Tenggelam dan Hampir Tenggelam

Berdasarkan definisi WHO (1,2);

  • Tenggelam (drowning) merupakan suatu keadaan mati lemas kurang dari 24 jam akibat kekurangan oksigen dalam air
  • Hampir tenggelam (near drowning) adalah kondisi dapat bertahan hidup lebih dari 24 jam dari peristiwa tenggelam.

Di banyak negara, Tenggelam merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi bagi anak-anak di bawah 14 tahun. Data dari tahun 2000 hingga 2006 di Amerika Serikat, tenggelam dan hampir tenggelam merupakan penyebab cedera kedua tertinggi pada anak. Meskipun sebagian besar kasus tenggelam terjadi 90% di air tawar seperti sungai, danau, dan kolam renang dan 10% di air laut, namun sebenarnya tenggelam pada anak bisa terjadi di setiap genangan air yang mengakibatkan mulut dan hidung anak terendam air, termasuk di kubangan, toilet, bak mandi, akuarium, atau ember besar.(1)

Faktor risiko tenggelam (1,2);

  • Anak dibawah usia 5 tahun lebih banyak tenggelam. Meskipun remaja usia antara 15-19 tahun dilaporkan juga mempunya insidensi tenggelam yang tinggi
  • Anak laki laki lebih sering tenggelam daripada anak perempuan dengan perbandingan insidensi 9 : 5,2 dalam 100.000 populasi
  • Kurangnya pengawasan terhadap anak (terutama anak usia dibawah 5 tahun)
  • Kurangnya keterampilan berenang dan kurangnya kesiapan alat alat perlindungan seperti pelampung
  • Sosio ekonomi rendah (hal ini berkaitan dengan banyaknya anak dalam satu rumah, sehingga mengakibatkan kurangnya pengawasan, rendahnya kemampuan renang yang dimiliki serta lebih seringnya terpapar dengan sumber air bebas seperti sungai atau danau)

Meskipun hampir tenggelam (near drowning) mengandung definisi selamat setelah tenggelam, namun sekitar 5-10% kejadian hampir tenggelam menyebabkan gangguan syaraf berat pada anak. Dalam sebuah penelitian di Hawaii, gangguan syaraf yang terjadi akibat tenggelam berupa kejang, epilepsi, kelumpuhan dan kelemahan anggota tubuh (3)

Apa yang sebenarnya terjadi sehingga menyebabkan hal hal tersebut diatas?

Penyebab cedera paling utama adalah kondisi hipoksia atau kekurangan oksigen. Pada kejadian tenggelam, 10-20% terjadi refleks Laringospasme (penyempitan saluran napas) yang berfungsi menghalangi masuknya air ke paru (aspirasi), Refleks laringospasme ini menyebabkan terjadinya hipoksia pada korban. Namun, pada sebagian besar korban, refleks laringospasme tidak muncul sehingga menyebabkan masuknya air ke paru. Air kemudian mencuci keluar cairan pengembang paru (surfaktan) dan menyebabkan paru kolaps. Korban kemudian mengalami henti napas dan biru sehingga membutuhkan tindakan resusitasi.

Kondisi tidak adanya aliran oksigen (anoksia) yang berlangsung 1 sampai 3 menit sudah dapat menganggu fungsi organ organ penting seperti otak dan jantung. Akibatnya dapat terjadi gangguan kesadaran, gangguan irama jantung atau serangan jantung. Bila dilakukan pertolongan resusitasi segera, biasanya fungsi jantung dapat tertolong namun fungsi sistem syaraf pusat mungkin tidak. Dan bila kondisi anoksia lebih parah, maka gangguan pernapasan dapat dijumpai. Namun sebagian besar kematian karena tenggelam pada anak yang mendapat pertolongan di RS adalah akibat gangguan otak, bukan akibat gangguan paru. (4)

Prognosis
Indikator terjadinya Defisit Neurologis Ireversibel serta kematian Pediatric Risk Mortality Score (PRISM Score) meliputi :

  • Usia < 3 tahun
  • Tenggelam lebih lama dari 5 menit
  • Resusitasi tidak dilakukan dalam 10 menit setelah korban diselamatkan
  • Adanya kejang, dilatasi pupil, deserebrasi, flaksid dan koma
  • Asystole saat tiba di UGD
  • PH darah < 7,1 (asidosis)
  • Hiperglikemi
  • GCS <5
  • Apnea setelah Resusitasi

Penanganan
Mengingat beratnya dampak yang ditimbulkan oleh kondisi ini maka “Mencegah lebih baik dari Mengobati”. Tahapan pencegahan akan dijelaskan secara terperinci pada artikel MENCEGAH TENGGELAM PADA ANAK 

Pertolongan dan resusitasi awal di tempat kejadian memegang peranan penting untuk meningkatkan oksigenasi dan ventilasi sehingga meminimalkan kerusakan otak akibat hipoksia. Pasien harus dikeringkan terlebih dahulu dan dijaga agar tetap hangat. Mobilisasi terhadap leher harus dijaga terutama bila ada kecurigaan cedera tulang belakang. Setelah diberikan pertolongan pertama, maka pasien segera dibawa ke RS terdekat. Oleh karena pertolongan pertama di tempat kejadian sangat menentukan prognosis pasien, maka disarankan setiap orang dewasa memiliki keahlian dalam melakukan resusitasi. (4)

Tatalaksana jalan napas (5)
a. Tidak ada dugaan trauma leher

  • Bayi/Anak sadar
  • Lakukan Head tilt (posisikan kepala sedikit mendongak atau posisi netral) dan Chin lift (angkat dagu ke atas) seperti terlihat pada gambarhead tilt
  • Lihat rongga mulut dan keluarkan benda asing bila ada dan bersihkan sekret dari rongga mulut.
  • Biarkan bayi/anak dalam posisi yang nyaman.

Bayi/Anak tidak sadar

  • Lakukan Head tilt (posisikan kepala mendongak atau Sniffing position) dan Chin lift (angkat dagu ke atas) seperti terlihat pada gambar.sniffing position
  • Lihat rongga mulut dan keluarkan benda asing bila ada dan bersihkan sekret dari rongga mulut.
  • Evaluasi jalan napas dengan melihat pergerakan dinding dada (Look), dengarkan suara napas (Listen), dan rasakan adanya aliran udara napas (Feel) seperti terlihat pada gambar.feel

Tatalaksana jalan napas (lanjutan)
b. Jika ada dugaan trauma leher dan tulang belakang

  • Stabilisasi leher dan gunakan Jaw thrust tanpa Head tilt. Letakkan jari ke 4 dan 5 di belakang angulus mandibula dan gerakkan ke atas sehingga rahang terangkat ke atas membentuk sudut 90 terhadap badan (lihat gambar di bawah). 
  • Lihat rongga mulut dan keluarkan benda asing bila ada dan bersihkan sekret dari rongga mulut.
  • Evaluasi jalan napas dengan melihat pergerakan dinding dada, dengarkan suara napas dan rasakan udara napas.

Bila ada dugaan trauma leher
Stabilkan leher anak dan jaga anak tetap terlentang Fiksasi dahi dan dagu anak pada kedua sisi papan yang kokoh untuk mengamankan
posisi ini Cegah leher anak jangan sampai bergerak dengan menyokong kepala anak, misalnya dengan menggunakan botol infus di kedua sisi kepala. Bila muntah, miringkan anak dengan menjaga kepala tetap lurus dengan badan. stabilisasi

Teknik Resusitasi Jantung Paru pada Anak dapat dilihat di video berikut ;

Sumber : 

  1.  Committee on Injury, Violence, and Poison Prevention and Weiss J. Prevention of Drowning. Pediatrics 2010;126;e253
  2. World report on child injury prevention. Children and drowning. WHO, 2004
  3. Pearn JH, Bart RD, Yamaoka R,Neurologic Sequelae after Childhood Near-Drowning: A Total Population Study from Hawaii. Pediatrics 1979;64;187
  4. Quan L. Near-drowning. Pediatrics in Review 1999;20;255
  5. Tatalaksana Jalan Napas dalam Buku Saku Pelanayan Anak di RS, WHO 2004

nakita3Telah terbit di Tabloid Nakita ed 840 (Available at Scoop Magazine)