Berbagai Problem Menyusui dan Solusinya
Kegagalan seorang Ibu memberikan ASI secara Eksklusif antara lain disebabkan Ibu sering merasa produksi ASI-nya sedikit. Padahal ASI akan keluar lebih banyak jika payudara mendapatkan rangsangan yang lebih lama dan lebih sering seperti dengan tetap terus menyusui ASI tanpa mengganti dengan pemberian susu formula atau pemberian makanan secara dini. Berikut akan dibahas cara meningkatkan produksi ASI dan berbagai problema menyusui beserta pemecahannya.
CARA MENINGKATKAN PRODUKSI ASI :
- Cara untuk meningkatkan ASI adalah dengan menyusui sesering mungkin.
- Menyusui lebih sering akan lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi.
- Menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian.
- Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya.
- Jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam, bangunkan dan langsung disusui.
Mengatasi berbagai masalah pemberian ASI pada Bayi :
Bayi banyak menangis atau rewel
PEMECAHAN
- Bayi menangis, tidak selalu terkait dengan gangguan pemberian ASI.
- Periksa popok bayi, apakah mungkin popoknya basah.
- Gendong bayi, mungkin perlu perhatian.
- Susui bayi. Beberapa bayi membutuhkan lebih banyak minum daripada bayi lainnya
- Baca artikel lengkap mengenai Bayi Menangis di Dokter Anakku : Mengapa Bayi Menangis?
Bayi tidak tidur sepanjang malam
- Hal ini merupakan proses alamiah, karena bayi muda perlu menyusu lebih sering.
- Tidurkan bayi disamping ibu dan lebih sering disusui pada malam hari.
- Jangan berikan makanan lain.
Bayi bingung puting
- Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa indikasi medis yang tepat.
- Perbaiki posisi bayi dan cara melekat yang benar. Posisi dan perlekatan yang benar dapat dibaca di artikel Dokter Anakku : Tips Sukses Menyusui ASI (3) : Posisi dan Perlekatan
- Secara bertahap tawarkan selalu payudara setiap kali bayi menunjukkan keinginan untuk minum.
- ASI tetap dapat diperah dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok, sampai bayi dapat kembali menyusu. Bila ada indikasi medis dapat diberikan susu formula. Jangan menggunakan botol, dot dan kempeng.
Bayi prematur dan bayi kecil (BBLR)
- Berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya pendek-pendek. BBLR minum setidaknya setiap 2 jam.
- Jika belum bisa menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa. Berikan ASI dengan sendok atau cangkir. Cara memberi minum bayi dengan cangkir dapat dibaca di artikel Dokter Anakku : Tips Sukses Menyusui ASI (2) : Nasehat untuk Ibu Bekerja
- Untuk merangsang mengisap, sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih.
Bayi kuning (ikterus)
- Mulai menyusui segera setelah bayi lahir.
- Susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi. ASI membantu bayi mengatasi kuning lebih cepat
Bayi sakit
- Teruskan menyusui dan bila perlu rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Bayi sumbing
- Posisi bayi duduk.
- Puting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat membantu bayi mendapat ASI cukup.
- Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
- Jika sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI dikeluarkan dengan cara manual ataupun pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet atau botol dengan dot panjang sehingga ASI dapat masuk dengan sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar mengisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan irama pernapasannya.
Bayi Kembar
- Posisi yang mudah adalah posisi dibawah lengan (under arm)
- Paling baik kedua bayi disusui secara bersamaan.
- Susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masing-masing bayi, umumnya > 20 menit.
Bayi banyak tidur
Jika bayi selalu mengantuk dan tetap tertidur meskipun saat menyusu terakhirnya telah lewat dari 3 jam yang lalu, Ibu dapat mencoba menyusuinya dengan cara:
- Letakkan bayi di dada ibu sesering mungkin sehingga dapat melihat tanda-tanda bayi mulai terjaga dan dapat segera menawarinya untuk menyusu.
- Redupkan cahaya dalam ruangan agar bayi mau membuka matanya.
- Bangunkan bayi dengan cara :
– Berbicara dengan bayi
– Membuka selimut/pakaian bayi
– Mengusap-usap wajah dan tubuh bayi
– Memandikan bayi
- Rangsang refleks rooting (reflek hisap) bayi dengan menyentuhkan puting ibu ke pipinya.
- Teteskan ASI perah ke mulut bayi.
- Setiap kali gerakan memerah ASI dari mulut bayi berkurang, gerakkan payudara ke arah langit-langit mulut bayi
Mengatasi masalah pemberian ASI pada Ibu
Ibu khawatir bahwa ASI-nya tidak cukup untuk bayi (sindrom ASI kurang)
- Ibu harus yakin bahwa dengan semakin sering menyusui, maka semakin banyak air susu yang diproduksi.
- Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui. Biarkan bayi menyusu sampai payudara terasa kosong. Berikan ASI dari kedua payudara.
- Hindari pemberian makanan atau minuman selain ASI.
Ibu khawatir karena air susunya belum keluar.
- Pada 3 hari pertama pasca persalinan, hormon kehamilan Ibu memang masih tinggi sehingga aliran ASI masih sedikit. Namun kebutuhan bayi pada 3 hari pertama juga hanya berkisar 2-20 ml tiap kali menyusu.
- Sehingga agar ASI keluar, Ibu harus tetap menyusui sesuai keinginan bayi dan lebih sering.
- Dan jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui.
Ibu mengatakan puting susunya terasa sakit (puting susu lecet)
- Ibu dapat terus memberikan ASI pada keadaan luka yang tidak terlalu sakit.
- Perbaiki posisi dan perlekatan bayi, posisi dan perlekatan bayi yang benar dapat dilihat di artikel berikut :
- Olesi puting susu dengan ASI. Mulai menyusui dari puting yang paling tidak lecet.
- Puting susu dapat diistirahatkan sementara waktu, kurang lebih 1 x 24 jam jika puting lecet sangat berat. Selama puting diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan dengan cara memerah, tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri. Cara memerah ASI dengan tangan dapat dibaca di artikel Dokter Anakku : Berbagai Kondisi Payudara dan Problem Menyusui
- Ibu dapat mengkonsumsi Parasetamol 1 tablet tiap 4 – 6 jam untuk menghilangkan nyeri.
- Gunakan BH yang menyokong payudara.
- Jika ada luka/bercak putih pada puting susu, segera hubungi bidan. Baca mengenai Kandidasis Payudara di Dokter Anakku : Berbagai Kondisi Payudara dan Problem Menyusui
Ibu memiliki puting datar/tenggelam
- Tidak perlu memperbaiki kondisi puting sebelum persalinan.
- Posisi dan cara perlekatan yang benar sangat menentukan, karena sebenarnya bayi tidak menyusu pada puting tetapi pada kalang payudara (bagian payudara yang hitam).
- Ibu dan bayi perlu sesering mungkin melakukan kontak kulit dengan kulit untuk memberi kesempatan pada bayi menemukan sendiri posisi cara yang paling nyaman baginya untuk menyusu.
- Bila bayi belum dapat melekat dengan baik pada minggu-minggu pertama, ibu dapat memerah ASI dan memberinya dengan gelas.
- Bisa juga menggunakan spuit 10 – 30 ml yang dipotong ujungnya sehingga pendorong spuit bisa dimasukkan dari ujung tersebut. Ujung sisi yang tidak dipotong dapat dilekatkan ke areola ibu dan pendorong spuit ditarik untuk merangsang penonjolan puting sebelum menyusui.
Langkah 1. Potong ujung spuit dengan pisau seperti gambar di atas
Langkah 2. Masukkan alat penghisap dari ujung yang terpotong
Langkah 3. Ibu menarik alat penghisap secara perlahan
- Seiring dengan pertumbuhan bayi, mulut bayi menjadi lebih besar dan keterampilannya untuk menyusupun meningkat.
- Hindari penggunaan botol susu dan dot / kempeng karena hanya akan menghalangi bayi untuk mampu menyusu.
Ibu mengeluh payudaranya terlalu penuh dan terasa sakit (payudara bengkak)
- Usahakan menyusui sampai payudara kosong.
- Kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
- Coba untuk memerah ASI sebelum menyusui kembali.
- Susui bayi sesegera mungkin (setiap 2 – 3 jam) setelah payudara ibu terasa lebih lembut. Apabila bayi tidak dapat menyusu, keluarkan ASI dan minumkan kepada bayi. Kompres payudara dengan kain dingin setelah menyusui. Keringkan payudara.
- Jika masih sakit, perlu dicek apakah terjadi mastitis
Mastitis dan abses payudara.
- Mintalah obat antibiotik dan penghilang rasa nyeri pada dokter
- Kompres hangat payudara.
- Tetap berikan ASI dengan posisi yang benar sehingga bayi dapat mengisap dengan baik.
- Jika telah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak disusukan, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan dengan diperah untuk membantu proses penyembuhan dan menjaga produksi ASI.
Ibu sakit dan tidak mau menyusui bayinya.
- Ibu yang menderita batuk pilek demam (selesma), diare atau penyakit ringan lainnya dapat tetap menyusui bayinya. ASI saat ibu sakit ringan tidak berbahaya, justru memberikan kekebalan pada bayi terhadap penyakit yang sedang diderita ibu.
- Bayi ditidurkan disamping ibu agar Ibu dapat termotivasi kembali untuk tetap menyusui
- Ibu dapat minum obat yang aman untuk menyusui dan susui bayi sebelum ibu minum obat.
- Ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan dokter/bidan, karena mungkin dapat membahayakan bayi.
Ibu bekerja
- Susui bayi pagi hari sebelum berangkat kerja, segera setelah pulang kerumah dan lebih sering pada malam hari.
- Jika ada Tempat Penitipan Bayi di tempat bekerja, susui bayi sesuai jadwal. Jika tidak ada, perah ASI di tempat bekerja.
- ASI perah disimpan untuk dibawa pulang, atau dikirim ke rumah.
- Pastikan pengasuh memberi ASI perah dengan cangkir atau sendok.
Ibu pasca bedah Sesar
- Ibu tetap harus percaya diri bahwa bedah sesar tidak mempengaruhi produksi ASI. Ibu tetap dapat menyusui segera setelah bayi lahir (melakukan Inisiasi Menyusu Dini), tetap dapat menyusui eksklusif hingga usia 6 bulan dan terus menyusui hingga usia 2 tahun atau lebih.
- IMD pada bayi lahir dari bedah kaisar umumnya memerlukan waktu sedikit lebih lama
- Posisi menyusui perlu disesuaikan dengan posisi yang paling nyaman bagi ibu terkait dengan nyeri pada luka operasi. Posisi menyusui sambil tidur miring dapat dilakukan dengan posisi dada bayi berhadapan dengan dada ibu. Setelah 24 jam umumnya ibu boleh bergerak lebih leluasa, termasuk duduk, sehingga ibu dapat menyusui sambil duduk.
- Rasa sakit yang berlebih setelah operasi dapat mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk menyusui. Ibu dapat mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter, termasuk obat anti nyeri.
sumber : Masalah Pemberian ASI, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
0 Komentar