wabah (2)Wabah, adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka

Permenkes RI Nomor1501/Menkes/PER/X/2010 menyebutkan 17 Jenis Penyakit Menular Yang Dapat Menimbulkan Wabah. Penetapan jenis-jenis penyakit tersebut didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, sosial budaya, keamanan,ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menyebabkan dampak malapetaka di masyarakat

Jenis-jenis penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah adalah sebagai berikut:
1.Kolera
2.Pes / Sampar
3.Demam Berdarah Dengue
4.Campak
5.Polio
6.Difteri
7.Pertusis
8.Rabies
9.Malaria
10.Avian Influenza (H5N1)
11.Antraks
12.Leptospirosis
13.Hepatitis
14.Influenza A baru (H1N1)
15.Meningitis
16.Yellow Fever
17.Chikungunya

Keterangan :

  • Penyakit yang ditularkan oleh vektor Nyamuk : DBD, Yellow Fever, Chikungunya Malaria,
  • Penyakit Zoonosis : Rabies (Anjing), Antraks (Binatang Ternak), Leptospirosis, Pes atau Sampar (Tikus), Avian Influensa H5N1, Influenza A baru (H1N1)
  • Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi : Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Hepatitis, Meningitis

Setiap tahun lebih 1,4 juta anak meninggal karena berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan Imunisasi. Beberapa penyakit tersebut termasuk Hepatitis B, Meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe B (Hib), Diptheria, Pertusis, Polio dan Campak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (Berdasarkan Permenkes RI no 42 tahun 2013) mengeluarkan jadwal Imunisasi lengkap untuk anak Indonesia (terdiri dari 14 Vaksin) yang tidak hanya terbatas pada Imunisasi wajib dan gratis saja. Karena setiap anak Indonesia mempunyai HAK untuk sehat dan kebal terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Namun karena tidak (belum) disubsidi pemerintah, maka orang tua masih harus membayar untuk mendapatkan sebagian dari vaksin tersebut.

1.VAKSIN HEPATITIS Bnakita4

Hepatitis B menjadi ancaman bagi bayi-bayi Indonesia mengingat Indonesia termasuk negara endemis sedang-tinggi. Bayi yang terinfeksi virus hepatitis B berisiko lebih tinggi mengalami penyakit hati kronis dibandingkan orang dewasa yang terkena Hepatitis B pada masa dewasa. Namun, penularan virus tersebut dapat dicegah dengan vaksinasi segera.

Jadwal Pemberian :
•Diberikan 3 dosis. Jadwal Imunisasi yang dianjurkan adalah 0,1,6 bulan karena respon antibodi paling optimal.
•IDAI merekomendasikan pemberian Vaksin Hepatitis B1 paling baik diberikan dalam 12 jam setelah bayi lahir didahului pemberian suntikan vitamin K1, untuk mencegah terjadi perdarahan akibat defisiensi vitamin K.
•Vaksinasi Hepatitis B berikutnya dapat diberikan dengan vaksin monovalen atau vaksin kombinasi. Jika diberikan hanya 2 kali atau 1 kali saja, maka imunisasi ini tidak maksimal dan dikhawatirkan virus hepatitis B masih bisa menyerang bayi. Sebagian bayi mungkin diberi 4 dosis, jika menggunakan vaksin kombinasi (satu kali suntikan mengandung beberapa vaksin) yang mengandung Hepatitis B.
•Bayi yang lahir dari Ibu dengan HBsAg positif harus diberikan Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) bersamaan dengan Vaksin Hepatitis B, di sisi tubuh yang berbeda (paha kiri dan kanan) kurang dari 12 jam setelah lahir. Untuk mencegah infeksi perinatal yang berisiko tinggi menjadi Hepatitis B kronik.

2.VAKSIN POLIO
Vaksinasi Polio memberikan kekebalan terhadap penyakit Polio yang menyebabkan kelumpuhan (lumpuh layu) pada anggota badan bawah anak

Vaksin Polio ada 2 macam yakni :
•Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine=OPV), berisi virus polio yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan. Diberikan dua tetes ke mulut bayi. Bila pada saat imunisasi, bayi/anak muntah dalam waktu 10 menit, maka pemberiannya harus diulang dengan dosis yang sama. Jika muntah berulang, berikan lagi pada keesokan harinya. Vaksin Polio hidup (oral) tidak boleh diberikan bila bayi/anak demam tinggi di atas 38,5°C, diare atau muntah muntah, dalam pengobatan kortikosteroid, menderita kanker, HIV atau penyakit hipogamaglobulin

•Vaksin Polio Inaktivasi (Inactived Poliomyelitis Vaccine = IPV), berisi virus Polio tidak aktif, diberikan 0,5 ml dengan cara suntikan di otot paha atau lengan. Vaksin IPV dapat diberikan dalam bentuk kombinasi (DTaP/IPV, DTaP/Hib/IPV). Berbeda dengan OPV, vaksin polio inaktivasi/suntik boleh diberikan pada anak dengan kekebalan tubuh rendah, misalnya karena sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka lama, mendapat obat-obat anti kanker, menderita HIV/AIDS, atau didalam rumahnya ada penderita-penderita tersebut.

Jadwal Pemberian ;
•Pemberian pertama Imunisasi Polio harus dalam bentuk vaksin Polio Oral (OPV-0) pada bayi baru lahir atau saat bayi akan dipulangkan sebagai dosis awal
•Selanjutnya diteruskan dengan Imunisasi Dasar Polio 1, 2, 3 mulai umur 2-6 bulan dengan interval waktu 4-8 minggu dan Imunisasi ulangan (booster) sebelum anak masuk sekolah bersamaan dengan Jadwal Imunisasi Ulangan DPT.
•Imunisasi Polio 1, 2, 3 dan Booster ; Dapat diberikan dalam bentuk Vaksin Polio Oral atau Vaksin Polio Inaktivasi. Rekomendasi IDAI 2014 : Paling sedikit 1 kali dosis IPV diberikan pada anak yang penting dalam masa transisi menuju eradikasi polio.
•Dalam rangka Eradikasi Polio (ERAPO), masih diperlukan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sesuai anjuran Departemen Kesehatan. Pada PIN semua balita harus mendapat Imunisasi OPV tanpa memandang status imunisasinya untuk memperkuat kekebalan mukosa saluran cerna dan memutuskan transmisi virus Polio liar.

3.VAKSIN DPT (DIFTERI, PERTUSIS, TETANUS)

Vaksinasi ini diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap ketiga penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus.

Terdapat 2 jenis vaksin DPT :
•Pertama, dengan kandungan seluruh sel kuman pertusis (whole cell pertussis), disingkat DTwP. Vaksin inilah yang tersedia di posyandu dan puskesmas.
•Kedua, vaksin yang tidak mengandung kuman pertusis, tapi berisi komponen spesifik toksin dari kuman pertusis, disebut sebagai aseluler pertusis, disingkat DTaP. Keuntungan vaksin ini, memberikan reaksi lokal dan demam yang lebih ringan dibanding vaksin whole cell.

Jadwal Pemberian:
•Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali. Dosis pertama diberikan pada usia lebih dari 6 minggu dengan interval 1-2 bulan untuk pemberian selanjutnya. Tidak diberikan pada bayi kurang dari usia 6 minggu karena respons terhadap pertusis tidak optimal. Vaksin dengan dosis 0,5 ml disuntikkan di otot paha. Dapat diberikan vaksin DTaP atau DTwP atau kombinasi dengan vaksin lain.
•DTaP atau DTwP, Imunisasi DPT ulangan (booster) diberikan 1 kali pada usia 18 bulan dan diulang lagi ketika usia 5 tahun.
•Untuk anak umur lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td dan di-booster setiap 10 tahun.

4.VAKSIN CAMPAK

Memberikan kekebalan terhadap komplikasi berat penyakit Campak (measles atau morbili) seperti Pneumonia dan Ensefalitis. WHO menganjurkan imunisasi campak diberikan pada bayi berumur 9 bulan di negara berkembang karena angka kejadian campak yang masih tinggi.

Jadwal Pemberian :
•Imunisasi Campak pada program nasional diberikan 2 kali pada umur 9 bulan dan ulangan (booster) pada usia 24 bulan (PermenkesRI no 42/2013).
•Imunisasi lanjutan diberikan pada saat anak masuk SD, usia 6 tahun (Program BIAS)
•Bila mendapat Imunisasi MMR di usia 15 bulan, maka imunisasi campak umur 24 bulan tidak diperlukan

Aturan Pemberian :
•Imunisasi campak dengan dosis 0,5 ml diberikan secara subkutan (bawah kulit), meski demikian dapat diberikan secara intramuskular (ke dalam otot)
•Bayi yang pernah menderita campak tetap boleh diberikan vaksin campak. Semua anak balita dan usia sekolah di daerah yang banyak kasus campak dan cakupan imunisasinya masih rendah harus mendapat imunisasi campak ulangan agar kekebalan berlangsung lama.
•Imunisasi campak tidak dianjurkan pada anak dengan imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, anak yang mendapat obat imunosupresi (obat penekan sistem imun) jangka panjang.
•Anak yang terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak.nakita5

5.VAKSIN MMR (MUMPS MEASLES RUBELLA)

Memberikan kekebalan terhadap tiga penyakit berikut Mumps (gondongan, parotitis), Measles (campak, morbili, rubeola) dan Rubella. Dari ketiga penyakit ini, Rubella adalah penyakit yang ditakuti karena dapat menimbulkan komplikasi pada awal kehamilan. Pencegahan terjadinya Sindrom Rubella Kongenital merupakan tujuan pemberian imunisasi Rubella sehingga sangat dianjurkan pemberiannya terutama pada anak perempuan. Sebaliknya untuk anak laki laki penyakit Mumps (gondongan) dapat mempunyai komplikasi infeksi orkitis (biasanya unilateral) walau keadaan steril jarang ditemukan.

Jadwal Pemberian : Dapat diberikan pada usia 12 bulan bila pada usia 9 bulan anak belum mendapat Imunisasi Campak. Selanjutnya Imunisasi MMR ulangan pada usia 5-7 tahun.

Aturan pemberian:
•Diberikan dengan dosis 0,5 ml lewat suntikan intramuskularatau subkutan dalam
•Vaksin MMR mengandung virus hidup sehingga pemberiannya harus ditunda lebih kurang satu bulan setelah imunisasi terakhir bila si bayi telah mendapatkan vaksin hidup lain.
•Tetap boleh diberikan walau anak ada riwayat terkena penyakit campak, gondongan dan rubella, ataupun sudah pernah di imunisasi campak. Tidak ada efek imunisasi yang terjadi pada anak yang sebelumnya telah mendapat imunisasi terhadap salah satu atau lebih dari ketiga penyakit ini.
•Kontraindikasi pemberian vaksin MMR sama dengan kontraindikasi pemberian vaksin hidup lainnya.

6. VAKSIN HiB (HAEMOPHILUS INFLUENZAE TIPE B)ID_NKTA2014MTH05ED790_B_

Memberikan kekebalan terhadap infeksi bakteri Haemophilus influenzae tipe B (HiB) sebagai penyebab berbagai penyakit serius dan kematian terutama pada bayi kecil. Seperti radang selaput otak (Meningitis), radang paru-paru (Pneumonia), dan sulit bernapas akibat Epiglotitis (infeksi dan pembengkakan katup tulang rawan di dalam tenggorokan yang menutup saat kita menelan, agar makanan tidak masuk dalam tenggorokan).

Jadwal Pemberian : Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 dosis sejak usia 2 bulan berikutnya usia 4 dan 6 bulan. Imunisasi ulangan (booster) pada usia 15-18 bulan. Pemberian dapat dikombinasikan dengan vaksinasi lain.

Telah terbit di Nakita 790, 2014. Bisa didapat melalui Scoop Magazine