DBD lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya jika dialami oleh anak. Dengan adanya vaksin dengue ditambah upaya pencegahan lainnya, diharapkan dapat menghindarkan anak dari DBD

MAMA PAPA, YUK, CEGAH DBD!
Tentu akan jauh lebih baik bila kita dapat mencegah terjadinya penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ini. Mama Papa pasti tidak asing lagi dengan gerakan 3M, yaitu mengubur (semua barang bekas yang dapat menampung air hujan), menutup (semua tempat penampungan air, semisal ember, drum, dan lainnya), dan menguras (tempat-tempat penampungan air, semisal bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan peliharaan, dan lainnya). Selain itu, untuk mencegah gigitan nyamuk, gunakan kelambu saat tidur dan losion anti-nyamuk, juga hindari menggantung pakaian di dalam kamar.

Fogging atau penyemprotan cairan insektisida juga merupakan salah satu cara menurunkan populasi nyamuk. Agar fogging efektif, perhatikan dosis insektisida yang digunakan, perhitungan arah angin, dan perhitungan radius daerah cakupan. Fogging sebaiknya dilakukan pada pagi hari pukul 07.00—10.00 dan sore hari pukul 15.00—17.00. Bila dilakukan siang hari, nyamuk sedang tidak beraktivitas dan asap fogging mudah menguap karena udara siang yang panas. Fogging sebaiknya tidak dilakukan pada keadaan hujan.

Akhirnya … vaksin dengue yang ditunggu-tunggu itu pun datang jua. Leganya, ya, Ma!

VAKSIN DENGUE
Kini ada satu cara lagi untuk mencegah penularan DBD, yakni imunisasi. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) telah menyetujui penggunaan vaksin dengue tetravalen milik Sanofi Pasteur untuk melindungi individu yang tinggal di daerah endemik. Vaksin dengue ini efektif untuk keempat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) dan dapat diberikan pada orang berusia 9—45 tahun.
WHO menargetkan pada 2020, angka kematian akibat infeksi dengue berkurang 50% dan angka kecacatan berkurang 25%. Dari uji klinis vaksin dengue diketahui, bila vaksinasi dengue dilakukan pada 20% populasi di 10 negara endemis, maka kasus baru dengue dapat dikurangi hingga 50%. Namun demikian, kehadiran vaksin dengue tak lantas mengurangi upaya pencegahan DBD yang ada, ya, Ma. Dengan peningkatan kesadaran kita (masyarakat) terhadap bahaya infeksi DBD, keikutsertaan kita (masyarakat) dalam usaha pencegahan, dan adanya vaksin, diharapkan angka kesakitan dan kematian anak akibat DBD di Indonesia dapat diturunkan.

Mengenai harga, belum ada rilis resmi dari produsen, diperkirakan harganya masih relatif mahal. Namun menjadi sangat murah bila dibandingkan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan bila anak-anak kita mengalami demam berdarah. Vaksin dengue termasuk dalam vaksin yang dianjurkan pada Jadwal Imunisasi IDAI 2016 untuk anak mulai usia 9 tahun dengan dosis tiga kali pemberian dan interval pemberian 6 bulan. Reaksi Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) pada penerima vaksin dengue, didapatkan 30 persen reaksi lokal berupa nyeri, 40 persen sebagai reaksi sistemik berupa nyeri kepala, lemas, dan nyeri otot yang dapat diatasi dengan analgetik

Telah Terbit di Tabloid Nakita Ed 917, 26 Oktober 2016