Putri Malu dan Cermin Ajaib 
Oleh dr Vicka Farah Diba

Alkisah di sebuah kerajaan, hiduplah seorang Putri yang terlahir dengan wajah cacat sejak lahir. Ibunda Putri bahkan meninggal saat melahirkannya. Sehingga Sang Putri tumbuh di istana tanpa kehadiran seorang Ibu. Karena wajahnya yang cacat, Putri tak pernah keluar dari kamarnya kecuali pada malam hari. Putri yang malu bila bertemu dengan siapapun itu akhirnya dikenal dengan nama Putri Malu.
Putri Malu kini telah beranjak remaja. Sebagaimana gadis seusianya, ia juga memiliki kerinduan untuk pergi ke dunia luar dan bertemu dengan gadis gadis lain. Namun rasa malu akan wajahnya yang cacat membuat ia mengurungkan niatnya untuk keluar dari kamar dan istana. 
Ibu Suri, salah satu pengasuhnya nampak gundah melihat kegelisahan Putri Malu. Ia merasa kasihan pada anak piatu asuhannya itu. Suatu malam, Ibu Suri memberanikan diri bertemu dengan Putri Malu di taman istana.
Putri Malu yang sedang asyik bermain dengan kelinci istana, terkejut dengan kehadiran Ibu Suri. 
“Maafkan hamba yang telah lancang menemui Putri” ujar Ibu Suri gugup “Namun ada hal penting yang ingin Ibu Suri sampaikan”
“Tidak apa Ibu Suri” jawab Putri Malu “Hal penting apa yang ingin Ibu Suri sampaikan?”
“Ibu sedih melihat keadaan Putri Malu yang tak pernah keluar dari Istana pada siang hari” keluh Ibu Suri “Lebih sedih lagi, karena Ibu Suri tahu bahwa sesungguhnya Putri tidak bahagia bila terus berada di dalam istana”
“Mungkin memang ini nasib yang harus dijalani orang cacat” keluh Putri Malu sambil mengusap wajahnya.
“Jangan berkata begitu, Putri sesungguhnya cantik dan baik hati, namun sayang Putri tidak bisa melihat anugerah itu” Ibu Suri lalu mengeluarkan sebuah cermin dari dalam kantong yang dibawanya
“Itu sebabnya menurut Ibu Suri, Putri memang membutuhkan Cermin Ajaib ini” sambung Ibu Suri 
“Cermin Ajaib?” tanya Putri Malu keheranan
“Benar Putri, ini adalah Cermin Ajaib yang dijaga oleh Ibu Suri Istana secara turun temurun” jelas Ibu Suri “Cermin ini dapat memperlihatkan wajah asli seseorang. Dahulu para Raja menggunakannya untuk mengenali penyihir yang sedang menyamar”
Putri Malu merasa tertarik dengan Cermin Ajaib dan ingin mencobanya. Ia kemudian mulai berkaca di Cermin Ajaib itu, seketika Putri Malu menjerit lalu membuang Cermin Ajaib ke tanah.
“Penyihir jahat! Pergilah kau!” Putri Malu berseru marah pada Ibu Suri “Aku hanya melihat wajah cacatku di cermin itu. Sesungguhnya Engkau telah menipuku. Cermin itu hanya cermin biasa!”
Ibu Suri merasa kebingungan lalu memungut Cermin Ajaib dari tanah. “Ampun Putri, sungguh hamba tidak berbohong” Ibu Suri mencoba menjelaskan “Cermin ini memang menunjukkan wajah asli seseorang. Ia menunjukkan wajah yang terpancar dari hati manusia”
“Saat ini, mungkin Putri sedang meratapi nasib dan tidak merasa bersyukur. Maka Cermin Ajaib menunjukkan wajah hati Putri yang sedang sakit” sambung Ibu Suri
“Bawalah cermin ini dan rubahlah sikap Putri” bujuk Ibu Suri “Putri dapat bercermin lagi setelah merubah sikap dan lihatlah perubahan ajaib yang terjadi” janji Ibu Suri, sambil menyerahkan Cermin Ajaib pada Putri Malu
Putri Malu yang masih terisak, akhirnya mau menerima Cermin Ajaib pemberian Ibu Suri dan segera kembali ke kamarnya.

Butuh waktu beberapa minggu hingga akhirnya Putri Malu berani mencoba menuruti saran Ibu Suri dan merubah sikapnya dengan keluar kamar di siang hari. Para pelayan dan pengawal istana terkejut sekaligus senang melihat perubahan Putri Malu. Mereka menyambut Putri Malu dengan suka cita dan mengajaknya berkeliling Istana untuk bermain di kebun bunga. 

Merasakan hangatnya sinar matahari yang menyinari kulit serta hembusan angin, membuat Putri Malu tak segan untuk keluar kamar lagi di siang hari. Bahkan kelinci kesayangannya juga tampak lebih senang bermain di pagi hari bersama Putri Malu. Putri Malu kini lebih sering tertawa dan tersenyum. Putri Malu juga mulai berani keluar istana serta berkeliling desa sambil menunggang kuda kesayangannya. Saat berkeliling desa, Putri Malu membantu siapapun yang membutuhkan. Putri Malu tak pernah segan bertemu orang baru dan tak terbebani lagi dengan wajahnya yang cacat.

“Ibu Suri senang sekali melihat Putri Malu bisa tertawa bahagia” ujar Ibu Suri di suatu sore, ketika Putri Malu sedang asyik melukis bunga
Putri Malu menjawab sambil tersenyum “Terimakasih atas saran Ibu Suri untuk memperbaiki perilaku dan wajah hati malam itu”
“Lalu apakah Putri sudah mencoba berkaca dengan Cermin Ajaib lagi?” tanya Ibu Suri
Putri Malu melirik kantong yang ada disampingnya, kemudian tersenyum simpul “Saat merasakan hangatnya sinar mentari dan kebahagiaan membantu orang lain, Aku menyadari betapa banyak hal indah yang telah terlewatkan hanya karena tidak mau bersyukur” Jelas Putri Malu
“Entah kenapa aku sekarang tak pernah merasa kekurangan. Meskipun tahu bahwa wajahku tak akan pernah berubah menjadi cantik”  jelas Putri Malu sambil mengusap wajahnya.
“Putri ingat tidak, bagaimana cara kerja Cermin Ajaib itu?” tanya Ibu Suri sambil memperlihatkan Cermin Ajaibnya“Ia hanya akan memperlihatkan wajah hati, wajah sesungguhnya dari seorang anak manusia” Dan benarlah, kini hanya wajah Putri cantik jelita tanpa cacat yang selalu tampak ketika Putri Malu berkaca di Cermin Ajaib šŸ™‚

Moral Cerita :
Pentingnya berkaca pada diri sendiri untuk evaluasi 
Berani berubah untuk kebaikan
Kecantikan sejati berasal dari hati yang baik

20 Cerita Asyik Pembangun Karakter Anak Muslim

20 Cerita Asyik Pembangun Karakter Anak Muslim

Baca kumpulan cerita menarik karya dr Vicka Farah Diba lainnya dalam Buku “20 Cerita Asyik Pembangun Karakter Anak Muslim” Penerbit Al Kautsar