Love doesn’t always fill with happy things…
dr Vicka Farah Diba

Is that true?
Yup, it’s true ^_^
Saya dulu juga mengira jatuh cinta adalah suatu hal yang penuh dengan happy happy, pinky pinky, full of love, sweet things, candy, gift and tralala trililili…every day… 

Well….gak munafik, bisa dibilang awalnya memang hampir semua orang yang sedang jatuh cinta akan merasakan hal itu pada seseorang yang dekat di hatinya… dimana ia merasa nyaman dan ingin selalu, selamanya, setiap hari bersamanya…But then time goes by and slowly but sure…. all that “pinky things” is gone…..then comes the reality…that, once again :
Life doesn’t always fill with happy things but also fill with “other things”
Apakah kalo “pinky things” gak ada, namanya kita udah gak cinta lagi? atau cinta kita udah hilang?
Well teman, ternyata berdasarkan penelitian mengenai cinta (Murstein, 1998) diketahui bahwa terdapat tiga tahapan cinta,  yaitu :  

1. Passionate Love 
 Tahapan cinta yang pertama adalah Passionate love dimana seorang individu mengalami, merasakan, atau menjalani sebuah hubungan cinta yang menggebu gebu dan individu tersebut terangsang secara fisiologis secara berulang-ulang atau teratur.
Tahapan ini serupa dengan penjabaran dari Yunani yaitu Eros yang artinya kecantikan dan seksualitas.
Ingatkah Anda pada tokoh Narcissus dalam mitologi Yunani? Saking cintanya ia pada ketampanannya sendiri, ia memburu bayangan dirinya di air dan akhirnya mati. Sama seperti Narcissus yang jatuh cinta pada keelokkannya sendiri, cinta erotis berfokus pada keelokan fisik dan seksualitas, hingga sering mengesampingkan hal-hal non-materiil yang lebih penting.
Sama seperti Narcissus yang tidak dapat menemukan sosok yang lebih elok dari dirinya sendiri, pecinta eros seringkali merasa tidak puas dengan hubungannya dan cenderung terganggu oleh kekurangan yang dimiliki pasangannya.
Secara umum pecinta jenis ini dipandang bersifat seksual, menyenangkan, bahagia, serta optimis. (All that “pinky things” ^_^)

2.  Romantic Love 

Tahapan kedua adalah Romantic love. Pada tahapan cinta ini individu tersebut lebih terfokus pada idealisasi dari pasangannya, daripada hubungan  seksual yang dijalaninya. Sehingga sifat hubungan lebih stabil dan tidak mengebu gebu lagi.
Tahap ini serupa dengan penjabaran kedua dari yunani yaitu Phileo, yang artinya kawan atau persahabatan.
Phileo ini adalah kasih persahabatan.  Jadi pada tahap ini  hubungan diikat oleh kecocokan, berbeda dengan eros di mana hubungan diikat oleh ketertarikan. Dengan kata lain kita bergerak meninggalkan eros yang bersifat jasmani masuk ke dalam relasi yang lebih bersifat non-jasmaniah, kecocokan sifatnya sesuai dengan karateristik, kesamaan berpikir, dimana kita bisa mengerti dia dan sebaliknya.
 
3. Companionate Love  
Ini merupakan tahap akhir dan paling matur dari sebuah hubungan cinta, yang dapat terjadi dimana kita sudah saling memahami satu sama lain lebih dalam. Pada companionate love, kedua pasangan saling membangun hubungan  dan ikatan yang lebih kuat dan penuh afeksi serta kepercayaan 
Menurut terminologi Yunani, tahap ini sesuai dengan Tahap Agape, Pecinta jenis ini mengasihi siapa saja.
Cinta yang tak mengharap balasan. Pecinta jenis ini ditipekan sebagai jenis yang pemurah, peduli, rela berkorban dan penuh kasih. Kalau eros arahnya dari dia kepadaku, kasih agape adalah arahnya dari aku kepada dia, kepada pasangan kita.
Inilah kasih yang kita sebut kasih tanpa kondisi, sifat utamanya adalah memberi tanpa menghiraukan respons penerimanya.
 
Well, sampai dimana tahap cinta kita teman? sampai tahap passionate love that full of “pinky things”? gak heran kalo banyak yang bilang persahabatan lebih erat dari percintaan.

Karena sesungguhnya cinta juga merupakan suatu proses dalam hidup.
Cinta butuh belajar, cinta butuh dibina, cinta butuh pengorbanan dan cinta butuh waktu serta kesabaran

So remember my friends….
Love doesn’t always fills with happy things, but love definitely makes u happy …… ^_^ Vicka