Skrining Hipotiroid Bayi Baru Lahir : Cegah Keterbelakangan Mental

Kunci keberhasilan pengobatan anak yang menderita gangguan Hipotiroid Kongenital adalah deteksi dini dan pengobatan sebelum berumur 1-3 bulan

Hipotiroid Kongenital 
Hipotiroid kongenital yang dimaksud disini adalah Hipotiroid kongenital sporadis. Dengan insidensi di berbagai negara dalam kisaran 1 : 3000-4000 kelahiran hidup. Hipotiroid artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid atau kelenjar gondok. Hipotiroid kongenital adalah kekurangan hormon tiroid sejak dalam kandungan. Kelenjar tiroid berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika kelenjar ini tidak ada atau tidak berkembang sempurna, maka anak tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. 

Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab retardasi mental yang dapat dicegah bila ditemukan dan diobati sebelum usia 1 bulan. Gangguan penyakit ini baru akan nampak manifestasinya setelah anak berumur kurang lebih satu tahun. Sehingga diperlukan skrining Hipotiroid pada setiap bayi baru lahir. Skrining adalah tes yang dilakukan pada saat bayi baru berumur beberapa hari, untuk mengetahui adanya gangguan sejak awal kelahiran, sehingga apabila ditemukan gangguan/kelainan dapat diantisipasi sedini mungkin.

Gejala Hipotiroid Kongenital : 

  • Saat bayi lahir sampai usia 8 minggu bayi tampak normal atau menampakkan gejala yang tidak khas seperti kurang aktif, malas menetek, kuning atau ikterus berkepanjangan, sulit buang air besar dan cenderung hipotermia. Sekilas nampak seperti bayi Sindrom Down, tapi bayi Sindrom Down lebih aktif
  • Bila tidak segera ditangani bayi akan memperlihatkan gejala hambatan pertumbuhan dan perkembangan. Ciri-cirinya tubuhnya pendek (cebol), muka hipotiroid yang khas yaitu sembab, lidah besar, bibir tebal dan hidung pesek, mental terbelakang dan mengalami kesulitan bicara. Jika sudah seperti ini maka kita tidak bisa menyembuhkan lagi karena sudah terlambat.

Penyebab Hipotiroid Kongenital : 

  • Kelainan pembentukan kelenjar tiroid: kelenjar tidak dibentuk (agenesis), bentuk kelenjar tidak sempurna (hipoplasia), kelenjar tidak terletak pada tempatnya (ektopik).
  • Ganguan pada pembuatan (sintesis) hormon tiroid.
  • Kekurangan Iodium pada ibu hamil

Faktor Risiko Hipotiroid Kongenital : 

  • Bayi dilahirkan di daerah dengan prevalensi kretin endemik dan daerah kekurangan yodium
  • Lbeeih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang dari 2000 gram atau lebih dari 4000 gram.  
  • Riwayat gangguan tiroid dalam keluarga, penyakit ibu saat hamil, obat antitiroid yang sedang diminum

Cara melakukan Skrining Hipotiroid : 

  • Setelah melahirkan, mintalah pada petugas kesehatan untuk melakukan tes hipotiroid pada hari ke 3-5 setelah lahir.
  • Tes dilakukan dengan mengambil sampel darah pada kaki bayi dan diteteskan pada kertas saring, serta dikeringkan. Bercak darah kemudian dikirim kelaboratorium. Dilaboratorium kadar hormon TSH diukur dan hasilnya dapat diketshui normal atau tidak. Hasil tes bisa diketahui dalam waktu sekurang-kurangnya satu minggu.
  • Bila hasil dari tes tidak normal, bayi akan diperiksa oleh Tim Konsultan Program Skrining Bayi Baru Lahir untuk penanganan lebih lanjut.

Pengobatan Hipotiroid Kongenital 

Memberikan penggantian hormon tiroid dengan tablet hormon tiroid sintetik, Levotiroksin atau L-tiroksin setiap hari. Hormon sintetik ini khasiatnya sama seperti hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Pada pemberian dengan dosis yang benar, tidak ada efek samping dari pengobatan dengan hormon tiroid buatan. Pandangan terkini menganjurkan pemberian dosis awal yang tinggi untuk meningkatkan kadar Hormo Tiroksin dalam tubuh secepatnnya. Dengan meningkatkan kadar Tiroksin dalam tubuh, maka hormon tersebut akan membantu proses mielilnisasi susunan syaraf pusat sehingga perkembangan fungsi otak dapat dibantu. Prinsip ini terutama berlaku pada periode perkembangan otak yang terjadi antara usia 0 – 3 bulan. 

Mengingat pentingnya program Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) sebelum usia 2 bulan maka perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat maupun kepada tenaga kesehatan terkait khususnya di rumah sakit agar skrining bayi baru lahir dijadikan sebagai prosedur tetapDr. Budihardja menjelaskan berdasarkan telaah rekam medis tahun 1995 di RSCM dan RSHS terhadap 134 anak, menunjukkan bahwa lebih dari tujuh puluh (70) persen penderita didiagnosis setelah umur satu (1) tahun dan hanya dua koma tiga (2,3) persen dibawah 3 bulan, dimana akibat dari penyakit ini adalah gangguan pertumbuhan dan mental terbelakang pada penderita. 

Deteksi dini melalui skrining pada bayi baru lahir merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan generasi berkualitas untuk kemajuan bangsa agar dapat bersaing dalam persaingan global. Sebagian besar negara di dunia, skrining pada bayi baru lahir sudah dilakukan secara rutin. Di Amerika dan Eropa mulai tahun 1974, Hongkong sejak 1978, dan Inggris sejak 1982. Sementara untuk negara-negara ASEAN, Singapura sudah memulai sejak 1982, Malaysia sejak 1991, disusul Thailand dan Philipina pada tahun 1992 dan 1996.

Sumber :

  • Hipotiroid Kongenital dalam Pedoman Pelayanan Medis, 2010
  • Laporan Depkes RI