nk2
Hampir setiap tahun hutan di Indonesia dilanda kebakaran terutama pada musim kemarau. Pada tahun 2015 ini kembali terjadi kebakaran hutan yang luas dan masih berlangsung sampai hari ini. Asap kebakaran hutan berdampak pada berbagai sektor kehidupan, seperti gangguan kehidupan sehari-hari masyarakat, transportasi, kerusakan ekologis, penurunan pariwisata, dampak politik, ekonomi, dan masalah kesehatan.

Asap yang berasal dari kebakaran hutan (kayu dan bahan organik lain) mengandung campuran gas, partikel, dan bahan kimia akibat pembakaran yang tidak sempurna. Komposisi asap kebakaran hutan terdiri dari gas seperti karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, ozon, sulfur dioksida dan lainnya.

Partikel yang timbul akibat kebakaran hutan biasa disebut sebagai particulate matter (PM). Ukuran lebih dari 10 um biasanya tidak masuk paru, tetapi dapat mengiritasi mata, hidung, dan tenggorokan. Sedangkan partikel kurang dari 10 um dapat terhirup sampai ke paru. Selain itu, bahan lainnya dalam jumlah sedikit seperti aldehid, polisiklik aromatic hidrokarbon, benzene, toluene, styrene, metal dan dioksin.

Banyak penelitian membuktikan bahwa bahan-bahan yang terkandung di dalam asap kebakaran hutan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Kelompok masyarakat yang rentan terhadap asap kebakaran hutan adalah orang tua, ibu hamil, anak-anak serta orang dengan penyakit jantung dan paru sebelumnya (seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik/ PPOK dan emfisema). Dalam jangka cepat (akut), asap kebakaran hutan akan menyebabkan iritasi selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, sehingga menimbulkan gejala berupa mata perih dan berair, hidung berair dan rasa tidak nyaman di tenggorokan, mual, sakit kepala, dan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Dari data-data penelitian yang telah dilaporkan, beberapa masalah kesehatan yang timbul antara lain sebanyak 40-59% orang yang datang ke pelayanan kesehatan mengeluh sakit kepala dan kurang lebih 50% mengeluh mata merah dan berair. Selain itu, terjadi peningkatan kasus ISPA sebesar 1,8 sampai 3,8 kali pada daerah yang terkena bencana asap kebakaran periode yang sama pada tahun sebelumnya dan terjadi peningkatan ISPA sebesar 12% (setiap kenaikan PM 10 dari 50 ug/m3 menjadi 150 ug/m3).

Pemilihan Masker
Masker ataupun respirator didesain untuk mengurangi pajanan partikulet (PM). Berdasarkan penelitian/ literatur, masker bedah didesain untuk memfilter partikel yang besar tetapi tidak untuk partikel yang kecil, penetrasinya sekitar 60-70% partikel masih dapat masuk ke saluran napas.
Sehubungan dengan penggunaan respirator, terdapat banyak jenis respirator yaitu air purifying device dan air supplying device. Air purifying device memiliki beberapa jenis seperti N100, N95, R100, P100 dan lainnya yang didasarkan pada kemampuannya memfiltrasi partikel.

Jenis masker N95 merupakan masker yang cukup baik karena dapat menghalangi 95% partikel yang masuk (terutama PM 10) jika digunakan dengan teknik dan cara yang tepat (dibutuhkan individuality fit test). Berdasarkan beberapa penelitian, penggunaan masker N95 dan masker bedah tidak berbeda dari segi kejadian ISPA akibat pajanan asap kebakaran hutan. Hal ini berhubungan dengan teknik penggunaan masker N95 yang tidak tepat. Sehingga manfaatnya hampir sama dengan penggunaan masker bedah biasa. Jika digunakan dengan teknik dan cara yang benar, masker N95 dapat mengurangi gejala pernapasan yang timbul akibat pajanan asap kebakaran.

Masker N95 hanya berfungsi jika terpasang secara pas dengan wajah pemakai. Selain itu, penggunaan masker N95 juga meningkatan upaya bernapas. Bagi sejumlah orang, penggunaan masker N95 bisa menyebabkan ketidaknyamanan untuk bernapas, kelelahan, atau sakit kepala. 

Berdasarkan literatur, penggunaan masker N95 direkomendasikan pada kondisi berikut : pada seseorang yang harus berada diluar ruangan saat kondisi asap cukup pekat (dilihat dari kualitas udara PM 10 atau ISPU), dan syaratnya harus dengan “individual fit test” atau sesuai ukuran pemakai dengan waktu penggunaan maksimal 8 jam agar kemampuan proteksinya terjamin dengan baik. 

Penggunaan masker N95 tidak direkomendasikan pada : anak-anak, karena ukuran masker yang kurang sesuai untuk anak, Ibu hamil yang sudah masuk pada trimester kedua maupun ketiga yang mungkin sudah berkurang kapasitas parunya atau gangguan bernapas, Orang tua (lansia), Pasien dengan penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronik yang mengalami kesulitan bernapas serta untuk penggunaan di dalam rumah. Penggunaan masker dilarang pada kelompok tersebut karena berisiko menghambat pernapasan. 

Sampai saat ini tidak ada satupun jenis masker/ respirator yang dapat memproteksi terhadap semua komponen gas dari asap kebakaran hutan, penelitian tentang penggunaan berbagai jenis masker pada kondisi kebakaran hutan masih terus berjalan. Namun, bagi masyarakat yang terkena dampak kabut asap dan kelompok tertentu di atas, dianjurkan tetap menggunakan masker jenis apapun yang dibagikan seperti masker bedah biasa meski secara efektivitas masker N95 lebih mampu menyaring partikel kecil.

Penggunaan masker tetap harus dibarengi dengan pencegahan primer seperti menjalani pola hidup sehat. Terdapat 8 Tips untuk melindungi diri darink3 risiko gangguan kesehatan akibat kabut asap, yaitu:

  1. Hindari atau kurangi aktivitas di luar rumah/gedung, terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan.
  2. Jika terpaksa pergi ke luar rumah/gedung maka sebaiknya gunakan masker.
  3. Minumlah air putih lebih banyak dan lebih sering.
  4. Bagi penderita gangguan paru dan jantung, mintalah nasehat dokter untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi. Segera berobat ke dokter atau sarana pelayanan kesehatan terdekat bila mengalami kesulitan bernapas atau gangguan kesehatan lain.
  5. Selalu lakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), seperti makan bergizi, jangan merokok, istirahat yg cukup
  6. Upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah / sekolah / kantor dan ruang tertutup lainnya.
  7. Penampungan air minum dan makanan harus terlindung baik.
  8. Cuci Buah-buahan sebelum dikonsumsi. Masak bahan makanan dan minuman dengan baik. 
    Tak ketinggalan, salah satu upaya mengendalikan asap yang sudah masuk rumah menurut Menkes adalah melapisi dinding-dinding rumah kayu dengan kain, serta dapat juga meletakan baskom berisi air untuk menampung partikulat di dalam rumah.

Sumber Kemkes RI

Telah terbit di Tabloid Nakita ed 865, available at Scoop Magazine