Tetep Ndeso
Oleh Vicka Farah Diba 

Judul diatas adalah simpulan terhadap diri saya sendiri. Berdasarkan pengalaman hidup selama menjalani jenjang pendidikan sekolah di berbagai kota besar di Indonesia bertahun tahun ; (Sekolah menengah atas di Yogyakarta, Pendidikan dokter umum di kota Medan, pendidikan spesialis anak di Yogyakarta lagi) sempat bekerja di propinsi Jawa Barat serta berkali kali bolak balik ibukota Jakarta hingga akhirnya kini bekerja di kota minyak Pekanbaru, saya menyimpulkan bahwa in the inside ; i'm still wong ndeso
 
Kota besar dengan gemerlapnya yang memukau tanpa henti siang dan malam pastinya bakal menarik perhatian bagi siapa saja. Pusat perbelanjaan, sinema hiburan, wisata kuliner, memang merupakan tempat favorit saya, teman dan keluarga untuk meluangkan waktu bersama. Tapi kalau soal gaya dan pola hidup, saya akui tetep aja in the inside i'm still ndeso


Contohnya saja, buat tampilan luar saya masih nganut gaya diri sendiri saja, ndak pernah mengharuskan buat nganut tren fashion terbaru masa kini seperti orang orang kota pada umumnya. Kemudian buat gaya pergaulan, daripada nongkrong ngobrol berlama lama di cafe malam hari, saya pastinya lebih milih bobok manis di rumah. Ndak biasa chatting, dating, pokoknya segala kontak dengan dunia maya dan dunia sosial network, Waaah jan, pokoknya nggumunan n ndeso banget deh saya memang. Dan diantara banyak pilihan wisata kuliner yang ada, ternyata tetep favorit saya itu ujung ujungnya ya es teh manis sama jajanan pasar sebangsa cenil, gatot sama tiwul.....


Yahh...memang mau sekolah setinggi apapun, di kota manapun, tetep aja ujung ujungnya masih ndeso....hehehe....jadi kalau ada cowok yang udah lama hidup di kota besar trus tuntutannya ceweknya mesti up to date gaya tren fashion terkini dengan pergaulan yang maunya"begitu"  dan bener bener langsung ndak berminat sama saya yang masih "ndeso", saya maklum aja....n juga ndak marah dia ndak mau sama wong ndeso kayak saya, soale saya juga sukanya sama cowok ndeso semacam si Parmin yang pernah saya tulis juga di blog ini. Dengan catatan entah masih ada atau tidak manusia semacam si parmin ini, tapi saya tetap yakin dan percaya bahwa Tuhan memasangkan dengan adil, sesama wong ndeso tidak boleh saling mendahului, hehehehe.....


Kalau saya renungkan, diantara hiruk pikuknya kota.....Belajar filosofi wong ndeso ; sebenarnya jadi wong ndeso itu juga ndak jelek jelak amat. yang namanya dunia sifatnya seperti air garam, semakin diminum akan semakin membuat haus, wong ndeso dengan segala keluguan dan sikap nrimonya, akan lebih legowo atau lapang dada terhadap apa yang dimilikinya. Ndak pernah merasa iri dengan yang dimiliki orang lain sehingga ndak konsumtif dan narsistik. Makan nasi tiwul saja sudah kenyang, minum kopi di warteg sambil ngobrol sudah bahagia, yang penting kebersamaannya, kumpul bareng keluarga tiap hari, tertawa bersama, ndak usah cari cari lagi kenalan lewat facebook atau YM. Semua sudah komplit di hati dan di sekelilingnya....hmmm....enaknya.....