Datangnya musim hujan merupakan faktor risiko terjadinya beberapa penyakit. Pada musim hujan, biasanya akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti, yaitu nyamuk penular penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini dikarenakan saat musim hujan banyak sampah, seperti: kaleng bekas dan ban bekas yang terisi air dan menjadi genangan untuk beberapa waktu. Genangan air itulah yang akhirnya menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk tersebut. Dengan meningkatnya populasi nyamuk sebagai penular penyakit, risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat

GEJALA
Manifestasi klinis DBD sangat luas, yaitu dari infeksi tanpa gejala, gejala ringan, sampai gejala berat bahkan kematian. DBD lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya jika dialami oleh anak akibat belum sempurnanya respon imun seorang anak. Hal yang berbahaya dari DBD adalah perdarahan dan renjatan atau syok (kurangnya cairan dalam pembuluh darah yang mengganggu perfusi ke jaringan tubuh).

Orang tua disarankan membawa anak ke fasilitas kesehatan jika mengalami hal berikut:

• Demam lebih dari 3 hari, tidak turun setelah pemberian obat penurun panas
• Demam disertai bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang dengan penekanan
• Demam disertai perdarahan spontan dari mulut, hidung atau tempat lain yang tidak biasa
• Demam disertai penurunan kadar trombosit, penurunan kadar leukosit, dan peningkatan hematokrit
• Terdapat penderita DBD di sekitar tempat tinggal atau sekolah
• Anak cenderung tidur dan sulit dibangunkan, meracau, ujung – ujung jari teraba dingin saat bebas demam (kemungkinan anak mengalami renjatan)
• Demam yang disertai dengan tanda bahaya DBD seperti muntah-muntah yang sering, sakit perut hebat atau buang air kecil yang berkurang atau tidak ada dalam 4-6 jam terakhir

Pada penderita DBD diperlukan pemantauan atau observasi, terutama pada fase kritis (hari bebas demam). Pada beberapa penderita yang dirawat, tujuan perawatan adalah untuk menjamin observasi dan menjaga volume cairan pembuluh darah yang memadai.
Anak sebaiknya segera dibawa berobat jika mengalami hal tersebut, untuk mencegah anak jatuh dalam kondisi yang lebih berat. Jika anak telah mengalami renjatan, maka pasokan oksigen ke berbagai jaringan tubuh berkurang dan menyebabkan kerusakan organ. Pada kondisi ini penyakit akan lebih sulit ditangani.

PEMERIKSAAN DARAH
Pemeriksaan darah pada anak sebaiknya dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-4 sejak timbul demam. Pemeriksaan yang disarankan adalah hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit dan hitung jenis. Antibodi terhadap dengue dapat diperiksa dengan NS1 (hari sakit ke 1 – 2) atau IgM Dengue (sejak hari sakit ke 5). Kadar trombosit yang rendah (trombositopenia) tidak selalu berarti DBD, apalagi bila kadarnya belum di bawah 100.000 /uL. Penyakit infeksi virus lain yang tidak spesifik, penyakit idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), sepsis, dan infeksi jamur juga menyebabkan trombositopenia.

PEMBERIAN CAIRAN
Sebelum dibawa berobat, anak dapat diberikan cairan rumah tangga sebanyak anak mampu. Cairan yang dianjurkan untuk penderita DBD adalah cairan yang mengandung mineral (cairan isotonik kaleng, air putih dengan garam dan gula, atau oralit). Pemberian jus jambu, angkak, atau kurma untuk penderita DBD belum terbukti bermanfaat secara ilmiah dan belum bisa dijadikan pedoman. Tidak ada larangan untuk memberikan cairan tersebut kepada penderita DBD. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada anak yang sedang sakit, pemberian minum yang bercitarasa tajam dapat memancing muntah. Muntah yang berlebihan dapat memperburuk kondisi anak.

PENCEGAHAN
DBD dapat dicegah dengan penggunaan kelambu saat tidur dan lotion anti-nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik nyamuk di bak mandi, penyemprotan cairan insektisida (fogging), dan gerakan 3 M (mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air, dan menguras bak air).
Saat ini juga telah tersedia vaksin DBD di Indonesia. Vaksin Dengue adalah vaksin untuk mencegah infeksi Dengue atau mengurangi resiko seorang anak terkena infeksi Dengue berat. Vaksin Dengue dapat diberikan pada anak usia 9-16 tahun sebanyak 3 kali dengan jarak pemberian 6 bulan. Pemberian vaksin juga dapat dimulai kapan saja sejak anak berusia 9 hingga 16 tahun.
Kombinasi antara faktor-faktor yang dapat mengurangi penyebaran virus Dengue seperti pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti, perilaku hidup yang bersih dan sehat dan vaksinasi adalah pencegahan yang terbaik. Yuk, waspadai demam berdarah!

dr Vicka Farah Diba Msc SpA
Telah terbit di Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 18 November 2018