Rumah Badai
Penulis Vicka Farah Diba

Awan kecil tampak menggelayut kelabu siang ini. Sepertinya ada kejadian tak menyenangkan di sekolah sehingga ia pulang dengan hati gundah.

Matahari kecil sahabatnya yang selalu optimis dan ceria menyapanya dengan riang “Hai awan kecil, mengapa Engkau nampak sungguh kelabu dan lesu sekali hari ini?” Namun, hanya rintikan hujan yang menjadi jawaban bagi pertanyaan matahari kecil “Baiklah, awan kecil” sambung matahari penuh pengertian “Mungkin dirimu perlu istirahat di rumah. Jangan lupa sore nanti kita bermain bersama”

Maka berpisahlah kedua sahabat karib tersebut di persimpangan jalan. Awan kecil melayang pulang ke rumahnya yang berada di atas bukit tak jauh dari rumah matahari kecil

“Assalamualaikum, Saya pulang” sapa awan kecil pada keluarganya yang sedang berkumpul di ruang tamu

“Walaikumsalam. Lho ada apa sayang? kenapa kamu nampak lesu dan sedih? Ibundanya sang Angin bertanya penuh kekhawatiran

“Apakah ada yang menganggumu hari ini di sekolah nak?” sambung Ayahnya, sang Awan besar dengan suara berat

“Kalau sedang cemberut seperti itu, Dia sungguh mirip dengan dirimu Ayah” goda Ibunda. Ayahpun tergelak mendengar gurauan Ibu, suara tawanya yang menggelegar bak guntur terdengar sampai ke luar rumah

“Hei sudah” tegur Ibunda yang mulai gusar hingga angin mulai bertiup lebih keras di sekelilingnya “Biarkan awan kecil beristirahat saja di kamar setelah makan siang”

Awan kecilpun melayang lunglai ke kamarnya dengan hati yang lebih pedih. Benar apa yang dikatakan teman temannya di sekolah, keluarganya adalah keluarga aneh. Ayah adalah awan besar yang selalu mengeluarkan suara keras nan menggelegar baik bila sedang berbicara maupun tertawa. Dan ibu si angin, mampu menimbulkan angin ribut hingga angin puyuh bila sedang merasa gusar atau marah. Wajar bila teman temannya menjuluki rumah mereka dengan nama Rumah Badai

Awan kecil memandang keluar dari jendela kamar. Nampak di seberang sana, rumah sahabatnya si cantik bunga matahari dan si periang matahari kecil. Awan kecil merasa iri, melihat betapa tenang dan hangatnya rumah mereka, seakan akan tak pernah ada masalah

Bunga matahari dan matahari kecil yang sedang bermain di halaman menyadari awan kecil yang sedang memperhatikan mereka “Hai awan kecil, marilah bergabung bersama kami” ajak Bunga matahari dengan manisnya. “Tidak akan lengkap permainan tanpa kehadiranmu” sambung matahari kecil riang

Awan kecil lalu mendatangi mereka dengan lesu. Bunga matahari merasa keheranan melihat perubahan teman baiknya itu. Dengan lemah lembut ia membujuk awan kecil untuk menceritakan masalahnya. Namun, setelah mendengar keseluruhan cerita awan kecil, bunga matahari dan matahari kecil justru tertawa hingga awan kecil merasa tersinggung “Kenapa kalian menertawakanku? Kalian memang tidak mengerti perasaanku”

“Maafkan kami awan kecil” Bunga matahari segera mengendalikan dirinya “Kami tidak bermaksud menyepelekan masalahmu. Namun seharusnya kamu tidak perlu memikirkan olokan teman teman di sekolah yang tidak benar itu”

“Kenapa begitu” protes awan kecil “Aku rasa mereka benar, keluargaku memang aneh dan tidak normal. Bahkan aku sendiri juga tidak normal”

“Kamu tidak boleh berkata begitu awan kecil” matahari menenangkan sahabatnya “Tahukah kamu tanpa ada awan dan angin, kehidupan alam ini tidak akan berjalan dengan baik”

“Biji bijian tidak bisa menyebar tanpa bantuan angin. Hewan dan tumbahan juga akan mati kekeringan tanpa air hujan” Sambung Bunga Matahari

“Lalu bagaimana dengan angin puyuh? badai dan guntur yang membahayakan kehidupan? tanya awan kecil

“Semua bencana itu terjadi bila alam terganggu keseimbangannya, bahkan matahari yang terus bersinarpun akan menyebabkan kekeringan dan kematian dimana mana” jelas matahari

“Sesungguhnya kita diciptakan untuk saling bekerjasama” tutup bunga matahari yang manis

Awan kecilpun menyadari kesalahannya, ia seharusya tidak boleh membenci keluarga dan dirinya sediri hanya karena merasa “berbeda” dengan yang lain. Sang Pencipta tentunya Maha Tahu bahwa semua mahluk mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing untuk menjalankan tugas dan peranannya