ANAK memiliki tahapan perkembangan yang sangat beragam. Tidak hanya perkembangan fisik dan psikologis, ada pula perkembangan psikoseksual. Masing-masing individu akan melewati berbagai fase ini di dalam hidupnya.

Perkembangan psikoseksual diperkenalkan oleh ahli psikoanalisis, Sigmun Freud. Dibagi dalam lima fase, yaitu fase oral, anal, phalic, laten, serta genital.


Salah satu fase yang bikin orangtua jadi khawatir adalah fase phalic.


Fase ini berlangsung di usia 3-5 tahun. Dalam periode ini, anak mulai memperlihatkan tingkah laku memegang alat kelaminnya sendiri. Mereka terlihat sangat menikmatinya.


Nah, inilah yang membuat orangtua menjadi khawatir. Apalagi anak menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan atau sentuhan di area alat kelamin atau sekitarnya.


Mengatasi Fase Phalic

Bunda, sebenarnya tidak perlu panik ketika melihat anak berperilaku demikian. Itu tidak didasarkan pada hasrat seksual, melainkan lebih ke eksplorasi mengenai rasa penasaran.


Yang sebaiknya Bunda lakukan saat anak ada pada fase itu adalah:

1. Jangan Marah

Bingung boleh, tapi jangan panik atau marah ketika melihat anak memainkan alat kelaminnya. Sebab semakin dilarang dan dimarahi, anak justru akan semakin penasaran.

"Tetap tenang dan jelaskan kepada anak cara menjaga kebersihan kelaminnya. Ajarkan mereka toilet training, bersihkan alat kelamin setelah buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK), rutin ganti pakaian dalam, dan ingatkan untuk tidak menyentuh kelamin," kata dr Vicka Faradiba, SpA, kepada Farah.id.


2. Beri Penjelasan

Setelah Bunda tenang, coba berikan penjelasan dengan bahasa yang dimengerti oleh anak. Katakan bahwa alat kelamin merupakan bagian yang sensitif, yang bisa lecet jika dipegang atau dimainkan terus menerus.


3. Alihkan Perhatiannya

Saat melihat anak asyik memainkan alat kelaminnya, segera alihkan perhatiannya. Ajak anak bermain, menonton film kartun kesayangan, atau kegiatan lain yang disukai


Yang perlu Bunda ketahui, masa phallic ini umumnya akan terlewati saat anak berusia 6. Dan dilanjutkan dengan fase laten yang lebih fokus pada tumbuh kembang fisik serta kognitifnya.

Namun jika dirasa perlu dan Bunda melihat ada gangguan pada tumbuh kembang anak, segera berkonsultasi dengan dokter maupun profesional lainnya, seperti psikolog.