TRIBUNNEWS.COM - Ini cerita Mama Putri. Beberapa waktu lalu, Putri (5) menderita nyeri perut berulang yang diikuti timbulnya bercak-bercak kemerahan di bokong dan kakinya.

Awalnya, Ibu mengira Putri terkena campak, tetapi kenapa kok bercak-bercaknya enggak muncul di seluruh tubuh.

Setelah diperiksakan ke dokter, diketahui bahwa Putri menderita penyakit Henoch-Schönlein Purpura yang biasa disebut dengan HSP.

Mama pun bingung, penyakit apa pula itu? Dengan sabar, dokter menjelaskannya kepada ibunda Putri.

Menurut Dr. Vicka Farah Diba, MSc., SpA, HSP disebut juga Purpura Alergi atau Anafilaktoid Purpura, merupakan peradangan pembuluh darah (vaskulitis) kecil atau kapiler yang terjadi di kulit, usus, dan ginjal.

Penyakit ini dinamakan sesuai nama dua dokter Jerman yang pertama kali menggambarkan penyakit tersebut pada tahun 1800-an, yaitu dokter Eduard Henoch dan Johann Schönlein.

Pembuluh darah yang meradang dan mengalami perdarahan di kulit tersebut menimbulkan ruam karakteristik yang disebut purpura.

Begitu juga pembuluh darah di usus dan ginjal yang membengkak dapat mengalami perdarahan.

HSP bukan penyakit menular dan lebih sering menyerang anak usia 2 hingga 11 tahun dibanding orang dewasa.

Apa penyebabnya?

Dijelaskan Dokter di RS Ibnu Sina dan RS Santa Maria Pekanbaru Riau ini, meski tidak benar-benar diketahui apa penyebabnya, diduga HSP terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Protein yang disebut immunoglobulin A (IgA) pada pembuluh darah berperan dalam reaksi ini.

Dalam kebanyakan kasus, HSP terjadi setelah seorang anak mengalami infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan bagian atas (sinus, tenggorokan, atau paru-paru).

Namun, obat-obat tertentu, reaksi makanan, gigitan serangga, dan vaksinasi juga dapat menyebabkan hal itu.

Cermati Gejala HSP

- Ruam kemerahan (purpura) yang biasanya timbul di kaki dan bokong.

Ruam juga bisa muncul di lengan, wajah, dan badan. Ruam terjadi pada hampir semua kasus dan biasanya membantu dokter mendiagnosis HSP.

- Nyeri perut yang berulang dan hilang timbul dapat disertai mual, muntah, atau diare. Pada beberapa anak juga dapat ditemui darah dalam tinja (disebabkan oleh pembuluh darah yang pecah).

- Sebagian besar anak dengan HSP juga mengalami nyeri dan bengkak pada sendi. Gejala-gejala ini dapat terjadi sebelum ruam muncul. Yang paling sering terkena adalah sendi-sendi besar, seperti lutut, pergelangan kaki, dan siku.

Bagaimana diagnosis dokter?

Bila ruam khas pada kaki dan bokong muncul disertai dengan nyeri perut atau sendi, dokter dapat dengan mudah mendiagnosis HSP.

Diagnosis mungkin lebih sulit jika nyeri sendi atau gejala perut tersebut hadir sebelum ruam muncul.

Tes darah rutin diperlukan untuk mencari tanda-tanda infeksi, anemia, atau penyakit ginjal. Jika sakit perut parah, tes pencitraan seperti USG perut mungkin diperlukan. Sebuah sampel tinja dapat memeriksa darah dalam tinja dan urine.

Setengah dari anak-anak yang menderita HSP akan memiliki komplikasi ginjal. Sejumlah kecil darah atau protein dapat ditemukan dalam pemeriksaan kencing, sehingga perlu pemantauan fungsi ginjal anak selama beberapa bulan.

Begini pengobatannya

Untuk perawatan di rumah, pastikan anak merasa nyaman serta mendapat banyak cairan/minuman dan istirahat. Jika anak tidak mau makan/minum dan atau nyeri perut semakin parah, perlu perawatan di RS.

Untuk membantu anak merasa lebih baik, diperlukan juga obat-obatan tertentu, seperti:

- Obat penghilang rasa sakit (misal, asetaminofen).
- Anti-inflamasi non-steroid (contoh, ibuprofen) untuk meredakan nyeri sendi dan peradangan.
- Kortikosteroid (seperti, prednisone) untuk sakit perut parah atau kelainan ginjal.
- Antibiotik untuk mengobati infeksi penyebab, jika terjadi infeksi.

Gejala HSP biasanya berlangsung selama sekitar satu bulan. Namun, orangtua tak perlu cemas, karena sebagian besar gejala akan hilang sendiri tanpa pengobatan.

Kebanyakan anak dengan HSP juga dapat sepenuhnya pulih dalam waktu satu bulan dan tidak memiliki masalah jangka panjang.

Namun, pada anak-anak yang ginjalnya terkena komplikasi HSP, tentu perlu pemeriksaan rutin ke dokter untuk memantau fungsi ginjalnya.

Sekitar sepertiga dari mereka yang menderita HSP mengalami kekambuhan lagi di masa datang, biasanya beberapa bulan setelah episode pertama.

Ini (bersama dengan masalah ginjal kronis) lebih sering terjadi pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Jika HSP tidak kambuh kembali, biasanya prognosisnya baik. (*)