Menjaga Kesehatan dalam Bencana Asap
Kebakaran hutan dan lahan yang diikuti bencana asap yang menutupi jarak pandang dan mengganggu pernapasan kembali terjadi di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan diakibatkan oleh musim kemarau yang mengakibatkan timbulnya titik-titik api (hot spot) yang dapat secara spontan menimbulkan kebakaran dan diakibatkan juga oleh adanya pembukaan lahan pertanian/ perkebunan baru yang dilakukan dengan cara membakar lahan. Beberapa tahun terakhir, bencana alam ini telah menjadi langganan musibah bagi daerah-daerah tertentu di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Adapun provinsi yang sering dan berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan serta mengakibatkan dampak asap antara lain Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Berdasarkan data Kemkes RI, jumlah titik panas (hot spot) selama bulan Maret hingga 29 Juli 2015 adalah sebanyak 247 titik yang tersebar di Kota Dumai 1 titik, Kab. Siak 11 titik, Kab. Indragiri Hilir 54 titik, Kab. Indragiri Hulu 64 titik, Kab. Kampar 8 titik, Kab. Pelalawan 92 titik, Kab. Kuantan Senggigi 3 titik, dan Kab. Bengkalis 14 titik. Hasil pengukuran Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di sejumlah wilayah di Provinsi Riau dengan kategori sedang yaitu Rumbai (Kota Pekanbaru), Minas (Kab.Siak), Duri Camp (Kab. Bengkalis), Duri Field (Kab. Bengkalis), Kota Dumai. Sedangkan untuk kategori tidak sehat adalah Kab. Rokan Hilir, dan Petapahan (Kab. Kampar).
Kabut asap dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan, lingkungan, dan kelestarian hayati. Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik yang dalam kondisi sehat maupun sakit. Pada kondisi kesehatan tertentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gangguan kesehatan akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak.
Masalah Kesehatan
Terjadi 8 masalah kesehatan bagi masyarakat akibat kabut asap karena kebakaran hutan yaitu :
- Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungki juga infeksi.
- Kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dll.
- Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
- Bagi lansia dan anak-anak (juga mereka yang punya penyakir kronik) dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.
- Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
- Perburukan penyakit kronik
- Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
- Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) lebih mudah terjadi, karena ketidak seimbangan antara daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dll penyebab penyakit (agent) dan buruknya lingkungan (environment).
Terdapat 8 tips untuk melindungi diri dari risiko gangguan kesehatan akibat kabut asap, yaitu:
- Hindari atau kurangi aktivitas di luar rumah/gedung, terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan.
- Jika terpaksa pergi ke luar rumah/gedung maka sebaiknya gunakan masker.
- Minumlah air putih lebih banyak dan lebih sering.
- Bagi penderita gangguan paru dan jantung, mintalah nasehat dokter untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi. Segera berobat ke dokter atau sarana pelayanan kesehatan terdekat bila mengalami kesulitan bernapas atau gangguan kesehatan lain.
- Selalu lakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), seperti makan bergizi, jangan merokok, istirahat yg cukup dll.
- Upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah / sekolah / kantor dan ruang tertutup lainnya.
- Penampungan air minum dan makanan harus terlindung baik.
- Cuci Buah-buahan sebelum dikonsumsi. Masak bahan makanan dan minuman dengan baik. –
Sumber Kemkes RI
0 Komentar