Pada jaman dahulu kala, di tanah Samosir hiduplah seorang Raja Sidabutar, yang memiliki seorang anak laki laki satu satunya bernama Manggale. Manggale adalah anak yang taat pada orang tua dan juga pintar. Beranjak dewasa, dalam sebuah peperangan melawan kompeni Belanda kala itu, Manggale tewas di medan perang. Sang Raja pun menjadi sangat sedih, hingga akhirnya jatuh sakit. Raja menderita penyakit aneh yang cukup lama sehingga penasihat kerajaanpun lalu mencari tabib di seluruh negeri untuk menyembuhkan sang Raja. Salah seorang tabib kemudian mengatakan bahwa raja sakit rindu terhadap anaknya yang sudah meninggal yaitu Manggale. Dan untuk mengobatinya, sang tabibpun mengusulkan kepada penasehat kerajaan untuk dibuat suatu upacara di kerajaan itu dan memahat sebuah kayu menyerupai wajah Manggale, anak sang Raja yang telah meninggal dunia. 
Dalam upacara adat itu, sang tabib kemudian memanggil roh Manggale dan rohnya dimasukkan ke dalam kayu yang dipahat menyerupai wajahnya, kemudian boneka Manggale itu manortor (menari) dengan iringan khas musik Batak Toba, yaitu Sordam dan Gondang Sabangunan. “Patung yang sudah dirasuki Manggale itu menari selama tujuh hari tujuh malam, tetapi pada hari ke delapan patung itu berhenti menari,” Dan boneka Manggale yang berhenti manortor (menari) itupun disebut dengan Sigale-Gale. Walaupun patung itu sudah tidak bisa menari lagi, tapi sudah dapat mengobati “penyakit” rindu sang Raja, sehingga dengan melihat boneka mirip anaknya itu saja, sang Raja sudah dapat tersenyum dan sehat kembali. 

Hikmah cerita ini adalah ; Kasih sayang orang tua terhadap anaknya bersifat sepanjang masa. Walaupun anaknya sudah meninggal, orang tua akan tetap mengenang anaknya dengan penuh kasih sayang. Dan begitu juga seharusnya kita (anak) terhadap orang tua. Kirimkanlah doa kepada orangtua yang sudah meninggal serta amalkanlah nasihat baik mereka selama hidup sebagai bentuk kasih sayang kita terhadap orang tua 🙂

Fakta Sejarah : Sigale#1Sampai saat ini, Sigale-Gale masih ada di Pulau Samosir, Sumatera Utara dan masih sering dimainkan dengan menggunakan playback musik dan sebelumnya diceritakan lebih dulu sejarah tentang Si Gale-gale ini pada pengunjung. “Wayangnya orang Batak” atau Sigale-Gale ini, menjadi salah satu ikon kebudayaan Sumatera Utara yang masih menarik perhatian pengunjung baik dari lokal maupun internasional. Di Pulau Samosir, Sigale-Gale ini masih dapat dinikmati pertunjukkannya dengan tarif seiklasnya. Pengunjung juga bisa berfoto dengan Sigale-Gale ini dengan ulos yang disediakan oleh pemilik Sigale-Gale dengan menggunakan kamera pribadi pengunjung.