Tahun ini (2017), Kementerian Kesehatan RI mengupayakan penambahan tiga jenis kekebalan untuk melengkapi program nasional imunisasi dasar lengkap, yaitu: vaksin Measles Rubella (MR); vaksin Pneumococcus; dan vaksin Human Papillomavirus (HPV) untuk mencegah kanker serviks. Vaksin MR untuk menggantikan vaksin Campak diterapkan untuk digunakan secara berkala mulai Januari 2017. Selanjutnya, vaksin Pneumococcus sebagai proteksi bagi anak-anak dari ISPA mulai diterapkan pada pertengahan 2017. Sedangkan vaksin HPV yang sebenarnya sudah mulai diperkenalkan pada program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) tahun 2016 di DKI Jakarta, akan dikembangkan lebih luas pada tahun ini. Sampai dengan tahun 2025, kita akan bertambah 3 imunisasi lagi. Jadi total imunisasi dasar lengkap nantinya ada 14. Kalau sudah punya kekebalan dari 14 penyakit, berarti kita sudah bisa sama dengan negara Eropa dan Amerika.

Jadwal Imunisasi Anak Usia 0– 18 Tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2017

7. VAKSIN PNEUMOKOKUS (PCV)
Memberikan kekebalan terhadap penyakit Invasive Peumococcal Diseases (IPD), yakni meningitis (radang selaput otak), bakteremia (infeksi darah), pneumonia (radang paru), dan infeksi invasif di tempat lain yang disebabkan oleh kuman pneumokokus yang terutama menyerang anak di bawah usia 2 tahun dan lansia.
Jadwal Pemberian:
• Apabila diberikan pada usia 7—12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; dan pada us

Jadwal Imunisasi IDAI 2017

ia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali.
• Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun, PCV diberikan cukup satu kali.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:
Pada dasarnya vaksin Penumokokus aman diberikan, kadang dapat terjadi demam ringan, kurang dari 38°C, rewel, nafsu makan berkurang, muntah, diare, dan gatal-gatal di kulit. Reaksi ini bisa hilang dengan sendirinya. Jika demam, beri obat penurun panas.

8. VAKSIN ROTAVIRUS
Mencegah infeksi rotavirus yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Gejala infeksi rotavirus didahului oleh demam dan muntah yang kemudian diikuti BAB cair tanpa ampas yang dapat menyebabkan dehidrasi berat dan kematian. Diare rotavirus berlangsung selama 40—7 hari.
Jadwal Pemberian:
• Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali. Dosis pertama diberikan usia 6—14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24 minggu.
• Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Dosis pertama diberikan usia 6—14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 dan ke-3 diberikan dengan interval 4—10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:
Pernah dilaporkan diare 7,5%, muntah 8,7% dan demam 12,1%.

9. VAKSIN INFLUENZA
Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang disebabkan oleh virus influenza A dan B. Sebenarnya penyakit influenza sendiri tergolong ringan dan bersifat self-limiting disease alias bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Cukup dengan beristirahat, banyak minum air putih, dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Namun untuk anak-anak tertentu, infeksi virus influenza dapat menyebabkan komplikasi infeksi berat, sehingga diperlukan pemberian vaksinasi influenza. Mereka adalah anak anak penderita penyakit kronik, seperti asma, diabetes, penyakit ginjal, dan kelemahan sistem imun.
Jadwal Pemberian:
• Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun.
• Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu.
• Untuk anak usia 6—36 bulan, dosis 0,25 ml. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 ml diberikan secara suntikan intramuskular (dalam otot)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi :
Reaksi lokal di tempat suntikan seperti bengkak dan kemerahan ataupun reaksi sistemik berupa flu like symptoms yang dapat timbul beberapa jam atau 6—12 jam setelah penyuntikan selama 1—2 haru. Reaksi tersebut sifatnya ringan dan akan hilang dengan sendirinya.

10. VAKSIN MMR/MR
Memberikan kekebalan terhadap tiga penyakit berikut: mumps (gondongan, parotitis), measles (campak, morbili, rubeola), dan rubella. Dari ketiga penyakit ini, rubella adalah penyakit yang ditakuti karena dapat menimbulkan komplikasi pada awal kehamilan. Pencegahan terjadinya sindrom rubela kongenital merupakan tujuan pemberian imunisasi Rubela sehingga sangat dianjurkan pemberiannya terutama pada anak perempuan. Sebaliknya untuk anak laki laki, penyakit mumps (gondongan) dapat mempunyai komplikasi infeksi orkitis (peradangan testis) biasanya terjadi unilateral (salah satu) walau keadaan steril jarang ditemukan.
Jadwal Pemberian:
• Apabila sudah mendapatkan vaksin Campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan).
• Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin Campak, maka dapat diberikan vaksin MMR/MR dengan dosis 0,5 ml lewat suntikan intramuskular atau subkutan (bawah kulit)
• Selanjutnya imunisasi MMR ulangan pada usia 5—7 tahun.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:
• Dapat terjadi demam, ruam, dan lesu yang muncul 1 minggu setelah imunisasi dan berlangsung selama 2—3 hari.
• Untuk mengurangi demam dapat diberikan parasetamol pada masa 5—12 hari setelah imunisasi.
• Kejang demam timbul pada 0,1% anak. Meningoensefalitis (radang otak) terjadi kurang dari 1 per 1 juta anak.

11. VAKSIN VARISELA
Memberikan kekebalan terhadap penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. Imunisasi varisela/cacar air memberikan tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1—12 tahun. Imunisasi cacar air ini terbukti mampu memberikan perlindungan hingga 10 tahun. Saat ini di negara maju telah tersedia imunisasi cacar air yang dikombinasikan dengan vaksin lain.
Jadwal Pemberian:
Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Pemberiannya cukup satu kali saja, karena kemungkinan anak mendapat kekebalan secara alamiah masih tinggi. Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:
Reaksi simpang jarang terjadi, reaksi lokal penyuntikan berupa nyeri, bengkak, demam (1%) atau munculnya ruam ringan

12. VAKSIN HUMAN PAPILOMA VIRUS (HPV)
Memberikan kekebalan terhadap penyakit kanker serviks (mulut rahim) yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Penting diketahui, kanker serviks masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada perempuan penderita kanker di negara berkembang. Penelitian menemukan 99,7% penyebab kanker serviks adalah virus HPV. Jenis tipe virus ini banyak sekali golongannya, tetapi penyumbang terbesar (sekitar 70%) pada terjadinya kanker serviks adalah virus HPV tipe onkogenik 16 dan 18.
Jadwal Pemberian :
• Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0, 2, 6 bulan.
• Apabila diberikan pada remaja usia 10—13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6—12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:
Umumnya tidak berat, antara lain: demam tidak terlalu tinggi dan pada bagian tubuh yang disuntik terasa sakit, muncul kemerahan disertai bengkak, atau malah gatal. Efek samping yang normal ini biasanya akan hilang sendiri dalam beberapa hari.

13. VAKSIN TIFOID
Memberikan kekebalan terhadap penyakit demam tifoid alias tifus. Indonesia merupakan daerah endemis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii ini.
Jadwal Pemberian:
• Dapat diberikan mulai usia 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.
• Ada 2 jenis vaksin Tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif*) dan vaksin suntikan (TyphimVi*). Keduanya sama efektif mencegah serangan bakteri penyebab tifus. Umumnya, vaksin oral diberikan pada anak usia 6 tahun ke atas.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi :
Reaksi lokal umumnya berupa bengkak, nyeri, ruam kulit, dan kemerahan di tempat suntikan. Selain itu juga bisa muncul demam, nyeri kepala/pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea (mual), dan nyeri perut (jarang dijumpai). Efek tersebut akan hilang dengan sendirinya.

14. VAKSIN HEPATITIS A
Memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis A yang dikenal sebagai penyakit kuning. Penularan terjadi secara oral melalui makanan ataupun minuman yang terkontaminasi virus Hepatitis A (VHA). Sebenarnya, penyakit hepatitis A tergolong ringan dan self limiting disease serta tidak menyebabkan penyakit hati kronis atau kanker hati bila dibandingkan dengan penyakit hepatitis lainnya, seperti hepatitis B dan C.
Jadwal Pemberian:
Diberikan 2 kali dosis. Dapat diberikan mulai usia 2 tahun karena anak usia tersebut sudah mulai mengenal jajanan di luar dimana risiko penularan terjadi melalui makanan yang terkontaminasi VHA. Pemberian kedua dilakukan dengan interval 6—12 bulan setelah pemberian pertama.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:
Umumnya jarang terjadi, reaksi dapat berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.

15. VAKSIN JAPANESE ENCEPHALITIS (JE)
Japanese Encephalitis adalah penyebab utama dari kejadian encephalitis di dunia. JE dapat menyerang segala usia, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak. Vaksinasi adalah langkah pengendalian yang penting dan sangat efektif untuk mencegah penyakit ini.

Jadwal Pemberian:
Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1—2 tahun berikutnya.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:
Vaksin JE-VC tidak mengandung gelatin dan jaringan saraf seperti JE-MB, sehingga diharapkan tidak menyebabkan efek samping neurologis.

16. VAKSIN DENGUE
Vaksin Dengue adalah vaksin untuk mencegah infeksi dengue atau mengurangi risiko seorang anak terkena infeksi dengue yang berat. Vaksin Dengue efektif untuk keempat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4). Dengan pemberian vaksin Dengue yang mengandung 4 serotipe, anak yang sudah terinfeksi akan tetap membentuk kekebalan terhadap serotipe lain yang belum menginfeksi anak tersebut.
Jadwal Pemberian:
Diberikan pada usia 9—16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:
Didapatkan 30% reaksi lokal berupa nyeri, 40% sebagai reaksi sistemik berupa nyeri kepala, lemas, dan nyeri otot yang dapat diatasi dengan analgetik.

Telah Terbit di Tabloid Nakita ed 950
Penulis :
Dr. Vicka Farah Diba, MSc., SpA
RS Condong Catur Yogyakarta
Asri Medical Centre Yogyakarta