susu sapi

Oleh dr Meiriani Sari MSc SpA IBCLC
(Almamater Pediatrik UGM, RS Puri Mandiri Kedoya & RSIA Ibnu Sina Jakarta)

Halo, apa kabar? Sudah lama ya saya gak sharing. Kali ini saya mau share atau lebih tepatnya curhat sih. Beberapa saat belakangan ini saya mengani kasus sebut saja bayi X yang berusia 3 bulan dengan gagal tumbuh (lahir cukup bulan, berat badan lahir 2.3 kg dan sekarang 4 kg). Si Ibu sangat cemas mengenai kondisi bayinya tersebut, sampai saat itu Ibu Y masih memberikan ASIx pada bayi X, namun memang peningkatan berat badan si bayi tidak naik dengan pesat. Bisikan kiri dan kanan sudah membujuk Ibu Y untuk memberikan sufor saja pada bayi X, si Ibu Y pun mulai berpikir2 untuk memberikan sufor pada bayi X, tapi untungnya ayah Z sangat pro ASI dan meminta Ibu Y untuk mencari bantuan.

Ketika pertama kali datang si Ibu Y sangat gelisah, sedih dan bingung. Dia merasa gagal dan tidak berguna, merasa dan benar2 tersugesti bahwa ASInya tidak memliki kualitas yang baik. Ini keadaan yg wajar untuk seorang ibu yg pasti selalu mengiginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun jika terlalu tersugesti maka akan mengakibatkan jumlah ASI yang terproduksi menurun, karena faktor kecemasan dan tidak percaya diri si ibu tadi. Akhirnya kami evaluasi ternyata Ibu Y belum terlalu memahami posisi dan perlekatan menyusui yang baik, pipi bayi X kempot dan ada suara mengecap selain itu pancaran ASI Ibu Y agak terlalu deras mengakibatkan bayi X tersedak dan seperti mengamuk ketika menetek dan hanya menetek sekitar 5 menit setiap kalinya.

Kemudian penanganan pada bayi X adalah memperbaiki posisi dan perlekatan hingga baik. (Note : baca lengkapnya di Tips Sukses Menyusi (3) Posisi dan Perlekatan Bayi,). Ketika posisi dan perlekatan diperbaiki si bayi mulai agak tenang dan menetek agak lama. Lima hari kemudian bayi kontrol dan mulai menetek sekitar 15 menit setiap kalinya dan berat badan naik 100 g. Wah ini adalah kemajuan yang cukup baik, hanya tinggal menunggu kesabaran dan ketelatenan.

Tapi….. alangkah terkejutnya saya ketika mendapat sms dari Ibu Y yang menanyakan dengan panik “Bu dokter, maaf mengganggu bayi X koq tiba2 badannya merah2 ya setelah saya coba berikan sufor?”. Gubrakkkk….*_* Oh my….. sesi dua jam penuh terpatahkan dengan desakan bisikan2 sekitar dan ketidakpercayadirian Ibu Y. Tapi sih ada “untung”nya juga bayi X alergi sufor sehingga Ibu Y jadi kembali beralih ke ASI hehehe….

Sudah selesaikah masalahnya? Oh belum…. beberapa hari kemudian Ibu Y sms kembali dan menyakan mengenai galaktosemia, intoleransi laktosa karena menurutnya bayinya berdasarkan mbah Google memiliki ciri khas seperti itu. Oh my… *_* Wokeh deh… akhirnya sesi konseling berikutnya adalah pelajaran patofisiologi galaktosemia dan intoleransi laktosa, komposisi ASI, pencernaan ASI dan keadaan feses bayi ASI. Satu sesi selesai dan Ibu Y mulai agak percaya diri lagi.

Kemudian karena dari sesi sebelumnya memang ada mengenai riwayat penyakit paru pada Ibu Y dan saudara2 Ibu Y (TBC?) maka dilakukanlah pemeriksaan darah, ppd test dan rontgent dada. Ketika ada hasil Ibu Y dengan panik sms saya kembali :”Bu dokter, maaf ini hasilnya sudah keluar, maaf saya sempat lihat hasilnya, yang lain normal cuma ini loh bu, limfositnya tinggi, LED tinggi sama MCV, MCH dan MCHC nya agak turun, itu kenapa ya bu? apa anak saya leukemia?” What???? Oh my….*_* si ibu kebanyakan tanya ke mbah google ni… Akhirnya kembali kali ini saya memulai “kuliah” tentang leukemia. Setelah kuliah itu Ibu Y senyum2 (gak jelas juga sih senyum2nya kenapa hehehe).

Ending dari case report yang pajang lebar ini adalah Ibu Y mulai semakin pede, bayi X terus naik berat badannya, sehingga terbukti sufor bukanlah jalan keluarnya, tidak ada yang namanya kualitas ASI buruk, ASI basi, ASI dingin dll. Kondisi menyusui adalah kegiatan alamiah yang paling indah dan nyaman karena itu adalah insting dasar manusia yang telah diberi oleh Sang Pencipta. Hanya 1% dari ibu yang melahirkan yang benar benar tidak bisa menyusui namun kembali lagi bukan sufor jawabannya. Ketika menemui masalah menyusui segeralah cari bantuan pendukung ASI disekitar tempat ibu ibu berada. Jangan mengira ngira, terbujuk bisikan bisikan sekitar yang menyarankan jalan pintas dengan pemberian sufor dan mencoba berselancar sendiri di hutannya mbah Google, karena tanpa pemahaman yang tepat informasi yang didapat malah bisa menyesatkan loh…

Dan pada akhirnya… kuncinya adalah percaya diri dan enjoy the breastfeeding moment, semoga cerita ini bisa bermanfaat 😉

Ps from Admin : Dari ulasan diatas, selain kita simpulkan bahwa ASI tetap yang terbaik bagi bayi, Ada hal lain yang cukup penting untuk dijadikan pelajaran. Buat Mom n Dads di rumah, sebaiknya jangan asal percaya berbagai informasi yang didapat di Mbah Google. Karena bila tidak pandai pandai memilih dan memilah sumber yang benar, maka informasi yang didapat justru akan menimbulkan kebingungan baru bagi Mom and Dads. Saran : 1. Tetap diskusikan kembali informasi yang didapat dari manapun kepada dokter Anda, 2. Carilah informasi dari situs situs terpercaya. Salah satunya tentu di Dokter Anakku (www.dokteranakku.net) 🙂 Karena disini kami selalu memberi informasi seputar kesehatan anak langsung dari Dokter Spesialis Anak, bebasis bukti (evidence based medicine) dengan sumber terpercaya dari WHO, AAP, UNICEF, IDAI, DEPKES RI. Nah, agar tidak ketinggalan informasi terbaru dari Dokter Anakku silahkan Mom and Dads join saja di Grup dan Page Dokter Anakku 🙂 Sampai jumpa ya…