leptospirosis

Setiap memasuki awal tahun di mana curah hujan di Indonesia cukup tinggi, istilah penyakit Leptospirosis banyak dibicarakan kemunculannya. Memang, Leptospirosis masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama di daerah rawan banjir.

Untuk itu, mari kenali dan waspadai Leptospirosis untuk mencegah terjadinya wabah Leptospirosis.

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka

Permenkes RI Nomor1501/Menkes/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan, menyebutkan bahwa LEPTOSPIROSIS termasuk salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah.

Leptospirosis adalah penyakit bersumber dari binatang (zoonosis) yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Leptospirosis bersifat akut dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian. Manusia dapat tertular Leptospirosis karena kontak dengan kencing tikus yang mengandung bakteri Leptospira atau air, lumpur yang telah terkontaminasi dengan kuman ini dan menembus kulit lecet atau mukosa tubuh.

Leptospira adalah : Bakteri berbentuk spiral dari spesies Leptospira, famili Leprospiraceae ordo Spirochaetales.

Nama lain Leptospira : Weil’s disease, Hemorrhagic Jaundice, Mud Fever, Flood Fever, Canicola fever, Trench Fever, Rice Field Fver, Swineherd disease. Manifestasi leptospira berat hingga menyebabkan kematian dikenal sebagai penyakit Weil (Weil’s disease) atau leptospirosis ikterik. 

Hewan sumber penular : Tikus, Babi, Sapi, Kambing, Domba, Kuda, Anjing, Kucing, Burung, Landak, Tupai, Rubah. Kelelawar

GEJALA LEPTOSPIROSIS :

  • Demam mendadak hingga menggigil, sakit kepala, muntah, pegal pegal,
  • Konjungtivitis (conjunctival infusion) tanpa disertai sekret mata
  • Nyeri otot terutama otot betis dan ototo punggung
  • Gejala muncul pada hari ke 4 – 9 hari setelah terkena infeksi

Jika Anda mengalami gejala gejala diatas setelah 1-2 minggu yang lalu berada di lingkungan tercemar atau terkena banjir, maka segera ke pelayanan kesehatan terdekat.  90% kasus leptospirosis bermanifestasi sebagai penyakit demam akut dan mempunyai prognosis baik, sedangkan 10% kasus lainnya mempunyai gambaran klinis lebih berat hingga kematian.

Definisi Kasus Leptospirosis

Terdapat tiga kriteria yang ditetapkan dalam mendefinisikan kasus Leptospirosis, yaitu :
1) Kasus Suspek, 2) Kasus Probable, dan 3) Kasus Konfirmasi. (Depkes RI) 

1. Kasus Suspek (dicurigai)
Demam akut dengan atau tanpa sakit kepala, disertai nyeri otot, lemah (malaise), conjungtival infusion (konjunctivititis tanpa sekret mata), dan ada riwayat terpapar dengan lingkungan yang terkontaminasi atau aktifitas yang merupakan faktor risiko Leptospirosis dalam kurun waktu 2 minggu.

Faktor risiko tersebut antara lain :
a) Kontak dengan air yang terkontaminasi kuman leptospira atau urine tikus saat terjadi banjir;
b) Kontak dengan sungai atau danau dalam aktifitas mandi, mencuci atau bekerja di tempat tersebut;
c) Kontak dengan persawahan ataupun perkebunan (berkaitan dengan pekerjaan) yang tidak menggunakan alas kaki;
d) Kontak erat dengan binatang, seperti babi, sapi, kambing, anjing yang dinyatakan terinfeksi Leptospira;
e) Terpapar atau bersentuhan dengan bangkai hewan, cairan infeksius hewan seperti cairan kemih, placenta, cairan amnion, dan lain-lain;
f) Memegang atau menangani spesimen hewan/manusia yang diduga terinfeksi Leptospirosis dalam suatu laboratorium atau tempat lainnya;
g) Pekerjaan atau melakukan kegiatan yang berisiko kontak dengan sumber infeksi, seperti dokter, dokter hewan, perawat, tim penyelamat atau SAR, tentara, pemburu, dan para pekerja di rumah potong hewan, toko hewan peliharaan, perkebunan, pertanian, tambang, serta pendaki gunung, dan lain-lain.

2. Kasus Probable (diduga)
Dinyatakan probable merupakan saat di mana kasus suspect memiliki dua gejala klinis di antara tanda-tanda berikut :
a) Nyeri
b) Ikterus atau jaundice merupakan kondisi medis yang ditandai dengan menguningnya kulit dan sklera (bagian putih pada bola mata);
c) Manifestasi pendarahan;
d) Sesak Nafas
e) Oliguria atau anuria, yakni ketidakmampuan untuk buang air kecil;
f) Aritmia jantung;
g) Batuk dengan atau tanpa hemoptisis;dan
h)Ruam kulit.

Selain itu, memiliki gambaran laboratorium:
a) Trombositopenia < 100.000 sel/mm;
b) Leukositosis dengan neutropilia > 80%;
c) Kenaikan jumlah bilirubin total > 2 gr% atau peningkatan SGPT, amilase, lipase, dan creatin phosphokinase (CPK);
d) Penggunaan rapid diagnostic test (RDT) untuk mendeteksi imunoglobulin M (IgM) anti leptospira.

3. Kasus Konfirmasi
Dinyatakan sebagai kasus konfirmasi di saat kasus probable disertai salah satu dari gejala berikut:
a) Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik;
b) Hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) positif; dan
c) Sero konversi microscopic agglutination test (MAT) dari negatif menjadi positif.

Saat ini, belum ada kebijakan dari Kemenkes RI mengenai pengobatan massal, mengingat Leptospirosis relatif mudah disembuhkan dengan antibiotik, apabila cepat dalam diagnosa.

PENGOBATAN LEPTOSPIROSIS :
Pemberian Antibiotik golongan penisilin
Rawat Inap diperlukan apabila dijumpai gejala komplikasi pada pasien

PENCEGAHAN LEPTOSPIROSIS :banjir2
1. Simpan makanan dan minuman yang baik agar terhindar dari tikus
2Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah bekerja di kebun, sampah, tanah, selokan atau daerah tercemar lainnya
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah
5. Menghindari adanya tikus di gedung atau rumah dengan menjaga kebersihan lingkungan
6. Bila kulit Anda terluka, maka tutupilah luka dan lecet tersebut dengan pembalut kedap air terutama sebelum bersentuhan dengan tanah, lumpur, air atau yang mungkin dicemari air kencing binatang
7. Pakailah sepatu bila keluar, terutama bila tanahnya basah atau berlumpur