Dari sebuah penelitian, terbukti bahwa paparan kekerasan dari media, termasuk televisi, film, musik, dan video game berkontribusi pada perilaku agresif, desensitisasi kekerasan dan mimpi buruk pada anak. Orang tua dianjurkan untuk menyediakan lingkungan media yang aman bagi anak dengan lebih bijaksana dan proaktif terhadap penggunaan media untuk anak. Untuk semua anak, alternatif aktivitas di luar rumah seperti olahraga, bermain, dan membaca harus menjadi pilihan utama.

Agar anak terhindar dari paparan kekerasan media, maka orang tua dianjurkan untuk mematuhi aturan AAP (American Academy of Pediatric) sebagai berikut :

  1. TIDAK menyediakan televisi, koneksi Internet, dan video game di kamar tidur anak-anak. 
  2. Buat pilihan bijaksana dalam pemilihan tontonan televisi, komik, bacaan dan video game untuk anak. Biasanya orang tua cenderung memberi pehatian lebih terhadap konteks seksual dari suatu media daripada kekerasan. Padahal sesungguhnya kekerasan di media juga mempunya pengaruh yang kuat untuk perilaku anak.  
  3. Perhatikan batas waktu media layar atau screen time untuk anak. Yaitu penggunaan semua media layar seperti televisi, video, komputer dan video game tidak lebih dari 1 sampai 2 jam per hari, Orang tua juga perlu menyadari pentingnya peranan mereka sendiri sebagai role model dalam penggunaan media layar.  
  4. HINDARI media layar atau screen time untuk anak di bawah usia dua tahun. Tidak ada penelitian yang menyatakan adanya manfaat media layar bagi perkembangan bayi. Justru  terdapat 7 penelitian yang melaporkan adanya hubungan keterlambatan bahasa pada anak dibawah usia dua tahun yang terpapar televisi atau video. 

Sumber : Media Violence, Pediatrics; 2009;124;1495