk penyakit yang sama, gejala yang menonjol bisa berbeda antara pasien anak dan dewasa. Sebaliknya, gejala yang sama, misalnya BATUK, bisa mengarah ke penyakit yang berbeda antara anak dan dewasa. Karena itu, orang tua perlu memahami gejala pada anak yang patut dipikirkan kemungkinan ke arah ASMA.

Asma pada anak tidak selalu memberi gejala sesak dan napas berbunyi (mengi) seperti orang dewasa. Sering kali gejala yang menonjol hanya batuk, tapi bukan sembarang batuk. Lalu, batuk seperti apa yang patut diduga asma? Batuk yang “bandel”.

Pengertian “bandel” mencakup beberapa keadaan yang mirip, yaitu batuk berlangsung lama (dua minggu lebih), sulit sembuh, timbul berulang dalam jangka pendek, atau membaik sebentar namun timbul lagi. Biasanya pasien dengan batuk bandel sudah berkeliling berobat ke banyak dokter umum maupun spesialis.

Pada orang dewasa, jika ditemukan gejala batuk yang bandel, dugaan penyakit penyebab pertama adalah tuberkulosis (TBC). Dugaan ini sering diterapkan pada anak juga.Perlu mengubah paradigma pemikiran jika menemui anak dengan batuk yang bandel. Pertama, pikirkan kemungkinan ke arah asma, bukan Tb. TBC pada anak bisa memberi gejala batuk, namun bukan utama.

Diabetes pada anak
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin. 

Tanda dan gejala Diabetes tipe 1

  • Terjadi peningkatan rasa haus dan sering buang air kecil. Kelebihan gula yang menumpuk di aliran darah anak akan membuat cairan ditarik ke jaringan, hal ini kemungkinan akan membuat anak menjadi haus. Akibatnya anak minum dan buang air kecil lebih sering dari biasanya.
  • Anak selalu merasa lapar. Karena tidak adanya jumlah insulin yang cukup, maka gula yang diasup tidak akan bisa masuk ke dalam sel. Akibatnya organ akan kehabisan energi dan memicu rasa lapar yang terus menerus.
  • Penurunan berat badan. Meskipun anak makan melebihi biasanya, tapi anak-anak tetap kehilangan berat badannya. Tanpa adanya asupan energi dari gula, maka jaringan otot dan cadangan lemak akan menyusut. Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan seringkali menjadi gejala pertama yang diperhatikan.
  • Anak-anak menjadi mudah lelah dan lesu. Hal ini disebabkan sel-sel sangat kekurangan asupan gula.
  • Anak menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Anak-anak dengan diabetes tipe 1 yang belum terdiagnosis seringkali menjadi mudah marah atau tiba-tiba menjadi murung dan kesal.
  • Penglihatan mata kabur. Jika gula darah anak terlalu tinggi, maka cairan dapat ditarik dari lensa mata sehingga mempengaruhi kemampuan anak untuk bisa fokus dengan jelas.
  • Infeksi jamur. Adanya infeksi jamur pada alat kelamin bisa menjadi tanda pertama dari diabetes tipe 1 pada anak perempuan.

Penanganan Diabetes Pada anak

Pengobatan dengan injeksi insulin. Berbeda dengan orang dewasa yang lebih banyak memerlukan obat anti- diabetes oral (OAD) yang ditelan. Insulin diberikan untuk mengatasi komplikasi akut, mencegah kematian dini, mengurangi risiko terjadinya komplikasi kronis, dan mendukung aktivitas harian bersama teman sebaya, termasuk proses tumbuh kembang yang optimal. Anak diabetes harus diberikan injeksi insulin seumur hidup meskipun sedang sakit, sehat, dalam perjalanan, ataupun menginap di luar rumah, bahkan dalam aktivitas lain.
Pengaturan makan dan olahraga. Hal ini merupakan salah satu cara pengobatan yang tak kalah penting. Namun, anak tak perlu diet atau pengurangan porsi makan seperti penderita dewasa, kecuali jika anak tersebut kegemukan (obesitas).
Semua anak, meskipun menderita diabetes, perlu makanan yang cukup untuk mendukung proses tumbuh kembang. Olahraga dan bermain segala bentuk permainan, termasuk yang menguras tenaga dengan teman sebaya, juga harus tetap dilakukan dan tak boleh dibatasi.
Olahraga dan bermain bersama tersebut sebaiknya merupakan aktivitas yang terencana dengan baik sehingga dosis insulin dapat disesuaikan dengan tinggi rendahnya GD, sehubungan dengan peningkatan kerja otot dalam aktivitas olahraga dan bermain tersebut.

Already published in RADAR RIAU Newspaper, 9th April 2012