Campak merupakan penyakit infeksi akut akibat virus Morbili, famili paramyxoviridae. Virus campak ditularkan oleh droplet (uap air yang terkontaminasi) melalui udara. Virus ini masuk ke saluran pernafasan terutama bagian atas dan menginfiltrasi limfosit.

Manifestasi Klinis :
1. Masa Inkubasi. (mulai terinfeksi virus hingga menimbulkan gejala). Biasanya tanpa gejala dan berlangsung sampai 21 hari sehingga orang-orang yang sudah terinfeksi Campak, namun belum menunjukkan gejala masih dapat melakukan perjalan jauh sebelum mereka sadar bila mereka terjangkit virus campak.

2. Prodromal. Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala utama adalah demam yang terus meningkat hingga mencapai suhu 39,40– 40,60C pada hari ke- 4 atau 5, saat ruam muncul. Gejala lain adalah batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya bercak koplik pada mukosa pipi di depan molar. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema. Muncul pada 1-2 hari sebelum muncul rash (hari ke-3 – 4) dan menghilang setelah 1-2 hari munculnya rash.

3. Erupsi (Rash). Ruam khas campak muncul tiga hari sejak demam. Ruam mulai timbul di leher, belakang telinga, serta perbatasan rambut di kepala dan dahi. Ruam kemudian menyebar ke seluruh muka, leher, dada, perut, punggung, dan kaki.  Suhu naik mendadak ketika ruam muncul mencapai 40-40,5 °C. Selain itu, batuk dan diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil.

4. Stadium penyembuhan (konvalesen). Setelah 3 hari ruam muncul. maka ruam berangsur berangsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman(hiperpigmentasi) dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1 -2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili.

Pengobatan Campak 
Bersifat suportif :
a. Pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dll untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena demam.
b. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi
c. Suplemen nutrisi
d. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
e. Anti konvulsi apabila terjadi kejang
f. Anti piretik bila demam, yaitu non-aspirin misal acetaminophen.
g. Pemberian vitamin A. Terapi vitamin A untuk anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang terbukti berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan mortalitas. Dosis 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal, > 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal. Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi sehubungan dengan defisiensi vitamin A

Dengan komplikasi :
Campak dengan komplikasi berat : Adanya tanda bahaya umum atau kekeruhan kornea atau luka di mulut yang luas : Beri dosis vitamin A, antibiotik yang sesuai, tetes/salep mata untuk kekeruhan kornea , bila demam tinggi > 38,5 beri parasetamol dan rujuk segera
Campak dengan komplikasi pada mata dan atau mulut : Mata bernanah atau luka di mulut : beri vitamin A, beri salep mata kloramfenikol/ tetrasiklin tanpa kortikosteroid, jika ada luka di mulut berikan gentian violet. Kunjungan ulang 2 hari lagi
Campak saja : Tidak ada tanda tanda komplikasi diatas : Beri vitamin A 1 dosis

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.

Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi anergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini mempermudah terjadinya komplikasi sekunder. Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil. Komplikasi yang mungkin muncul, antara lain gangguan pernapasan (bronkopneumoni, otitis media, pneumoni, laringotrakeobronkitis), komplikasi neurologis (seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis), juga diare, miokarditis, trombositopeni, malnutrisi pasca serangan campak, keratitis, hemorragic measles (morbili yang parah dengan perdarahan multiorgan, demam, dan gejala cerebral) serta kebutaan.

Pencegahan
Imunisasi Aktif. Termasuk dalam Program Imunisasi Nasional. Dianjurkan pemberian vaksin campak pada usia 9 bulan. Imunisasi ulangan diberikan pada usia 6-7 tahun melalui program BIAS.
Imunisasi efektif menekan angka kesakitan dan kematian bayi
Diperkirakan 30.000 anak Indonesia meninggal tiap tahunnya disebabkan komplikasi campak, artinya 1 anak meninggal tiap 20 menit karena setiap tahunnya lebih dari 1 juta anak Indonesia belum terimunisasi campak. Campak salah satu Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dan merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5 % pada anak balita adalah akibat PD3I. Salah satu upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita adalah dengan imunisasi, sedangkan upaya imunisasi akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal.

Sumber : MTBS, Depkes RI 2008, SPM IDAI 2010