Telapak Tangan Basah Karena Penyakit Jantung?
Perhatikan trending topic penyebab telapak tangan basah (berkeringat) di sebuah sosial media tersebut. Dan bukan hanya di sosial media, di ruang praktek dokter pun tak jarang pasien datang berkonsultasi khusus mengenai hal ini dengan persepsi jawaban serupa yang sudah dimiliki.
Telapak tangan selalu basah karena keringat berlebih memang sering membuat gelisah akibat anggapan umum banyak orang yang sering mengaitkannya dengan penyakit berbahaya seperti jantung. Keluhan mengenai telapak tangan basah bisa bervariasi, mulai dari tangan yang selalu lembab dan dingin sampai telapak tangan yang selalu basah karena berkeringat banyak dengan frekuensi sering. Selain kekhawatiran terkait penyakit tertentu, hal ini juga menyebabkan ketidaknyamanan, hambatan sosial, gangguan penampilan, depresi serta menurunnya kepercayaan diri seseorang
Ada apa dengan telapak tangan basah?
Telapak tangan yang selalu basah oleh keringat merupakan bagian dari HIPERHIDROSIS. Di Amerika Serikat pengidap hiperhidrosis sekitar 2-3 persen dari populasi. Hiperhidrosis adalah suatu keadaan peningkatan produksi keringat yang tidak proposional dalam mengkompensasi kondisi lingkungan dan pengaturan suhu tubuh.
Ada dua jenis kelenjar keringat di kulit, yaitu kelenjar apokrin dan kelenjar ekrin. Kelenjar Ekrin, terdapat di sebagian besar tubuh dan membuka langsung ke permukaan kulit. Kelenjar apokrin berkembang di daerah yang dipenuhi dengan folikel rambut, seperti pangkal paha, ketiak dan kulit kepala. Sistem saraf otonom merangsang kelenjar ini untuk mengeluarkan cairan ke permukaan kulit ketika suhu tubuh naik, yang berfungsi untuk mendinginkan tubuh.
Ada dua tipe Hiperhidrosis yaitu HIPERHIDROSIS PRIMER DAN SEKUNDER. Perbedaan antara keduanya adalah LOKASI terjadinya kelebihan keringat serta PENYEBABNYA.
HIPERHIDROSIS PRIMER yaitu kelebihan keringat yang terjadi secara setempat (Lokal) yaitu hanya pada telapak tangan, ketiak, wajah, dan telapak kaki tanpa alasan yang jelas. Kelainan ini dapat terjadi pada pasien sehat, biasanya di bawah usia 25 tahun dan 2/3 pasien dilaporkan mempunyai riwayat keluarga yang serupa. Karakteristik Hiperhidrosis Primer adalah : bersifat bilateral, simetris, menganggu aktivitas sehari hari, frekuensi sekurangnya sekali seminggu, dapat terjadi selama 6 bulan atau lebih tanpa sebab yang jelas, timbul pertama sebelum usia 25 tahun, terdapat riwayat dalam keluarga yang serupa dan menghilang saat tidur. Hiperhidrosis primer TIDAK disertai kondisi berikut : berkeringat di seluruh tubuh, demam, penurunan berat badan, kurang nafsu makan, diare, jantung berdebar, dalam pengobatan tertentu dan berkeringat malam.
Penyebabnya yaitu ketidakmampuan saraf simpatis dalam menghentikan kerja kelenjar keringat. Orang dengan hiperhidrosis primer umumnya berkeringat dari kelenjar keringat ekrin yang berjumlah 2-4 juta di dalam tubuh dan paling banyak ditemukan di kaki, telapak tangan, wajah, dan ketiak. Ketika suhu tubuh meningkat, banyak bergerak dan merasa emosi, saraf mengaktifkan kelenjar keringat. Saat saraf beraksi berlebihan, itulah yang menjadi penyebab hiperhidrosis. Bahkan dengan memikirkan sesuatu yang membuat mereka cemas, orang dengan hiperhidrosis primer bisa berkeringat
Sementara itu HIPERHIDROSIS SEKUNDER merupakan berkeringat berlebihan di seluruh tubuh, jadi lokasinya TIDAK HANYA di telapak tangan, ketiak atau kaki saja. Hal ini dapat berkaitan dengan kondisi sistemik, kondisi medis atau pengobatan tertentu. Misalnya, kehamilan, diabetes, penyakit hipertiroid, menopause, obesitas, penyakit Parkinson, asam urat, dan infeksi. Secara normal, kelenjar keringat juga akan aktif dan membawa keringat ke permukaan kulit di seluruh tubuh saat suhu lingkungan meningkat, sedang demam, berolahraga, merasa cemas, tegang, atau stres. Namun ketika faktor-faktor tersebut tidak sedang dialami dan keringat tetap ada, maka Anda perlu tahu sebabnya.
Untuk PENANGANAN, karena keringat diatur oleh sistim saraf otonom, maka obat yang diberikan adalah yang bekerja mempengaruhi kinerja saraf otonom.
Dalam kasus ringan dapat diberikan antiperspiran yang mengandung aluminium klorida heksahidrat, 20% untuk ketiak dan 25% untuk telapak tangan dan kaki yang diberikan setiap malam, namun terapi ini bersifat menutup secara mekanis saluran kelenjar ekrin sehingga menyebabkan kelenjar menjadi atrofi (mengecil). Dapat juga diberian obat obat antikolinergik lokal maupun topikal.
Alternatif lainnya adalah dengan melakukan terapi botox untuk lokasi yang terbatas di telapak tangan, telapak kaki atau ketiak. Terapi botox adalah pemberian suntikan Botulinum Toksin dan berfungsi menghambat pelepasan asetil kolin dari saraf simpatis yang mensarafi kelenjar keringat. Namun karena sifatnya tidak permanen, kemungkinan besar jika masa waktu dari terapi tersebut habis (2-8 bulan) maka kondisinya akan kembali pada kondisi awal.
Terapi yang lebih permanen adalah terapi bedah yang disebut Thoracoscopic Sympathectomy. Yaitu operasi yang di lakukan dengan cara mengklem saraf simpatis di sekitar daerah ketiak yang berhubungan dengan telapak tangan. Operasi ini dapat dilakukan tanpa harus rawat inap di rumah sakit dengan tingkat keberhasilan sekitar 98%
Sekedar agar tak berlebih kondisi hiperhidrosisnya, bisa juga ditempuh beberapa langkah Non Medikamentosa berikut:
- Hindari makanan pedas
- Pilih bahan baju yang tidak tebal
- Kurangi stress (ini paling penting)
- Jaga berat badan ideal. Kegemukan juga berefek pada produksi keringat.
- Hindari kafein, merokok dan alkohol
Sumber :
Diana, AI. Hiperhidrosis dalam Masalah Kulit pada Remaja. Perawatan Kulit dan Kelamin Sejak Bayi hingga Remaja, Badan Penerbit FKUI, 2013
Rode,H et al. Transaxillary sympathectomy for primary hyperhidrosis palmaris in children. Pediatr Surg Int (1986)1 : 21-25
[bws_google_captcha]
0 Komentar