Ketika Mei Mei ingin Berhijab
Penulis : dr Vicka Farah Diba
Pekanbaru, Maret 2015

Sudah lama Mei Mei ingin berhijab. Menutupi rambut hitam panjangnya dengan sehelai selendang serta memakai pakaian yang hanya memperlihatkan telapak tangan dan wajahnya saja. Namun keinginan sederhana Mei Mei ini mungkin sulit terlaksana. Terlahir 12 tahun yang lalu di California sebagai warga negara Amerika Serikat beretnis Tionghoa, membuat Mei Mei tak seberuntung anak-anak di Indonesia yang sejak kecil tak pernah kesulitan menikmati menu makanan halal ataupun mencari sebuah Mesjid untuk beribadah.

Mungkin hanya petugas perpustakaaan yang mengetahi bahwa Mei Mei adalah seorang Muslim, karena Mei Mei sering meminta izin untuk sholat di belakang lemari buku perpustakaan. Petugas kantin sedikit menaruh curiga setiap Mei Mei menolak beberapa makanan Non Halal, namun dengan cerdas Mei Mei beralasan bahwa ia memiliki riwayat alergi terhadap jenis makanan tersebut. 

Mei Mei tak pernah membicarakan mengenai keinginannya pada siapapun. Hingga suatu malam, setelah sholat Isya dan mendengarkan tausyiah dari Ayah, Mei Mei pun bertanya “A Pa… Apakah memakai hijab itu wajib bagi seorang Muslimah?”

“Benar Mei Mei, sesungguhnya di dalam QS An Nur ayat 31 telah dijelaskan mengenai kewajiban menutup aurat bagi setiap muslimah dengan tujuan agar mereka lebih mudah untuk dikenali dan tidak diganggu” Jelas A Pa

“Dijelaskan juga dalam Hadis Riwayat Abu Dawud, bahwa Rasullullah SAW bersabda seorang wanita apabila telah baligh, maka tidak layak tampak dari tubuhnya kecuali muka dan telapak tangannya”
“Lalu bagaiman kalau Mei Mei ingin memakai jilbab?”tanya Mei Mei lagi
“Tentu boleh sayang, meskipun Mei mei masih anak-anak, namun itu merupakan suatu cara latihan berkomitmen dalam agama sejak dini” jawab A Pa “Pakailah salah satu kerudung milik A Ma, agar A Ma di surga juga bisa melihat dan merasakan kebanggaan seperti yang A Pa rasakan saat ini” sambung A Pa

Mei Meipun tersenyum dan merasa lega, ia memandangi foto A Ma di meja yang memakai kerudung merah sambil menggendong dirinya sewaktu kecil. Niat dan semangat Mei Mei semakin mantap, ia percaya Allah SWT pasti akan memberikan kemudahan bila kita berada di jalanNya.
Keesokan paginya Mei Mei berangkat ke sekolah dengan penampilan baru. Kerudung merah A Ma menutupi rambut hitamnya beserta kaos kaki panjang yang menutupi kaki dari rok pendek seragam sekolah Mei Mei. Seragam sekolah berjasnya sudah cukup menutupi tangan, sehingga Mei Mei tidak perlu mengganti baju.

Teman teman di sekolah pun keheranan melihat penampilan baru Mei Mei. Mereka memang tidak berkomentar apa apa di hadapannya. Tapi Mei Mei tahu jika mereka selalu memperhatikan dan membicarakannya.

Seorang guru sekolah juga sempat menghampiri dan menegur Mei Mei “Selamat pagi Mei Mei, penampilan kamu hari ini berbeda sekali”
“Terimakasih Ibu, Saya senang dan nyaman berpenampilan seperti ini” jawab Mei Mei santun
“Tapi Mei Mei, pakaian kamu tidak sesuai dengan peraturan sekolah” ujar gurunya lagi
“Ya bu, saya mengerti” jawab Mei Mei sambil tersenyun “Namun pakaian saya saat ini, sudah sesuai dengan aturan Agama saya”
“Baiklah Mei Mei, besok kita bicarakan ini dengan A Pa-mu dan Kepala Sekolah” ujar Ibu Guru “Hari ini Mei Mei lanjutkan saja kegiatan sekolah seperti biasa”
Mei Mei mengucapkan terimakasih dengan sopan dan kemudian berlalu dari hadapan gurunya. Tidak ada hal yang menganggu konsentrasi Mei Mei dalam mengkuti aktivitas dan pelajaran sekolahnya. Mei Mei memang sudah mantap dan yakin dengan apa yang ia lakukan.
Esok siang, Mei Mei dipanggil untuk menghadap kepala sekolah di kantornya. Di ruangan kantor kepala sekolah ternyata sudah ada A Pa yang menunggunya. A Pa nampak tenang dan tersenyum melihat kedatangan Mei Mei.
“Ayo masuk Mei Mei” kepala sekolah kemudian mempersilahkan Mei Mei duduk di kursi di sebelah A Pa
“Kami sedang membahas tentang Mei Mei dan seragam barunya” Kepala sekolah mulai membuka pembicaraan. “Menurut kami, Mei Mei belum mempunyai kewajiban untuk memakai pakaian seperti itu. Sehingga Mei Mei sebaiknya kembali memakai seragam sesuai peraturan sekolah” sambung Kepala Sekolah
“Pertama tama, saya merasa bangga bahwa semua yang dilakukan Mei Mei adalah murni dari kesadaran Mei Mei sendiri” jawab A Pa
“Dan sebagai orangtua, sesungguhnya kita semua mempunyai kewajiban mendidik Mei Mei agar mengenal Tuhannya serta belajar berkomitmen dalam apapun terutama dalam Agama” jelas A Pa
“Ya Bu, Mei Mei akan tetap berpakaian seperti ini” sambung Mei Mei “Karena Mei Mei yakin apa yang diperintahkan Tuhan pada hambanya adalah untuk kebaikan hambanya sendiri dan seluruh umat manusia”
“Baiklah kalau begitu Mei Mei. Kami akan membicarakan ini di sidang dewan sekolah nanti” putus Kepala Sekolah menutup pertemuan mereka
Di depan kantor kepala sekolah, A Pa memeluk Mei Mei sebelum pulang “Mei Mei jangan takut ya, A Pa akan selalu mendukung dan mendampingi Mei Mei
“Mei Mei tidak takut A Pa, setelah kesulitan pasti ada kemudahan” Jawab Mei Mei bijak
A Pa kemudian pulang untuk meneruskan pekerjaannya berdagang di toko, sementara Mei Mei bergabung dengan teman temannya menuju kantin sekolah untuk makan siang. Tak lama saat Mei Mei mulai menikmati makan siangnya, dua orang gadis menghampiri meja makan Mei Mei.
“Assalamualaikum, Mei Mei. Bolehkah kami ikut makan bersamamu? Sapa mereka

Mei Mei terkejut melihat Yoko gadis Jepang dan Sarah gadis Amerika yang tak hanya menyapanya dengan salam, namun juga memakai jilbab dan seragam sekolah seperti dirinya.

“Oh, Eh tentu saja boleh. Mari silakan duduk” jawab Mei Mei segera
“Asyik ya, kebetulan makan siang di kantin hari ini semuanya halal” seru Yoko senang “Jadi kita tidak perlu membuang lauknya lagi”
Mei Mei keheranan mendengar kata kata Yoko, ia masih tak percaya bahwa di sekolahnya ada teman lain yang juga seorang Muslim.
“Setelah ini kamu akan Sholat Dzuhur dimana Mei Mei?” tanya Sarah sambil menikmati makan siang” Bagaimana kalau kamu bergabung bersama kami dan teman lain di rumahku” ajak Sarah
“Selama ini kami tidak tahu bahwa kamu seorang Muslim” sambung Yoko “Sehingga kami tidak pernah mengajakmu”
Mei Mei terbelalak mendengarnya, Sungguh benar, bahwa dengan berhijab kita akan menjadi mudah dikenali.
“Tentu saja aku mau Sholat bersama kalian” Mei Mei segera menyambut ajakan Sarah dan Yoko
“Biasanya aku Sholat dibelakang lemari perpustakaan sekolah karena tidak tahu bahwa ada teman lain yang juga seorang Muslim” jelas Mei Mei
“Terimakasih Mei Mei, kamu menjadi penyemangat kami untuk berhijab di sekolah. Sudah lama kami ingin belajar memakai Hijab” ujar Yoko
“Aku juga berterimakasih karena kalian mau berteman denganku”jawab Mei Mei
“Tapi apakah kalian tidak takut dipanggil kepala sekolah bila memakai seragam seperti ini?” tanya Mei Mei
“Tenang saja, semua umat Muslim adalah bersaudara dan saling tolong dalam kebajikan. Orangtua kami pasti akan memberi saran ke sekolah” jawab Sarah
“Sebenarnya saat ini sudah banyak pemeluk agama Islam di Amerika. Karena banyak warga Amerika yang menjadi Muallaf seperti keluarga Sarah” jelas Yoko si gadis Jepang “Banyak warga Amerika yang memutuskan untuk masuk Islam, karena perilaku umat Islam yang mereka nilai sesuai dengan perintah Agama. Sebagian besar rakyat Amerika juga merupakan penganut Agama yang taat. Sehingga keluarga Muslim di sekolah kita, pasti akan mendukungmu Mei Mei”
“Dan sekarang marilah kita menambah saudara dengan sholat berjamaah” ajak Sarah
“Siipp… So pasti dongg” sahut Mei Mei senang
Sejak saat itu, Mei Mei tak pernah lagi sholat di belakang lemari buku perpustakaan. Mei Mei tetap konsisten berhijab dan terus menambah saudara Muslim baru hingga ia dewasa dan sukses menjadi seorang pengusaha restoran China Muslim di California.

Tahukah Kamu :
Islam adalah agama yang paling pesat perkembangannya di Amerika saat ini. Banyak media di Amerika yang menyebut Islam sebagai agama masa depan Amerika. Islam merupakan agama terbesar kedua setelah agama Kristen di 20 dari 50 negara bagian di Amerika Serikat. Saat ini di Amerika terdapat 2016 masjid dan California menjadi wilayah dengan jumlah masjid terbesar di Amerika. Tak heran ya bila banyak warga Muslim penggemar masakan China yang berkunjung ke restoran Mei Mei.

Moral Cerita :
• Sesudah kesulitan, datang kemudahan
• Manusia diciptakan berbeda suku dan bangsa untuk saling mengenal