Mengajarkan Anak Puasa
Ramadhan bulan penuh rahmat dan ampunan telah tiba. Sebagai orangtua, tentu kita merasa bahagia dan bangga bila anak sudah menunjukkan niat untuk belajar puasa. Namun tentunya ada banyak pertanyaan mengenai bagaimana cara mengajarkan puasa pada anak. Kapan sebaiknya si kecil belajar berpuasa, sehingga tidak mengganggu tumbuh kembang dan kesehatannya? Seberapa penting pengenalan puasa pada anak sejak dini? Bagaimana tahapan pengenalan puasa pada anak? Siapkah metabolisme anak untuk melakukan puasa? Berikut ulasan atas berbagai pertanyaan pertanyaan tersebut 🙂
1. Apakah anak boleh berpuasa? Seberapa dini anak mulai diperkenalkan dengan puasa?
Usia ideal melatih anak-anak berpuasa yaitu mulai usia tujuh tahun sesuai anjuran Nabi Muhammad SAW mengajarkan anak-anak sembahyang. Namun jika sebelum umur tersebut anak sudah mampu puasa, maka boleh dilatih dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatannya. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW “Kami puasakan pula anak-anak kecil kami, dan kami berangkat ke masjid dengan menjadikan mainan dari kapas buat mereka, jika ada salah seorang dari mereka menangis minta makanan, kami berikan mainan itu kepadanya sampai masuk waktu berbuka.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
2. Bagaimana tahapan pengenalan puasa pada anak? Apakah ada tips untuk menciptakan puasa yang menyenangkan pada anak?
Dianjurkan mengenalkan puasa pada anak secara bertahap sejak usia dini. Bagi anak-anak usia 5-6 tahun belajar puasa setengah hari sudah cukup baik. Jangan lupa, pujilah mereka di depan teman-teman dan keluarga atas kemauan mereka berpuasa. Untuk anak usia 4 tahun sudah dapat dilibatkan dalam berbagai ritual agama di bulan Ramadhan seperti shalat tarawih, tadarus Quran, serta bangun sahur dan berbuka puasa bersama keluarga
Agar suasana puasa menyenangkan bagi anak maka :
• Sebelum bulan Ramadhan tiba mulailah mengenalkan puasa dan ritual agama yang menyertainya pada anak. Ajarkan mereka memberi makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa, dan memberitahu mereka pahala melakukan hal itu.
• Pastikan anak dalam keadaan sehat dan mulailah berpuasa secara bertahap utuk melatih kondisi fisiknya
• Ciptakan suasana sahur yang menyenangkan bersama keluarga, agar anak semangat bangun dan makan sahur
• Buatlah menu makanan untuk sahur dan berbuka kesukaan anak, tentunya dengan mengutamakan kandungan gizi, karbohidrat dan nutrisi yang cukup.
• Saat berpuasa, carilah aktivitas yang tidak terlalu menguras energi agar anak tidak bosan sehingga merasa semakin lapar dan haus, misalnya menggambar, mewarnai, bercerita, atau permainan-permainan yang menggunakan kertas dan alat tulis.
• Bila anak tidak bisa menahan lapar, biarkan mereka makan lalu dilanjutkan puasanya sampai waktu berbuka.
• Berikan motivasi dan penghargaan kepada anak jika mereka berhasil berpuasa satu hari penuh. Penghargaan tidak harus berupa tambahan uang saku tapi bisa juga dengan memberikan menu spesial kesukaan anak saat berbuka.
• Saat Idul Fitri tiba, berilah penghargaan atas keberhasilan mereka berpuasa di Bulan Ramadhan dan ajaklah mereka untuk sholat Idul Fitri.
3. Apa yang harus orangtua ketahui saat mengenalkan puasa pertama kali pada anak?
Latihan puasa bagi anak jangan sampai menjadi beban. Kalau anak sudah menyatakan tidak kuat, segera hentikan. Pada kasus tertentu, ada anak-anak yang tetap memaksa berpuasa meski kondisinya sudah lemah. Sebagai orangtua, kita harus memantau kondisinya. Bila anak terlihat lemas, bujuk anak agar membatalkan puasa.
Ciptakanlah suasana yang menyenangkan saat anak baru pertama kali belajar berpuasa. Agar anak merekam pengalaman positif ibadah puasa. Sehingga Anda akan lebih mudah memotivasinya berpuasa di tahun depan, termasuk juga melakukan ibadah-ibadah lainnya
4. Apa yang harus dilakukan orangtua bila anak menolak untuk puasa?
Perlu diingat untuk orangtua, hal terpenting bagi anak adalah memperkenalkan ritual berpuasa dan makna puasa itu sendiri. Pelaksanaan puasa pada anak dilakukan secara bertahap sesuai usia dan kemampuan anak. Dapat dicoba untuk mulai dengan puasa tidak penuh (6-8 jam) dahulu dan perlahan ditingkatkan menjadi berpuasa hingga azan Maghrib tiba.
5. Apa yang terjadi dengan metabolisme anak saat dikenalkan puasa sejak dini? Apakah ada efek puasa terhadap lambung atau alat pencernaan anak?
Puasa yang berlangsung 12-13 jam tidak akan mengganggu kesehatan bagi orang sehat. Karena sesungguhnya, makanan yang kita makan dapat mempertahankan kadar gula dalam darah hingga 4 jam. Setelah itu, tubuh mulai memecah cadangan yang ada dalam hati. Dalam kurun waktu 16 jam sejak terakhir kita makan, tubuh akan memecah lemak dan protein untuk tetap mempertahankan kadar gula dalam darah dan mempertahankan metabolisme tubuh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa berpuasa hingga 10 – 12 jam tidak dapat membuat tubuh terganggu. Tubuh akan melakukan adaptasi dengan baik yaitu dengan menggunakan cadangan yang ada dalam tubuh serta memperlambat metabolisme yang ada.
6. Perlukah suplemen untuk menjaga daya tahan tubuh anak?
Bila konsumsi makanan anak saat sahur dan berbuka sudah tercukupi kandungan gizinya (karbohidrat, protein, lemak, serat dan vitamin) maka suplemen makanan tidak mutlak dibutuhkan untuk menjaga daya tahan tubuh anak
7. Jenis makanan apa saja yang tepat pada anak saat sahur dan berbuka?
Pada waktu saur dan berbuka, sangat penting untuk menyediakan makanan yang seimbang yang mengandung nutrisi lengkap: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pada waktu berbuka puasa, si kecil juga memerlukan makanan dengan indeks glikemik tinggi yang dapat meningkatkan kadar gula dengan cepat dalam waktu singkat, contohnya berbuka dengan yang manis-manis sesuai anjuran Nabi dengan kurma, manisan buah, buah dalam kaleng, semangka, donat, kentang, nasi dan roti.
Sebaliknya makanan dengan indeks glikemik rendah, yang dapat mempertahankan kadar gula darah lebih lama, dianjurkan dikonsumsi saat sahur. Contohnya makanan dengan indeks glikemik sedang hingga rendah adalah: beras merah, ubi, kacang hijau, oatmeal, roti gandum, apel, jeruk, dan pisang.
Selain itu, perlu diperhitungkan pula kemampuan mempertahankan rasa kenyang (fullness) yang biasa didapat dari protein (lauk-pauk baik hewani maupun nabati), lemak dan serat. Kombinasi antara ketiganya dengan makanan lain dapat menurunkan nilai indeks glikemiknya, tetapi meningkatkan rasa kenyang. Jangan lupa mencukupi kebutuhan cairan si kecil kurang lebih 1500-2000ml sehari dengan minum air putih atau susu
Ayah dan Ibu masih dapat memuaskan rasa ingin tahu mengenai “Topik Mengajarkan Puasa pada Anak” dalam Sesi Tanya Jawab Expert Talk, Kamis, 18 Juni 2015, Pukul 13.00 – 15.00 WIB bersama dr. Vicka Farah Diba, SpA di Fanpage Nutriclub. Bingkisan menarik tersedia untuk pertanyaan terbaik. Sampai Jumpa 🙂
0 Komentar