220px-Ben_Carson,_MDDalam keadaan miskin kita tak punya kesempatan untuk kemanapun, namun dengan buku kita bisa ke mana saja, bisa menjadi siapa saja dan melakukan apa yang kita inginkan”

Kata-kata itu diucapkan oleh Benjamin Solomon ” Ben ” Carson,Sr seorang penulis buku dari Amerika yang juga merupakan dokter bedah saraf dan ahli bedah pertama yang berhasil memisahkan bayi kembar siam di kepala

Ben Carson kecil, adalah anak yang tak berprestasi dan seorang biang keributan. Ketika usianya menginjak 8 tahun, orangtua Ben bercerai. Sehingga Ben bersama kakaknya Curtis, dibesarkan oleh ibunya. Karena ibunya sibuk bekerja sepanjang hari untuk menafkahi keluarganya. Ben tumbuh menjadi anak yang bandel. Prestasinya di sekolah sangat mengecewakan. Dia pun menjadi bahan olok-olok teman-temannya. Belum lagi, Ben sering menjadi biang keributan di antara teman-temannya.

Karena kebandelan Ben sudah di ambang batas, ibu Ben terpaksa membuat aturan ketat baginya. Jam menonton televisinya dibatasi. Ia dilarang keluar rumah selama PR-nya belum diselesaikan. Selain itu, Ben diharuskan membaca dua buku dalam seminggu yang dipinjam ibunya dari perpustakaan.Ben pun diharuskan membuat laporan setiap buku yang dibacanya itu. Pada awalnya Ben sulit menyesuaikan aturan ibunya itu. Ia sering tergoda keluar rumah untuk bermain dengan teman-temannya. Namun, lama-lama terbiasa juga dan bahkan jadi gila buku. Ia jadi termotivasi untuk meraih masa depan yang lebih baik. “Dalam keadaan miskin kita tak punya kesempatan untuk kemanapun, namun dengan buku kita bisa ke mana saja, bisa menjadi siapa saja dan melakukan apapun yang kita inginkan”ungkap Ben.

Sejak itu Ben melahap buku apa pun. Ia membaca buku teknik hingga ensiklopedia. Ia juga terobsesi menjadi ilmuwan. Ia suka belajar praktik sendiri di laboratorium. Ia meneliti berbagai hal dari buku yang dibacanya. Perubahan ini tentu saja mengherankan guru dan teman-temannya. Banyak juga guru yang mendukungnya. Bahkan ada yang bersedia jadi mentornya di laboratorium. 

Hasil dari upaya ini ternyata luar biasa. Ben mulai memperlihatkan kepintarannya. Bahkan, tak sampai setahun Ben tampil sebagai juara kelas. Ben juga berhasil lulus SMA dengan nilai yang memuaskan. Sayangnya minatnya melanjutkan sekolah terhalang biaya. Meskipun ia mendapat beasiswa di Yale University di bidang psikologi, ia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setelah mengetuk pintu ke sana-sini akhirnya ia bisa bekerja di sebuah rumah sakit sambil kuliah. Ia menjadi tenaga pembantu medis. Dari sanalah impiannya terbangun. Ia sering mendengar orang mencari-cari Dr. Jones. Begitu hebatnya Dr. Jones sampai sampai ia bermimpi, suatu kali bisa juga orang-orang mencari cari Dr. Carson. Sejak itulah ia berupaya mengejar pendidikan di bidang kedokteran.

Menerima Penghargaan Presiden
Setelah lulus dari Yale pada tahun 1973, Ben melanjutkan ke School of Medicine University of Michigan dan memilih bidang saraf ketimbang psikologis yang jadi pilihannya dulu. Dari sanalah ia membangun kariernya sebagai ahli saraf. Ketika lulus ia sudah dikenal sebagai dokter bedah saraf yang cekatan. Satu kelebihannya adalah ia bisa mengoordinasikan antara mata dan tangan dengan sangat luar biasa saat mengoperasi pasien. Selain itu, ia bisa berpikir tiga dimensi dalam melihat bagian yang dioperasi di dalam tubuh pasien. Kecekatannya ini membuatnya bisa bekerja di John Hopkins Hospital di Baltimore, Maryland, dan menjadi kebanggaan rumah sakit yang terkenal di dunia ini. Bahkan dalam usianya yang ke-33, Ben Carson sudah menjadi profesor di rumah sakit itu dan menjadi direktur Pediatric Neurosurgery.

Ia pun terlibat dalam berbagai operasi pasien di berbagai negara. Ia makin dikenal sebagai salah seorang ahli bedah saraf dunia yang hebat. Bahkan sebegitu besarnya apresiasi orang pada Ben, pada tahun 2008 Presiden George Bush memberikan penghargaan The Presidential Medal of Freedom.

Ben berusaha menyimpulkan kesuksesannya ini dengan berkata, “Kamu bisa melakukan apa saja yang dilakukan orang lain, hanya saja kamu harus melakukannya dengan lebih baik”

Sumber : Kisah Inspirasi Nyata dari Anak-anak (Andrie Wongso)