Meski dapat menimbulkan kematian, sesungguhnya penyakit ini dapat diobati, bahkan dicegah.

Bakteri antraks selama ini paling sering ditemukan pada hewan pemakan rumput, seperti sapi, domba, dan kambing.

Mama Papa mungkin telah mendengar berita seorang pasien anak (8) yang dirawat di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta meninggal dunia karena diduga menderita antraks. Seperti dilansir situs regional.kompas.com (21/1), pasien anak berinisial H itu awalnya dirawat di RSUD Sleman, lalu dirujuk Ke RSUP dr. Sardjito dalam kondisi panas tinggi. Karena kesadarannya menurun, pasien langsung dirawat di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU), lalu dipasangi ventilator dan diperiksa secara menyeluruh. Namun setelah enam hari dirawat, pasien tidak tertolong. Hasil diagnosisnya menunjukkan suspect virus Bacilius anthracis (antraks), tetapi masih memerlukan investigasi lebih mendalam untuk kepastiannya.

Bisa dipahami jika masyarakat, terutama orangtua, menjadi resah dengan adanya berita tersebut. Namun keresahan itu sebenarnya tak perlu terjadi apabila kita tahu bahwa seseorang yang terinfeksi bakteri antraks dapat disembuhkan secara medis. “Antraks pada manusia dapat disembuhkan dengan penanganan yang tepat,” tegas dr. Riris Andono Ahmad, MPH, PhD, Ketua Tim Respons Cepat Waspada Antraks Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) saat konferensi pers (21/1), seperti dikutip Unversitas Gajah Mada di situs resminya http://www.ugm.ac.id (21/1). Selain itu, penyakit ini juga tidak bisa ditularkan manusia ke manusia. Penularan bakteri antraks terjadi saat manusia kontak dengan hewan yang terinfeksi antraks. Yuk, Mama Papa, kenali lebih dekat infeksi antraks ini!

BAKTERI BACILLUS ANTHRACIS
Antraks merupakan penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan oleh hewan) yang dapat menimbulkan kematian. Riris menjelaskan, orang yang terinfeksi antraks lalu meninggal dikarenakan bakteri sudah menyerang ke saluran pernapasan dan organ lainnya. Nah, antraks yang menyerang saluran pernapasan (paru-paru) dan organ-organ penting lainnya hingga mengakibatkan penderitanya meninggal dunia ini, dijelaskan oleh dr. Abu Tholib, MSc., PhD, hanya 1%. “Sebagian besar, 99%, menyebabkan kelainan kulit dan itu dapat disembuhkan,” terang Pakar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM ini di situs resmi UGM.
Adapun penyebab antraks ialah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri antraks selama ini paling sering ditemukan pada hewan pemakan rumput, seperti sapi, domba, dan kambing. Akan tetapi dapat menginfeksi manusia ketika mereka menghirup atau menelan spora antraks. Beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah endemis antraks, di antaranya: wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

INFEKSI ANTRAKS PADA MANUSIA
Manusia dapat terinfeksi melalui salah satu dari ketiga kemungkinan ini, yaitu melalui infeksi kulit, hirupan, atau tertelan spora antraks. Manifestasi klinis pada manusia bergantung pada jalan masuknya spora antraks ini ke tubuh manusia, di antaranya :
# Antraks Kulit
Sebanyak 95% infeksi antraks terjadi melalui infeksi kulit oleh spora antraks dari bangkai binatang yang terinfeksi. Umumnya penderita mengeluh demam dan sakit kepala disertai kulit yang melepuh berisi cairan. Lesi tersebut kemudian membesar dan pecah menjadi borok tertutup kerak warna hitam yang disebut eschar (pathognomonik = ciri khas). Kelainan kulit ini biasanya muncul di daerah terbuka seperti muka, leher, lengan atau tangan.

# Antraks Hirup atau Paru-Paru
Antraks paru-paru biasanya terjadi pada orang yang menangani produk hewan, misalnya, penyortir bulu domba, sehingga sering disebut sebagai wool-sorter’s disease. Hirupan spora antraks menimbulkan gejala demam, lemas, nyeri otot, batuk kering, dan dalam 2—4 hari dapat terjadi gangguan pernapasan. Gejala ini diperparah dengan adanya perdarahan paru, edema paru, hingga terjadi gagal napas. Pada beberapa kasus, kematian dapat terjadi dalam waktu 24 jam.

# Antraks Usus
Kuman (atau bakteri) antraks dapat masuk ke tubuh kita akibat tertelan spora antraks dari daging binatang yang terinfeksi dan kurang matang. Antraks usus ditandai dengan gejala sakit perut, mual, muntah, diare, penurunan nafsu makan, dan demam. Dapat juga terjadi muntah darah dan diare darah akibat terbentuknya borok di usus. Meskipun berpotensi menyebabkan syok dan kematian akibat kehilangan cairan dan darah, bentuk antraks usus merupakan yang paling jarang terjadi pada manusia (note : kuman atau bakteri dapat masuk ke tubuh akibat tertelan spora)

# Antraks Meningitis
Ketiga bentuk antraks di atas memungkinkan terjadinya gejala lebih lanjut berupa meningitis atau infeksi otak. Jadi, antraks meningitis merupakan komplikasi bentuk antraks yang lain. Gejala klinisnya seperti radang otak maupun selaput otak, yaitu demam, sakit kepala hebat, kejang, penurunan kesadaran, dan kaku kuduk

Bersambung …. Mengenal Infeksi Antraks (2) 

Penulis : dr Vicka Farah Diba Msc SpA
Telah terbit di Tabloid Nakita edisi 931, 1 Februari 2017