Bulang vs Suntiang
Terlahir dari keluarga Jawa tulen (Yogyakarta), tak pernah terlintas dalam pikiran bahwa saya kelak mendapat kesempatan mengenakan kedua hiasan kepala pengantin perempuan tersebut,
Takdirlah yang akhirnya mengantar pertemuan saya dengan pasangan hidup berdarah Batak dan Minang, sehingga akhirnya pada acara resepsi Ngunduh Mantu, 14 Maret 2015 lalu, saya dapat merasakan sensasi "menopang" kedua hiasan kepala pengantin perempuan fenomenal tersebut :D
Diharuskan memakai Suntiang Gadang, tidaklah membuat saya merasa cemas terkena serangan migren mendadak selama pesta, yang berlangsung sehari semalam itu. Karena saya yakin dengan kemajuan jaman saat ini, mengenakan Suntiang Gadang tentunya tidak seberat di jaman Siti Nurbaya lagi. Tersedia banyak pilihan suntiang yang memungkinkan pengantin perempuan lebih santai bergerak tanpa keluhan sakit kepala selama pesta berlangsung.
Alhasil, baru satu dua jam memakai Bulang, saya mulai merasakan denyutan sakit kepala beruntun yang disusul dengan munculnya keringat dingin. Hampir pingsan menahan sakit kepala, akhirnya berhasil juga saya menyelesaikan tugas menyambut para tetamu undangan, hingga datang waktunya berganti pakaian adat lagi.
Meskipun kepala puyeng dan nyut-nyutan, saya merasa senang dan bangga dapat turut serta melestarikan budaya Indonesia yang terlihat dari keanekragaman pakaian pengantinnya tersebut :) Salam.
0 Komentar