PNEUMONIA BERULANG PADA ANAK
Oleh dr Eka Sari MSc, SpA, Alumni Pediatrik GAMA
Saat ini berdomisili di Mulheim an der Ruhr,Germany
Hati-hati jika anak anda lebih dari satu kali menderita pneumonia. Hampir semua pneumonia berulang (rekuren) disebabkan oleh keadaan atau penyakit yang mendasari (underlying disease) yang menyebabkan anak cenderung mudah menderita pneumonia. Pengobatan pneumonia rekuren tidak cukup dengan terapi pneumonia, tetapi harus ditindaklanjuti dengan pelacakan penyakit yang mendasari.
Apakah Pneumonia itu?
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pada usia anak-anak, pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian terbesar terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Mortalitas anak karena pneumonia di negara berkembang mencapai 4 juta kematian per tahun. Angka kematian Sedangkan insidensi pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21 %. Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya.
Apakah Tanda dan Gejala Pneumonia?
Tanda-tanda pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur, mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya penyakit. Pada umumnya diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan cepat (takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi kebiruan (sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri kepala, nyeri perut dan muntah (pada anak di atas 5 tahun). Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik, tidak selalu ditemukan demam dan batuk.
Apakah Perbedaan Pneumonia dan Pneumonia Berulang?
Pneumonia berulang (rekuren) adalah 2 episode pneumonia yang terjadi dalam periode satu tahun, atau >3 episode pneumonia dalam periode yang tidak ditentukan, dimana terdapat periode perbaikan secara kllinis dan perbaikan gambaran radiologis di antara episode akut. Pneumonia rekuren terjadi pada 7.7–9% anak yang menderita pneumonia.
Pneumonia Rekuren Disebabkan oleh Penyakit yang Mendasari (Underlying Disease)
Terdapat perbedaan etiologi atau penyebab pneumonia dan pneumonia berulang pada anak. Pneumonia biasanya disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).
Sedangkan pneumonia rekuren biasanya disebabkan oleh suatu keadaan atau penyakit yang mendasari yang menyebabkan anak cenderung menderita pneumonia berulang. Pada suatu penelitian di Kanada yang meneliti 238 anak penderita pneumonia rekuren menyebutkan bahwa aspirasi merupakan penyebab utama pneumonia rekuren pada anak, mencapai 47,9%, sedangkan 14,3% menderita gangguan kekebalan tubuh (imun), 9,2% menderita penyakit jantung kongenital, 8% menderita asma bronchial, 7,6% menderita anomaly sistem pernapasan, 5,4% menderita refluks gastroesofageal dan sisanya tidak diketahui.
Bagaimana pengobatan Pneumonia Rekuren?
Pneumonia biasanya diterapi dengan antibiotik. Namun pneumonia yang disebabkan oleh virus tidak akan membaik dengan antibiotik. Pneumonia viral biasanya akan membaik dalam beberapa hari dengan istirahat yang cukup. Terapi antiviral hanya diberikan jika gejala klinisnya berat sedangkan pneumonia yang disebabkan oleh jamur diterapi dengan anti jamur.
Pada kasus pneumonia rekuren, penting untuk mengidentifikasi kondisi penyakit yang mendasari sehingga terjadi episode pneumonia yang rekuren, bersamaan dengan penanganan penneumonia. Pengobatan yang efektif terhadap kondisi medis yang mendasari dapat mencegah terjadinya rekurensi pneumonia. Sehingga terdapat perbedaan pengobatan pneumonia rekuren dibandingkan dengan pneumonia tipikal.
Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus curiga pneumonia rekuren, radiografi yang menunjukkan infiltrat paru merupakan bukti penting yang akan menetukan diagnosis pneumonia. Perbandingan dengan gambaran radiografi sebelumnya harus dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis pneumonia dan menilai konsolidasi yang terlokalisir di salah satu lobus, atau apakah terdapat kelainan multifokal.
Gambaran Roentgen Pneumonia rekuren pada seorang anak. Pneumonia berulang setelah interval waktu 6 bulan.
Evaluasi dan pengobatan tergantung apakah pneumonia terjadi pada regio yang sama atau tidak. Densitas yang terjadi pada regio yang sama menunjukkan adanya kemungkinan obstruksi intraluminal, kompresi ekstraluminal atau abnormalitas struktural jalan napas atau parenkim paru. Penyebab tersering dari obstruksi intraluminal pada anak adalah benda asing, karena terdapat kecenderan anak memasukkan benda ke dalam mulut.
Gambaran Roentgen pneumonia rekuren akibat benda asing yang masuk ke saluran napas
Selain foto Roentgen, kadang kala diperlukan pemeriksaan lajutan untuk melacak penyebabnya. Endoskopi memungkinkan visualisasi langsung akan dapat menentrukan kolaps jalan napas dan lesi yang terjadi di distal bronkus. Chest computerized tomography, magnetic resonance imaging dan angiografi juga dapat dilakukan.
Anak-anak yang menderita pneumonia rekuren pada lobus yang berbeda-beda mungkin mengalami ganggguan batuk atau mekanisme clearance mukosilier, penyempitan jalan napas atau gangguan fungsi imun lokal maupun sistemik. Aspirasi biasanya berhubungan dengan gangguan batuk dan penyempitan jalan napas. Ini bisa merupakan akibat dari disfungsi menelan yang disebabkan oleh abnormalitas sistem saraf pusat, penyakit neuromuskular atau lesi anatomik orofaring. Riwayat batuk saat makan mengindikasikan adanya gangguan menelan yang memerlukan pemeriksaan videofluoroskopi atau endoskopi. Pasien yang mengalami aspirasi kronik mungkin telah kehilangan refleks batuk. Radionuklida salivagram dengan koloid 99mTc-sulfur cukup sensitif dan noninvasif untuk mendeteksi aspirasi kronis.
Anak dengan pneumonia rekuren yang disebabkan karena asma biasanya berusia lebih tua. Radiografi menunjukkan area infeksi, atelektasis atau keduanya. PCR dan bukti kultur menunjukkan mayoritas eksaserbasi asma berhubungan dengan infeksi virus. Anak dengan riwayat batuk malam hari, batuk atau mengi (wheezing) selama aktivitas fisik atau batuk setelah terjadi penyakit saluran napas sebaiknya dilakukan pemeriksaan spirometri dan dinilai respon bronkodilator atau harus mendapat pengobatan kortikosteroid inhalasi dan bronkodilator.
Fibrosis kistik dan diskinesia silier primer merupakan gangguan transport mukosilier. Kistik fibrosis harus dipikirkan pada anak dengan pneumonia rekuren, terutama jika terdapat gejala malabsorpsi saluran cerna. Ditemukannya Pseudomonas aeruginosa dari saluran napas mengindikasikan adanya fibrosis kistik. Pasien dengan diskinesia silier primer biasanya menderita rhinitis purulen dan penyakit telinga tengah rekuren. Sekitar separuh pasien menderita situs inversus. Trias sinusitis, situs inversus dan bronchiectasis disebut sindrom Kartagener, merupakan subset dari penyakit diskinesia silier.
Imunodefisiensi sistemik juga dapat menyebabkan infeksi sistem pernapasan rekuren. Abnormalitas fagositosis, yang paling sering adalah penyakit granulomatosa kronik dapat menyebabkan gangguan pertahanan terhadap bakteri dan jamur. Tidak adanya immunoglobulin yang membantu opsonisasi dan membersihkan bakteri akan menyebabkan infeksi rekuren. Pneumonia rekuren 74% disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae (37%) dan Haemophilus influenzae (26%). Terapi immunoglobulin intravena (IVIG) pada kasus seperti ini dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.
REFERENSI
1. Heffelfinger JD, Davis TE, Gebrian B, Bordeau R, Schwartz B, Dowell SF. Evaluation of children with recurrent pneumonia diagnosed by World Health Organization criteria. Pediatr Infect Dis J 2002; 21: 108-12.
2. Vaughan D, Katkin JP. Chronic and Recurrent Pneumonias in Children. Seminars in Respiratory Infections 2002;17:72-84.
3. Vaughan D, Katkin JP. Chronic and Recurrent Pneumonias in Children. Seminars in Respiratory Infections 2002;17:72-84.
4. MacIntyre CR, et al. Community-based estimates. Epidemiol Infect. 2003;131:1091–1096.
5. Weigl JA, et al. Population-based burden. Eur J Pediatr. 2003;162:309 –316.
6. Owayed AF, et al. Underlying causes of. Arch Pediatr Adolesc Med. 2000;154:190–194.
7. Ciftci E, et al. Underlying causes of. J Trop Pediatr. 2003;49:212–215.
8. Lodha R, et al. Recurrent pneumonia in. Acta Paediatr. 2002;91:1170 –1173.
9. Sheares BJ. Recurrent pneumonia in children. Pediatr Ann 2002; 31(2): 109-14.
10. Couriel J. Assessment of the child with recurrent chest infections. Br Med Bull 2002; 61: 115-32.
11. Heffelfinger JD, Davis TE, Gebrian B, Bordeau R, Schwartz B, Dowell SF. Evaluation of children with recurrent pneumonia diagnosed by World Health Organization criteria. Pediatr Infect Dis J 2002; 21: 108-12.
12. Owayed AF, et al. Underlying causes of. Arch Pediatr Adolesc Med. 2000;154:190–194.
13. Wald ER. Recurrent and Nonresolving Pneumonia in Children. Seminars in Respiratory Infections 1993;8:46-58. (Review article).
14. Gaston B. Infectious Diseases: Pneumonia. Pediatrics in Reivew 2002;23:132-140
15. Donnelly LF. Maximizing the Usefulness of Imaging in Children with Community-Acquired Pneumonia. AJR 1999;172:505-12.
16. Cook SP, et al. The use of. . .. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 1997;41:353–361.
17. Papadopoulos NG, et al. Mechanisms of rhinovirus. Paediatr Respir Rev. 2004;5:255–260.
Artikel lain oleh dr Eka Sari Msc SpA ; Pengenalan Bahasa Asing pada Anak
0 Komentar