nutriclub2Kesehatan pencernaan dan normalnya fungsi sistem pencernaan pada bayi tercermin pada pola buang air besar bayi yang normal. Ibu perlu memperhatikan pola buang air besar dan bentuk serta warna tinja bayi untuk bisa memastikan bahwa bayi memiliki sistem pencernaan yang sehat. Pertanyaannya, bagaimana bisa memastikan pola buang air besar dan bentuk serta warna tinja yang seperti apa sih yang normal? Apakah ada perbedaan antara bayi yang diberikan ASI ekslusif dan bayi yang diberikan susu formula?

1. Bagaimana pola buang air besar yang normal pada bayi?
Bayi baru lahir akan BAB paling telat dalam 48 jam pertama, selanjutnya akan BAB 3-4 kali per hari. sedangkan warna BAB akan berubah dari warna hitam pekat, menjadi hijau dan akhirnya berwarna kekuningan pada sekitar usia 5 hari. Jika tidak terjadi perubahan warna BAB, harus dilakukan evaluasi kecukupan asupan ASI.

2. Apa itu mekonium?
Mekonium adalah tinja pertama bayi, dengan konsistensi lengket, kental, dan berwarna hijau gelap. Saat masih di dalam kandungan, janin menelan substansi di cairan ketuban dan menghasilkan produk sisa di usus, yakni mekonium. Mekonium keluar saat bayi masih di dalam kandungan, dalam 48 jam setelah lahir, dan berakhir hingga bayi berusia kurang lebih 5 hari. Setelah bayi berusia lima hari dan seiring bertambahnya frekuensi menyusu bayi, mekonium akan mengalami transisi menjadi tinja yang berwarna kuning. Jika tidak terjadi perubahan warna BAB, harus dilakukan evaluasi kecukupan asupan ASI.

3. Apa warna dan bentuk tinja yang normal pada bayi?
Secara umum, tinja yang normal pada bayi berwarna kuning dan bertekstur lembek. Pada keadaan tertentu, warna tinja yang normal dapat bervariasi, di antaranya:
• Hitam. Pada hari-hari pertama setelah lahir, tinja bayi berwarna hijau gelap hingga hitam, yang disebut mekonium.
• Hijau kecoklatan. Setelah bayi mulai mencerna ASI, mekonium diganti dengan tinja yang berwarna hijau kecoklatan dan kemudian kuning kecoklatan.
• Kuning. Setelah berusia lima hari, tinja bayi yang menyusu ASI biasanya akan berwarna kuning hingga kuning kehijauan.
• Coklat. Bayi yang diberikan susu formula biasanya memiliki tinja yang berwarna coklat muda.
• Warna lain. Katika bayi mulai diberikan makanan padat, tinja dapat berwarna coklat gelap, atau dapat mengandung potongan-potongan sisa makanan yang tidak tercerna dalam usus.

4. Apa warna dan bentuk tinja yang tidak normal pada bayi?
Tinja bayi dapat dicurigai sebagai tinja yang tidak normal apabila tinja:
• Masih berwarna hitam beberapa hari setelah lahir
• Mengandung darah
• Berwarna putih atau abu-abu
• Terus-menerus encer/cair
• Terus-menerus sulit dan keras untuk dikeluarkan, bentuk seperti kotoran kambing

5. Adakah perbedaan pola BAB dan warna tinja pada bayi yang diberikan ASI eksklusif dan bayi yang diberikan susu formula?
Pada bayi yang diberikan ASI, tinja berwarna lebih terang, dari coklat kehijauan hingga kuning terang dan bertekstur lembek. Pada minggu-minggu pertama setelah lahir, bayi akan buang air besar selama atau setelah setiap menyusu. Setelah beberapa minggu pertama, bayi akan buang air besar hanya sekali setiap beberapa hari hingga seminggu sekali. Pola ini bukan masalah asalkan tinja bayi tetap bertekstur lembut, mudah dikeluarkan dan tidak terdapat darah.
Pada bayi yang diberikan susu formula, tinja berwarna coklat kekuningan atau kuning pucat, bertekstur lebih padat seperti pasta gigi, dan berbau tajam seperti tinja orang dewasa. Hal ini terjadi karena usus bayi tidak mencerna susu formula secara sempurna seperti ASI.

6. Bagaimana membedakan kondisi diare dan kondisi normal pada bayi?
Frekuensi buang air besar bayi yang meningkat sesekali atau tinja yang lebih berair sesekali adalah wajar. Dikatakan diare apabila frekuensi buang air besar bayi meningkat secara mendadak, tinja berupa air tanpa ampas, berbau busuk, atau mengandung darah, disertai keluhan bayi tampak demam, perut kembung, maka bayi mungkin mengalami diare.

7. Kapan bayi dikatakan mengalami konstipasi?
Penurunan frekuensi buang air besar pada bayi bukan berarti bahwa bayi mengalami konstipasi. Hal yang sebenarnya adalah sistem pencernaan bayi mampu mencerna dan menyerap zat gizi pada susu. Akibatnya, frekuensi buang air besar bayi lebih jarang. Selama tinja berbentuk lembut dan mudah dikeluarkan, frekuensi buang air besar bayi sekali selama 4-5 hari merupakan hal yang wajar. Namun, bila tinja bayi keras dan kecil-kecil seperti kotoran kambing, sulit dikeluarkan, mengandung darah atau berwarna hitam, disertai keluhan bayi tampak rewel atau belum buang air besar satu kalipun dalam lima hingga 10 hari, maka bayi kemungkinan mengalami konstipasi.

8. Bagaimana mengatasi masalah konstipasi pada bayi ini?
Yang dapat dilakukan Ibu bila bayi mengalami konstipasi di antaranya:
• Aktivitas fisik. Pada posisi bayi terlentang, Ibu dapat menggerakkan kedua kaki bayi ke depan dan ke belakang seolah-olah sedang mengayuh sepeda. Gerakan ini membantu pergerakan tinja dalam usus.
• Pemijatan pada perut. Lakukan pemijatan dengan lembut secara melingkar searah jarum jam di sekitar perut bayi dari pusar ke arah luar.
• Perbanyak asupan buah dan sayur bayi. Asupan buah dan sayur, seperti dalam bentuk jus dapat membantu melancarkan buang air besar.
• Apabila bayi diberikan ASI, perhatikan asupan buah dan sayur serta air putih pada Ibu. Kekurangan konsumsi serat dan air putih pada ibu menyusui akan mempengaruhi kelancaran buang air besar bayi.
• Apabila bayi diberikan susu formula, maka cek dan ikuti petunjuk takaran susu dan air. Takaran susu yang berlebih atau kurangnya air dalam susu formula dapat menyebabkan konstipasi. Selain itu, ibu dapat bertanya kepada dokter apakah perlu menganti jenis susu formula lain yang sesuai dengan keadaan bayi dan dapat mengurangi konstipasi.
• Mandikan bayi dengan air hangat. Mandi air hangat akan membantu bayi rileks dan lebih mudah buang air besar.
Apabila setelah upaya di atas dilakukan belum terdapat perbaikan, maka sebaiknya bayi dibawa ke dokter untuk evaluasi lanjut dan terapi.

9. Apa tanda bahaya pada bayi yang alami gangguan pada BAB?
Ibu perlu membawa bayi ke dokter jika bayi mengalami peningkatan/penurunan frekuensi buang air besar yang tidak normal pada bayi berusia kurang dari dua bulan, tinja mengandung darah atau lendir, atau disertai keluhan-keluhan seperti bayi menjadi lebih rewel, perut kembung dan teraba keras, sering muntah, berat badan tidak naik, demam, bayi lemas, malas menyusu, dan gangguan BAB tidak membaik selama dua hari atau lebih.

Simpulan :
1. Secara umum, tinja yang normal pada bayi berwarna kuning dan bertekstur lembek. Pada keadaan tertentu, warna tinja yang normal dapat bervariasi, di antaranya:

  • Hitam. Pada hari-hari pertama setelah lahir, tinja bayi berwarna hijau gelap hingga hitam, yang disebut mekonium.
  • Hijau kecoklatan. Setelah bayi mulai mencerna ASI, mekonium diganti dengan tinja yang berwarna hijau kecoklatan dan kemudian kuning kecoklatan.
  • Kuning. Setelah berusia lima hari, tinja bayi yang menyusu ASI biasanya akan berwarna kuning hingga kuning kehijauan.
  • Coklat. Bayi yang diberikan susu formula biasanya memiliki tinja yang berwarna coklat muda.
  • Warna lain. Katika bayi mulai diberikan makanan padat, tinja dapat berwarna coklat gelap, atau dapat mengandung potongan-potongan sisa makanan yang tidak tercerna dalam usus.

2. Perbedaan pola BAB Bayi ASI vs Sufor :
Bayi dengan ASI, tinja berwarna lebih terang, dari coklat kehijauan hingga kuning terang dan bertekstur lembek. Bayi dengan ASI lebih sering BAB (3-4x/hari) dan jarang mengalami masalah diare, konstipasi atau kolik.
Bayi dengan susu formula, tinja berwarna coklat kekuningan atau kuning pucat, bertekstur lebih padat seperti pasta gigi, dan berbau tajam seperti tinja orang dewasa. Hal ini terjadi karena usus bayi tidak mencerna susu formula secara sempurna seperti ASI.

3. Tanda Bahaya :
Bawa bayi ke dokter jika bayi tidak BAB setelah usia 48 jam atau BAB bayi mengalami peningkatan/penurunan frekuensi yang tidak normal, tinja mengandung darah atau lendir perut kembung dan keras, Bayi lebih rewel, muntah, malas menyusu. lemas, demam serta mengalami penurunan berat badan,