“Ahmed Anak Palestina”

Penulis dr Vicka Farah Diba

Pekanbaru, Maret 2015

 

“Abi Pulang!” Salwa sontak meninggalkan kegiatannya menyiram bunga dan menghambur keluar pagar, ketika melihat sebuah mobil putih berlambang bulan sabit berhenti di depan rumah.

Tak lama, nampak Abi turun dari mobil yang segera disambut pelukan hangat Salwa. “Aduh aduh, putri cantik Abi sudah kangen sekali ya” Abi tergelak menerima pelukan Salwa.

Setelah Salwa puas melepas rindu, Zahid sang kakak dan Umipun datang menghampiri lalu bergantian mencium tangan Abi

“Assalamualaikum Abi” sapa Zahid “Alhamdullilah, Abi  telah pulang dengan sehat“

“Bagaimana kabar Palestina sekarang Abi?” tanya Zahid kemudian

“Selalu berdoa untuk saudara kita disana ya Nak” jawab Abi sambil menggengam erat bahu Zahid “Oya, Abi mau memperkenalkan kalian pada seseorang” ujar Abi sambil berbalik ke mobil

Dengan menggunakan bahasa Arab, Abi lalu memanggil seseorang dari dalam mobil. Tak lama, Abi kembali sambil menggendong seorang bocah laki laki tampan, berkulit putih dan bermata bulat, seusia Salwa.  

“Anak anak, kenalkan ini Ahmed dari Palestina” Ayah memperkenalkan bocah tersebut “Abi bertemu dengannya sewaktu menjadi relawan medis di Palestina kemarin” jelas Abi “Ahmed adalah anak yatim piatu, keluarganya tewas dalam serangan bom

“Kasihan sekali kamu nak, pasti sedih sekali kehilangan orangtua” sambung Umi

“Ahmed mengalami trauma sehingga hanya mau dekat dengan tim medis yang merawatnya. Meskipun sampai sekarang, Ahmed masih belum mau berbicara dengan siapapun” 

“Jadi, Ahmed akan tinggal bersama kita Abi? Tanya Zahid

“Insya Allah” jawab Abi “Sampai Ahmed pulih dan bisa memilih untuk kembali”

“Aminnn, semoga Ahmed bisa sehat seperti semula bersama keluarga kita” doa Umi sambil mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk Ahmed.

Sekilas Ahmed kebingungan melihat uluran tangan Umi, namun penjelasan Abi akhirnya membuat Ahmed mau digendong oleh Umi  

Salwapun bertepuk tangan gembira dan langsung gantian minta digendong oleh Abinya.


Tak ada yang berubah dalam keluarga kecil mereka dengan kehadiran Ahmed. Zahid dan Salwa selalu mengajak Ahmed kemanapun mereka pergi. Meski masih belum mau banyak bicara, Ahmed mulai memahami pembicaraan mereka. Bahkan tak ada kendala komunikasi antara Ahmed dan anak anak lain. Saat mengaji bersama di masjid, anak anak senang mengajak Ahmed mengikuti lomba menghapal Quran karena Ahmed banyak hapalan Qurannya.

Seperti malam ini, Ahmed nampak serius menyimak hapalan AlQuran Salwa di rumah.

“Ahamdullilah, nampaknya Ahmed sudah bisa beradaptasi bersama kita ya” ujar Umi sambil membereskan makan malam mereka

“Benar Umi. Walaupun Ahmed masih belum mau banyak bicara, namun ia sudah bisa memahami pembicaraan kami dan selalu bersemangat bila bertemu anak anak lain terutama saat mengaji di masjid” jawab Zahid

“Dengan membaca AlQuran, maka hatipun menjadi tenang. Itulah yang membuat Ahmed menjadi anak yang tabah dan kuat meskipun mengalami cobaan berat” terang Umi

“Benar Umi. Ahmed memang luar biasa, apapun yang terjadi tak pernah membuatnya berhenti menghapal AlQuran” Zahid memandang Ahmed dengan kagum.  


Hari berganti minggu dan minggupun berganti bulan. Tak terasa hampir enam bulan lebih Ahmed tinggal bersama keluarga mereka. Bulan suci Ramadhan pun tiba. Setelah melaksanakan sholat tarawih berjamaah di hari pertama Ramadhan, mereka sekeluarga berjalan pulang ke rumah sambil bergurau bersama.

Dalam perjalanan pulang, beberapa anak tiba tiba melempar petasan ke arah mereka. Petasan itu meledak secara beruntun dengan keras tepat di depan Ahmed. Ahmed yang tak pernah melihat petasan itu sangat terkejut dan langsung berlari ketakutan pulang sambil menangis.

Abipun langsung memarahi anak anak tadi “Hei, kalian kan sudah dilarang bermain petasan, berbahaya!” sayang, anak anak itu tidak bisa mendengar kata kata Abi lagi karena sudah lari menjauh.

Di rumah, Umi dan Salwa sedang menenangkan Ahmed yang masih menangis sambil meringkuk ketakutan dan menutup telinganya “Sepertinya Ahmed teringat kembali pada peristiwa yang membuat keluarganya meninggal” ujar Umi khawatir

Abi menyuruh Ahmed minum dan berusaha mejelaskan kejadian tadi dengan bahasa Arab, agar Ahmed lebih mengerti dan tenang. Ahmed sudah bisa menarik napas setelah minum teh manis hangat buatan Umi, namun ia masih menangis sedih dengan tubuh gemetar ketakutan. Abi kemudian menyuruh Zahid membawa Ahmed ke kamar dan menyelimutinya agar lebih tenang.


Masih terdengar oleh mereka, Abi berkata kepada Umi dengan penuh sesal “Sebenarnya Abi bermaksud membawa Ahmed ke Indonesia yang damai agar proses penyembuhan traumanya lebih cepat. Tidak semua anak bisa beradaptasi dengan kondisi negara yang penuh konflik dan peperangan terus menerus. Apalagi Ahmed sudah menjadi yatim piatu”


Sambil menyelimuti tubuh Ahmed yang masih gemetar, Zahid meneteskan air matanya. Hatinya pedih melihat kondisi Ahmed. Tak terbayang oleh Zahid bila masih banyak anak anak di luar sana yang tak seberuntung anak Indonesia, bisa tumbuh dan bermain dengan damai.


“Umi…” panggil Zahid

“Ada apa Nak” Umi datang menghampiri Zahid

“Mulai sekarang, Zahid berjanji akan berjuang demi anak anak seperti Ahmed dan saudara muslim yang lain dengan belajar dan mendalami agama agar bisa membantu mereka” janji Zahid

“Benar sekali Zahid” Jawab Umi “Karena Jihad hakikatnya adalah upaya bersungguh-sungguh di jalan Allah SWT dalam menjalankan berbagai ragam kebajikan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan bersama. Jihad tidak hanya identik dengan perang.”

“Orang yang sedang menuntut ilmu, dia juga sedang berjihad. Orang yang bekerja, mengupayakan nafkah untuk keluarga, dia sedang berjihad.

Orang yang melawan hawa nafsu dirinya sendiri, itu juga sedang berjihad” sambung Ayah

“Dan untuk Zahid dan  Salwa, tugas kalian saat ini adalah bersungguh sungguh belajar agar dapat bermanfaat bagi semua orang” pesan Ayah


Zahid, Salwa dan Ahmed si Anak Palestina tumbuh dewasa bersama. Ketiga bersaudara ini mengikuti jejak Abi menjadi seorang Dokter. Memenuhi cita-cita mereka yaitu membantu anak dan keluarga yang membutuhkan baik di tanah air maupun di dunia.  Menyembuhkan luka dan trauma Ahmed Ahmed lain, sehingga mereka dapat kembali menebarkan cinta dan perdamaian di dunia.


Moral Cerita :

• Dengan membaca AlQuran, hatipun menjadi tenang. 

• Jadi  anak yang berguna bagi orangtua, bangsa dan agama