Jatuh untuk Menang
Oleh dr Vicka farah Diba 

Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan padanya, maka ia diuji (dicoba dengan suatu musibah). (HR Bukhari) 


Sebagai umat muslim tentunya hadis ini sudah pernah kita dengar atau bahkan sering kita dengar. Namun konsep bahwa suatu musibah, ujian atau cobaan adalah merupakan suatu bentuk kebaikan yang datang dari Allah untuk kita, tentunya kadang sulit diterima oleh akal manusia. Karena jujur saja secara kasat mata dan fisik kita akan lebih mudah menerima konsep kebaikan yang datang dalam bentuk kebahagiaan, keberuntungan, kemapanan dan kenyamanan. 

Sebagai seorang dokter, mungkin saya dapat sekedar sharing sedikit tentang bagaimana sebenarnya mekanisme kerja tubuh kita (jasmani dan rohani) ketika menerima suatu stress atau tekanan dari luar  

Yang pertama, secara Jasmani. 
Pernahkan Anda melihat seorang atlit lari, renang atau angkat besi?? Bagaimana kemampuan tubuh mereka? tentunya berbeda bukan dengan orang dewasa seusia, yang bukan seorang atlit? 
Hal ini disebabkan karena ketika jasmani kita secara kontinu dan bertahap diharuskan mendapat tekanan dan memenuhi kebutuhan yang "lebih" maka tubuh kita pun akan mulai "beradaptasi" dan belajar untuk tetap bertahan dalam suasana baru tersebut. Menghasilkan suatu ketahanan dan kekuatan tubuh baru yang ternyata lebih baik. 

Sebagai contoh, otot otot tangan seorang atlit angkat besi akan menjadi lebih besar ukuran dan kekuatannya karena sering dilatih untuk mengangkat beban yang berat. 
Ketahanan paru seorang atlit renang atau lari pada kondisi kurang oksigen akan lebih tinggi daripada orang biasa oleh karena kemampuan cadangan paru yang mereka miliki memang lebih besar karena latihan yang mereka jalani. 

Cotoh lain, bagi orang dewasa yang bukan seorang atlit tapi rajin melakukan latihan kardiovaskular seperti jalan cepat, lari, berenang dan bersepeda, akan mempunyai jantung yang lebih sehat oleh karena olahraga ini pada dasarnya menantang jantung untuk bekerja lebih keras dan menjadi lebih kuat. Olahraga kardiovaskular akan memperbaiki cara tubuh menggunakan oksigen. Ini akan membuat jantung lebih kuat dan lebih efisien dalam memompa darah ke tubuh. Sehingga menghasilkan suatu stamina tubuh yang lebih baik dan prima dibandingkan orang yang menjalani "sedentary living" atau hidup tenang, bermalas malasan, santai dan tidak pernah melatih tubuhnya untuk berbuat "lebih" dengan latihan menghadapi tekanan. 

Yang kedua, secara rohani. 
Ketika jiwa kita mendapat goncangan, hantaman, kekecewaan atau tekanan yang datang dari luar atau dalam diri kita sendiri sehingga akhirnya menyebabkan kolapsnya jiwa kita atau bahkan sampai jatuh pada keadaan depresi. Maka pada saat depresi itu, tubuh akan kehilangan beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di sistim saraf pusat (terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002). Sebagaimana teori monoamin menyatakan bahwa depresi diakibatkan oleh terganggunya keseimbangan antara neurotransmitter didalam otak. Khsususnya akibat kekurangan serotonin (dan atau noradrenalin) di saraf-saraf otak. Sehingga obat antidepresiva atau obat antimurung adalah obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa (“mood”) dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung.

Nah, darimanakah kita mendapatkan serotonin atau obat anti murung itu?? 
Ternyata selain dari cara farmakologis (obat obatan) dan non farmakologis (makanan, olahraga), kita bisa mendapatkan obat penenag tadi secara kontinu dari aktifitas spiritual. 



Sebagai contoh, sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa ketika kita sujud dalam sholat, maka tujuh anggota tubuh kita bersentuhan dengan bumi. Tujuh titik persentuhan tersebut adalah dahi-hidung (menyatu), kedua lutut, dan kedua ujung kaki kita. Situasi ini akan merangsang tubuh untuk memproduksi hormon 'serotonin' dan 'endorfin' serta mereduksi hormon 'norepinefrin'.  Gerakan menekankan jidat atau puncak kepala ke tanah secara berulang dalam sholat, merupakan langkah strategis untuk mengaktifkan, merangsang, dan mengalirkan kelenjar pineal. Kelenjar pineal adalah jendral bagi hormon-hormon lain yang menstabilkan dan memadu organ dalam berbagai proses fisiologis. Kelenjar ini juga memproduksi sejumlah neurotransmitter, termasuk serotonin, dopamine, dan melatonin yang semuanya bertanggung jawab atas keseimbangan otak. Serotonin mengatur suasana hati, seperti juga endorfin mengontrol rasa sakit. 



Kenapa Tuhan menghadirkan serotonin dan endorfin ini dalam aktifitas spiritual?? 
Ternyata dari berbagai penelitian Serotonin adalah suatu neurotransmiter yang berfungsi mengatur tidur, mengurangi nyeri, dan meningkatkan mood. Saat kadar serotonin dalam tubuh rendah maka kita lebih mudah mengalami depresi bahkan rasa putus asa sampai ingin bunuh diri.

Kemudian dari penelitian lain diketahui bahwa Endorfin yang diproduksi oleh kelenjar pituitary dapat bertindak seperti morphine, bahkan dikatakan 200 kali lebih besar dari morphine. Selama ini endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah, mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Karena endorphine diproduksi oleh tubuh manusia sendiri, maka endorphine dianggap sebagai zat penghilang rasa sakit yang terbaik.

Sehingga setelah mengetahui fakta fakta ini tentunya sekarang kita bisa memahami, ketika kita diberi ujian atau cobaan, hal itu bukanlah suatu hal yang buruk atau sial yang diberikan Tuhan pada kita. Tetapi sesungguhnya adalah karena Tuhan menginginkan kita mempunyai ketahanan yang lebih secara jasmani dan secara rohani kita "dipaksa" untuk selalu ingat dan kembali padaNya oleh karena kebutuhan kita terhadap guyuran serotonin dan endorfin penghasil ketenangan dan kebahagiaan jiwa yang ada dalam aktifitas spiritual

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS ar-Ra’du:28).