Oleh dr Vicka Farah Diba

Pada suatu malam seorang dokter umum bernama Mita sedang bertugas di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) sebuah RS swasta. Tiba tiba datanglah beberapa orang ke UGD membawa seorang pasien wanita yang usianya hampir sama dengan Mita, dalam keadaan histeris dan mencoba ingin bunuh diri. Berdasarkan hasil pemeriksaan, di pergelangan tangan pasien terdapat beberapa luka bekas sayatan pisau tetapi untungnya tidak terlalu dalam sehiggga perdarahannya tidak sampai merenggut nyawa. Kemudian ditemukan juga beberapa guratan lama bekas jeratan tali di leher. Menurut keterangan dari temannya, ini bukanlah yang pertama kalinya wanita itu mencoba untuk bunuh diri. Tetapi untungnya selalu dapat diketahui dan tertolong oleh teman serumahnya. 

Setelah diberikan obat penenang dan dilakukan perawatan luka, si pasienpun  kemudian dapat tenang dan tertidur. Beberapa jam kemudian, hampir menjelang Subuh si pasien mulai terjaga. Setelah perlahan lahan kesadarannya pulih dan menyadari keberadaannya, si pasien kembali menangis tersedu sedu, Ia mengatakan bahwa Ia sangat sedih dan menyesal karena ternyata masih hidup. 

Sang dokter muda kemudian berusaha menenangkan gadis itu, kemudian menanyakan apa alasan sampai dia berkali kali ingin bunuh diri. Si pasien kemudian bercerita "Saya sudah tidak punya tujuan hidup lagi Dok, semua rasanya buntu dan hancur berantakan. Orangtua saya sudah lama meninggal, sehingga saya yang menjadi tulang punggung keluarga sejak kami masih kecil. Tetapi adik saya yang laki laki sukanya hanya berjudi dan minta uang saja pada saya. Padahal usaha saya masih sering turun naik dan kadang banyak ruginya. Kemudian yang membuat saya sakit hati sekali, baru baru ini calon suami saya ternyata kabur dengan wanita lain dan membawa uang hasil usaha saya. Adik saya yang lain, sudah berkeluarga tapi mereka hidupnya juga pas pasan, jadi tidak bisa saya mintai bantuan"  

Dokter Mita pun menghela nafas panjang setelah mendengar kisah hidup pasiennya. Lalu kemudian dia mulai berkata "Mbak, jujur saja saya sendiri juga BUKAN seorang pecinta dunia. Sehingga bila saya menyarankan Mbak untuk tetap hidup, itu bukan agar mbak hidup untuk dunia ini". "Maksud dokter bagaimana?" tanya si pasien. 


"Sebagai sesama muslimah, bila saya menyarankan mbak untuk tetap hidup, itu adalah untuk Allah SWT. Setiap masalah yang dimiliki oleh seseorang adalah besar bagi orang tersebut. Tapi apakah Mbak pernah menyadari, justru disaat kita merasa bahwa di dunia ini tidak ada mahluk yang bisa diharapkan lagi, dimintai pegangan dan pertolongan, pada saat itulah sebenarnya hijab atau pembatas antara seorang hamba dan Rabbnya menjadi hilang. Sehingga dengan masih berada di dunia inipun kita bisa bertemu dengan Allah, meminta tolong hanya padaNya dan berserah diri hanya padaNya. Misalnya saja bila kita merasa bahwa anak, keluarga, teman atau bahkan suami kita sendiri tidak bisa kita jadikan harapan, penggembira atau penenang hati, maka masih ada Allah di sisi kita. Mungkin sebelumnya, ketika kita belum terpukul seperti ini, ibadah kita masih belum ikhlas, usaha kita di dunia penuh dengan niat duniawi saja. Apapun yang terjadi di masa lalu, BERTOBAT saja kepada Allah dan lupakan semuanya, mulai hidup baru. Karena sesungguhnya Allah sesuai dengan sangkaan hambanya, Allah lebih senang kepada taubat hambanya melebihi rasa senangnya kita menemukan barang kita yang hilang (HR Bukhari Muslim), Dan percayalah ketika kita berjalan menuju Allah, maka Allah akan berlari menemui kita (HR Bukhari Muslim)" terang dokter Mita panjang lebar. "Semua mahluk di dunia ini pasti akan mati Mbak" sambung dokter Mita lagi. "Kita semua akan bertemu denganNya, serta diminta pertanggung jawaban atas perbuatan kita. Tapi ada waktunya. Mungkin memang tidak sekarang. Jangan kuatir, waktu itu pasti akan datang. Tidak usah minta dipercepat atau diperlambat. Persiapkan saja diri kita dengan memanfaatkan segala usaha di dunia sebagai bekal menghadapNya" 

Sambil masih terisak isak, si pasien kemudian berkata "Ya Dok, saya mengerti maksud dokter. Pada saat saya dalam keadaan benar benar di bawah titik Nol seperti ini, yaitu di saat usaha dan orang yang selama ini saya jadikan harapan tidak ada lagi, saya benar benar mengerti bahwa hanya Allah saja yang bisa dan pantas dijadikan pegangan serta tujuan hidup" 

"Ya benar. Setelah hanya kepada Allah saja kita berusaha dan berdoa, Percayalah pertolongan Allah itu sangat dekat (QS Al Baqarah : 214). Janji Allah setelah kesulitan maka akan datang kemudahan (QS Alam Nasyrah : 5-6). Sehingga semua masalah pasti akan berangsur angsur mendapat jalan keluarnya, orang yang tidak baik dalam hidup kita, akan digantikan dengan yang lebih baik sesuai ijinNya. Mintalah selalu perlindungan Allah dari hambaNya yang sesat dan tidak baik untuk dunia dan akhirat" 

Adzan subuh yang berkumandang kemudian menghentikan percakapan panjang mereka. Teman si pasien lalu satu persatu  masuk dan bergantian menemaninya setelah melakukan sholat subuh. Memang masih ada beberapa rangkaian terapi yang harus dijalani si pasien, seperti berkonsultasi dengan dokter psikiatri pada pagi harinya. Serta setapak demi setapak ia kembali menata hidupnya. Tetapi percakapan malam itu bersama sang dokter tak pernah ia lupakan,. Menjadi penyemangat tersendiri dalam menjalani hidupnya saat ini dengan cara yang berbeda.